jangan lupa tinggalkan jejak
kalo ada typo tolong tandain yaa
selamat membaca
~•~•💐💐•~•~
Seminggu berlalu, Bagas masih berusaha mendapatkan maaf dari Ragas dan menaklukkan hati anaknya. Kondisi Ragas perlahan membaik, meskipun masih belum berani membuka suaranya.
Bagas memasuki rumah dengan senyum yang merekah, di tangannya ada sebuah paperbag kecil. Sedari pagi pria itu pergi keluar untuk membelikan Ragas sesuatu.
"Agas." panggil Bagas pada anaknya yang kini tengah bermain di ruang Keluarga sendirian
Ragas hanya menoleh kemudian fokus kembali mewarnai. Bagas tersenyum kemudian mendudukkan dirinya di karpet sebelah Ragas.
"Lihat! Ayah bawa apa buat kamu." ujarnya sambil membuka paperbag itu.
"Tadaaaa! Ayah beliin kamu puzzle yang ukuran besar sama yang kecil." seru Bagas yang antusias menunjukkan barang yang dia beli tadi.
Ragas menatap Ayahnya yang terlihat antusias dan beralih menatap 2 buah puzzle yang Ayahnya beli. Ragas hanya tersenyum saja, kemudian menganggukkan kepalanya bertanda mengucapkan terima kasih.
Bagas yang mengerti kode itu pun menyerahkan puzzle itu pada sang Putra. Tangan kekar beruratnya membuka puzzle yang kecil.
"Mau pasang puzzle yang kecil dulu ga? Ayah bantuin, mau yang mana dulu?" tawar Bagas tanpa bertanya terlebih dahulu jika Ragas mau bermain puzzle atau tidak.
Namun, tanpa di sangka Ragas menunjuk puzzle yang lebih besar. Berarti bocah itu setuju untuk bermain bersama sang Ayah. Bagas tentu saja senang bukan main. Seminggu ini usahanya berakhir dengan Ragas yang selalu kabur dengan Dirta ataupun Nenek Bri dan tidak mau bersamanya.
Maka ini adalah sebuah kemajuan yang Bagas lakukan. Ah, sepertinya setelah ini dia akan menulis bermain apa saja yang akan dia lakukan bersama sang Putra.
Bagas menutup kembali puzzle kecil yang dia buka dan beralih membuka puzzle besar yang Ragas tunjuk tadi. Puzzle besar itu bergambar sebuah kartun. Boboiboy, pasti kenal dengan kartun itu.
soalnya author juga penggemar Boboiboy lohh..
Bagas kali ini memilih versi yang Boboiboy Gentar. Sepasang anak dan Ayah itu pun dengan semangat memilih susunan puzzle agar diletakkan di tempat yang benar.
"Bukan yang itu, tapi yang ini." kata Bagas ketika Ragas akan meletakkan sebuah puzzle
Ragas menggeleng brutal dan tetap menunjuk puzzle yang ada di tangannya dengan mata yang menukik tajam.
"Bukan." tekan Bagas
Ragas kembali menunjuk puzzle di tangannya dan kali ini lebih dekat dengan wajah Bagas.
"Bukan yang itu, yang bener itu punya Ayah ini." kata Bagas tak mau mengalah
Ragas yang geram pun menempelkan puzzle itu di jidat Bagas saja yang sontak membuat sang Ayah terdiam. Sedangkan Ragas hanya tersenyum dengan manis sampai menunjukka gigi susunya.
"Yaudah iya, punya kamu yang benar." ujar Bagas mengalah
Mereka berdua pun akhirnya memasang puzzle itu kembali meski diiringi keributan juga. Setelah 2 jam akhirnya puzzle yang mereka susun selesai. Dan mereka kini membereskan ruang Keluarga yang kini sangat berantakan
Bagas yang kini tengah membereskan buku dan mainan Ragas yang berserekan pun tak bisa menyembunyikan senyumannya. Dilihatnya Ragas yang duduk di sofa berusaha menahan kantuknya.
"Kita pindah kamar ya?" kata Bagas sambil menggendong Ragas dan membawanya ke kamar anak itu.
Di saat akan menaruh Ragas di kasur, bocah itu malah mengeratkan pelukannya pada leher Bagas. Pria itu lantas bingung, harus apa dia. Setelah terdiam beberapa saat, Bagas pun memutuskan untuk tidur bersama di kasur Ragas. Dengan anak itu yang ia letakkan di atas dadanya.
Tangannya mengusap punggung dan sesekali menepuk pantat Ragas agar anak itu segera tertidur. Namun bukannya Ragas yang tertidur, tapi malah Bagas yang tidur duluan.
Ragas yang merasa tepukan di pantatnya berhenti pun mendongak dan menatap Bagas yang sudah memasuki alam mimpi. Ragas perlahan naik lebih atas dan bibir mungilnya pun mencium pelan pipi Ayahnya. Setelah itu kembali menidurkan dirinya dengan nyaman di dada Bagas.
Tak butuh lama akhirnya Ragas pun ikut tertidur. Pintu kamar pun terbuka dan pelakunya adalah Opa Galuh. Dirinya menatap mereka berdua dengan tatapan teduh. Hatinya pun ikut menghangat melihat kedekatan mereka berdua.
Selama 1 minggu ini pun dia juga melihat bagaimana perjuangan Bagas untuk mendekatkan dirinya pada sang anak. Dan Opa Galuh sangat bersyukur akan hal itu. Selain itu juga beliau bersyukur karena bukan Bagas asli yang memarahi Ragas habis-habisan saat itu.
Untuk Bagas palsu sendiri sudah di selesaikan oleh Kakek Ando. Pria paruh baya itu tentu saja sangat marah. Bisa-bisanya dirinya ikut tertipu oleh Bagas palsu itu.
Opa Galuh pun menutup kembali pintu kamar Ragas agar tidak menggangu waktu mereka berdua.
~•~•💐💐•~•~
Besoknya Bagas memasuki kamar Ragas dengan sebuah kotak di tangannya. Dapat dia lihat Ragas sedang bermain di atas kasur dengan mainannya.
"Pagi anak Ayah." sapanya sambil mencium pelipis Ragas kemudian membawa anak itu ke pangkuannya.
"Ayah bawa sesuatu buat Agas." kata Bagas
Ragas mendongak menatap Ayahnya dengan pandangan penuh tanya. Bagas membuka kotak itu yang berisi beberapa album yang dia simpan. Bagas mengambil satu album yang berisi foto dirinya bersama sang istri saat pernikahan.
"Lihat, ini Ayah dan Mama."
Mendengar kata Mama sukses membuat Ragas mendekatkan dirinya pada Bagas guna melihat dengan jelas album itu. Di halaman pertama ada Bagas dan Andira yang berpose sambil menunjukkan cincin pernikahan mereka, terlihat sangat bahagia dan itu memang benar adanya.
Meskipun mereka berdua menikah karena perjodohan, mereka menjalaninya dengan senang hati meskipun belum ada cinta di dalamnya. Dan itu pun momen sekali seumur hidup, sangat sayang sekali jika mereka tidak menunjukkan senyuman saat sesi foto.
Bagas kembali menunjukkan halaman berikutnya dan sampai di sebuah foto di mana Andira tengah duduk di halaman belakang dengan perut yang lumayan besar. Bagas lah yang diam-diam memfotonya saat usia kandungan Andira memasuki bulan ke 5.
"Nah, ini Mama pas ngandung Agas. Jadi Agas ada di perut Mama pas itu."
Ragas mengusap perlahan foto itu, "Cantik." ucapnya pelan
Bagas tentu saja terkejut, "Kamu bilang apa, sayang?"
Kini pria itu menghadapkan Ragas padanya dan menatap mata itu dengan penuh haru ketika mendengar Ragas mengeluarkan sebuah kata.
"Cantik. Mama Agas cantik." ujarnya mengulang kembali kata tadi.
Bagas yang tak kuasa menahan tangis pun mengeluarkan air matanya dan memeluk Ragas dengan erat. Pria itu tidak malu mengeluarkan tangisnya di depan sang Anak. Akhirnya setelah sekian lama dirinya bisa mendengar kembali suara Ragas. Suara lembut khas anak kecil yang sangat dia rindukan.
"Jangan nangis, Ayah."
Bukannya berhenti menangis, Bagas malah semakin menangis. Hatinya senang sekali ketika mendengar mulut kecil itu memanggil dirinya dengan sebutan Ayah kembali. Bahkan pria itu semakin memeluk tubuh kecil Ragas.
TBC
kaget ga aku double up?
cerita Agas tersisa 5 chapter lagi. sedih ga karena bakal pisah sama Agas?
tenang aja, nnti kan ada cerita baru. jadi kalian ga terlalu kesepian kalau cerita Agas selesai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah dan Agas [SELESAI]
De TodoBercerita tentang si kecil Agas yang akhirnya bertemu sang Ayah. sidears pergi aja. ngerugiin terus kerjaannya. ga bosen? meski udah end, tapi vote nya jangan lupa ya. jangan ikutin sidears. ga baik. Budayakan vote dan komen, jangan jadi sidears. Ja...