Ⅱ. Meet Her

1.6K 221 32
                                    

Bianca tidak henti-hentinya mentertawakanku akibat pertanyaan jeniusku tadi. Aku hanya mengerucutkan bibirku mendengar tawanya. Bahkan, ketika sedang di kantin, ia tetap tertawa terbahak-bahak. Aku mulai berpikir bahwa Bianca gila. 'kan sayang-sayang kalau cantik-cantik gila.

Bianca menghentikan tawanya lalu menatapku jahil. "Ya Tuhan, Shaloom, lo itu kocak banget tau ga."

Aku medengus. "Bianca ketawa mulu sih ih, kayak setan." cibirku dan dia malah tertawa lagi. Salah apa sih aku?

"Shaloom," panggilan itu membuatku menoleh. Aku menatap orang yang tadi memanggilku. "Nih, tadi Mamah nitipin makanan buat kamu sama buat aku," siapa lagi kalau bukan Louis?

Aku mengambil kotak makan di tangan Louis lalu menarik pelan tangan kakak tiriku itu untuk duduk di sampingku. "Makasih, Bang Lou! Shaloom jadi makin sayang," aku nyengir tiga jari.

Louis mendengus lalu menjitak keningku. "Alay," Louis melirik Bianca lalu menatapku penuh tanda tanya. Aku menatapnya balik seolah-olah berkata 'Ajakin-kenalan-aja-sih!'. "Hai, gue Louis. Kakaknya Shaloom," ujar Louis sambil menjulurkan tangannya.

"Bianca," balas Bianca ramah. Cewek itu menyeruput minumannya dengan santai sementara aku mulai membuka kotak makanku.

Mataku berbinar melihat Mamah membuatkanku nasi goreng dengan bentuk Hello Kitty. Ah, aku jadi makin sayang sama Mamah. Aku pun mulai memakannya dengan lahap. Bisa kulihat dari sudut mataku bahwa Louis menggelengkan kepalanya heran.

"Shaloom, kamu tuh kayak orang belum makan seminggu tau ga," ujar Louis.

"Biawin aha huka-huka Hahoom," jawabku dengan mulut yang dipenuhi dengan makanan.

"Dasar bocah," gerutu Louis lalu membenarkan posisi kacamata minusku yang mulai melorot ke bawah. "Hati-hati keselek,"

Tiba-tiba Bianca terkekeh. "Lo tuh lucu banget deh. Gue jadi bayangin gimana kalo lo sama Zayn pacaran,"

"UHUK!"

Mendengar perkataan Bianca tadi, sontak aja buat aku keselek. Aku meminum minumanku lalu menatap Bianca dengan pandangan horror. Berbeda dengan Louis yang menatap Bianca dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Zayn?" tanya Louis bingung.

"Yup! Dia sahabat gue yang ngajar di sini sebagai Dosen baru. Dan Shaloom suka sama Zayn. Weits, jangan pikir Zayn itu Om-Om. Dia masih seumuran sama lo, kok. Cuma karena dia ikut akselerasi, dia lulus duluan," jelas Bianca. Aku pun makin kagum dengan sosok Zayn.

"Kamu beneran suka sama Zayn, Shal?" tanya Louis sambil menatapku lekat. Aku mengangguk pertanda aku meng-iyakan pertanyaan Louis. Bisa kudengar helaan napas keluar dari hidungnya yang kayak perosotan anak TK itu. "Ternyata kamu udah gede ya, Shal. Aku baru pertama kali tau kamu suka sama cowok,"

Mendengar hal itu, aku mengerucutkan bibirku. "Umur Shaloom udah dua puluh satu tahun, Bang Lou. Emang Shaloom udah gede," gerutuku.

"Umur kamu doang yang tua. Sikap kamu mah masih kayak bocah," sahut Louis. Ih, Louis emang kakak sarap.

Aku terdiam lalu asik dengan makananku sementara Bianca sibuk tertawa menyaksikan perdebatan kecilku dengan Louis. Aku dan Louis memang bukan saudara kandung. Tapi, kami saling menyanyangi layaknya akak beradik sungguhan.

"Shal, aku ga bisa nganter kamu pulang nanti," ujar Louis.

Aku mengerenyit. "Lah, terus Shaloom pulang sama siapa? Ngesot gitu?"

Louis menepuk keningnya pelan setelah mendengar pertanyaanku itu. "Kamu naik bus atau angkot. Taksi juga ga apa-apa. Nih, aku kasih ongkos buat kamu pulang. Hati-hati ya, jangan ceroboh. Aku harus balik ke kelas. Bye." di akhir kalimat, Louis mengecup dahiku. Aku menganggukan kepalaku pertanda aku mengerti yang ia ucapkan tadi.

Bianca tersenyum. "Sibling goals," komentarnya. "Louis sama lo lucu banget sih,"

Aku tertawa pelan. "Lucu dari mana? Louis nyebelin banget,"

Baru saja Bianca ingin membalas perkataanku, tetapi melihat jam istirahat yang sedikit lagi habis, kami berdua pun memutuskan untuk kembali ke kelas.

-×-×-


Aku menunggu kendaraan umum di halte depan kampus. Ada beberapa orang juga yang menunggu di sini. Tiba-tiba, ada seorang cewek yang pernah kulihat di kampus mendekatiku. Ia tersenyum padaku sekilas.

"Perjuangin Zayn kalau lo emang bener-bener suka sama dia," mataku membulat mendengarnya.

"Maksud kamu?"

"Kenalin, nama gue Talitha dan gue bakalan bantuiin lo dapetin Zayn,"





-×-×-





Multimedia : Zayn Malik as Himself.




Wednesday, July 22nd 2015.

Black Magic ∞ MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang