Serangan

152 17 2
                                    


✨HAPPY READING✨

Langit Amarantha kelam, diselimuti kabut tebal yang merayap seakan membawa pertanda buruk.

Suasana di luar istana kacau balau. Jeritan dan suara dentingan senjata terdengar bersahutan.

Orang-orang yang terjangkit penyakit misterius kini memberontak seperti makhluk haus darah.

Mereka menyerang tanpa ampun, bahkan beberapa di antaranya terlihat berjalan dengan pedang menembus tubuh mereka seolah rasa sakit tidak lagi ada.

Raja sendiri turun ke lapangan, memimpin para panglima dan ksatria terbaiknya untuk menahan para pemberontak.

Akses menuju dalam istana ditutup rapat untuk melindungi keluarga kerajaan. Para pangeran diberi tugas untuk mengamankan istana bagian dalam.

"Ivelle, Lorraine, Starrina, kalian tetap dikamarku, tutup pintunya jangan biarkan mereka masuk," kata Maverick dengan serius.

Bagaimanapun juga mereka adalah tuan putri dari kerajaan sebelah, keselamatan mereka adalah tanggung jawab Amarantha karna mereka tengah ada disini.

"Tapi kami bisa membantu!" protes Starrina, mencoba meyakinkan Mave.

"Tidak ada waktu untuk berdebat. Ini soal nyawa kalian!" balas Mave. "Dengar Starrina, sampai saat ini kita belum mengetahui cara membunuhnya, kau lihat bukan bahwa mereka tak bisa dimusnahkan hanya dengan energi?"

"Tak apa kita bisa membantu mereka dengan tidak menyusahkan, jadi ikuti saja perintah pangeran Mave." Untungnya disaat seperti ini Ivelle mampu menenangkan temannya.

Maverick tersenyum lalu bergegas mengambil pedangnya.

Tanpa menunggu jawaban lagi, Maverick berbalik dan bergabung dengan saudara-saudaranya yang lain.

Tujuan utama Maverick kini adalah mengamankan Permaisuri Deline dan para istri Raja yang lain.

Ternyata benar! didalam istana ada beberapa orang yang telah terjangkit penyakit itu.

Sesekali Maverick melawan menggunakan kekuatan beserta pedangnya namun semuanya seperti sia sia.

Ia bertemu Pangeran Zergan dilorong istana sedang dikejar dua makhluk menyeramkan dibelakangnya, Maverick segera menariknya menuju pintu kamar Permaisuri.

Mereka berdua terkejut karna di dalam, mereka menemukan Permaisuri Deline dan Selir Agung terpojok, dikelilingi oleh tiga orang yang terjangkit. Wajah para makhluk itu pucat dengan mata kosong, tapi gerakan mereka gesit seperti binatang buas.

Zergan melangkah maju, menebas salah satu makhluk itu. Namun, alih-alih jatuh, makhluk itu hanya terhuyung dan kembali menyerang meski lehernya hampir terputus.

"Mereka tidak mati!" seru Zergan, napasnya memburu.

"Kita tidak punya pilihan. Lindungi permaisuri apa pun yang terjadi!" balas Maverick sambil menebas kepala makhluk lain. Namun makhluk itu terus berjalan tanpa kepala, membuat darah dingin menyusup ke punggung mereka.

"Keluarkan dari kamar!" usul Zergan.

Maverick menggunakan energi birunya untuk menghempas makhluk mengerikan itu, lalu energi biru hijau milik Zergan dengan cepat menutup pintunya.

"Ibunda, kalian tetap disini jangan membuka pintu." Maverick menggenggam telapak tangan ibunya yang sedari tadi gemetar.

"Bagaimana keadaan diluar sana?" Selir Elizia bertanya dengan mata berkaca kaca.

"Kami berjanji akan segera menyelesaikan semuanya, kalian tenang saja." Lelaki itu benar benar berusaha meyakinkan para ibundanya.

"Ayo selamatkan yang lain." Zergan sudah bergegas lebih dulu, diikuti oleh Maverick dan tak lupa kembali mengunci pintu.

An Imbalance In My World  || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang