Part 3 : Surat Ancaman

5.5K 236 9
                                    

Hai semuanya
Semoga kalian menyukai kelanjutannya ya
Jangan lupa ikuti author

Happy reading :)

Note : typo bersebaran dimana-mana.
------------------------------------------------------

Ditempat lain, salju yang turun semakin deras dan disertai angin yang semakin kencang menambah dinginnya hutan Artemis yang telah ditutupi dengan salju yang cukup tebal, hanya sebuah perapian seadanya dan segelas coklat panas menemani seorang pria yang memilih tetap bertahan di dalam gubuk munggil dan hanya satu-satunya bangunan di hutan sana, berada jauh dari kawasan penduduk dan tak akan ada yang datang untuk menemuinya bahkan rakyatnya pun tak akan mendatangi tempat yang sangat rahasia, tempat ini berada di balik bebatuan besar yang membentengi hingga menipu penglihatan, jalan masuk tempat seperti ini telah ditumbuhi semak-semak yang memanjang sampai tak dapat terlihat adanya kehidupan di dalam sana.

Suara langkah kaki yang begitu dikenalnya terdengar semakin mendekati posisinya berada, tak lama kemudian orang itu muncul dihadapannya dengan membawa keranjang yang tadi berada di teras sana, keranjang berisi apel emas yang dipetik gadis kecil yang masih membuat Garnett penasaran.

"Salam Pangeran Garnett, apakah anda bisa kembali ke dalam istana? Raja sedaritadi mencari anda dan meminta prajurit-prajurit mencari keberadaan anda dan untungnya saya melihat asap dari dalam hutan Artemis jadi Hamba mendatangi anda, maaf atas kelancangan saya memasuki tempat ini" kata pria itu tanpa merubah posisinya. Pria itu memiliki kulit yang sama pucatnya seperti tanpa dialiri darah, sama halnya dengan warna kulit Garnett yang sangat pucat dan pakaian yang tak jauh berbeda dari pakaian yang Garnett gunakan sangat menampakan pria itu juga memiliki tingkat yang sama.

"Tutup omongan formalmu Thomas Albert." Garnett menatap jengkel ke arah sepupunya ini, sudah lebih dari 3 bulan menghilang tanpa kabar dan meletakkan tanggung jawab begitu besar kepada dirinya.

"Baiklah, aku tak akan membawamu kembali ke dalam istana untuk menemui paman dan kenapa pagi-pagi sekali sudah berdiam diri disini?" Tanya Thomas lalu mengambil posisi duduk di samping Garnett.

"Aku hanya tak ingin berada di Istana yang mulai mengurungku" kata Garnett yang lebih malas mengingat akan ada kejadian yang akan terjadi padanya.

"Aku sudah mengenalmu dari kecil jadi aku tau ketika kau memilih berdiam diri maka sesuatu terjadi" kata Thomas "Dan apa yang terjadi padamu?" Tanyanya

Garnett menghela nafas panjang

"Aku selalu saja tak bisa menutupi apapun kepadamu" ucapnya "ini masalah seorang wanita. Ayahku sangat menyukainya dan kau pasti tahu bahwa ada seseorang yang menjadi takdirku, entah apa yang terjadi tetapi Peramal Istana mengatakan seorang wanita akan menjadi takdir hidupku dan tanda ini seperti mengutukku untuk membuka hati kepada wanita yang menghampiriku" kata Garnett, sebuah tanda yang berada dipundaknya begitu membuatnya menderita. Tanda yang memberikan kayakinan kepada dia bahwa seorang wanita akan menjadi takdirnya.

"Kenapa hal seperti itu hanya mengenaimu, aku dan rakyat lainnya bebas memilih sesuai pilihan hati. Apakah ada sesuatu yang terjadi? ataukah musuh mengutuk dirimu? Ini sangat membuatku bingung" Thomas mengacak rambutnya

"Saranku lebih baik kamu melakukan apa yang diinginkan ayahmu tapi untuk berdekatan maupun jalan bersama, tolaklah dan biarkan saja" saran Thomas kepada Garnett yang terlihat emosi dan sedang tak baik "Dan ayo kembali, kalau tidak malah akan terjadi masalah besar" Kata Thomas. Thomas mengambil satu apel yang berada di dalam keranjang lalu mengigitnya.

***

Di sore harinya, hujan salju yang dialami desa Delbert semakin membuat semua panik dan menarik anak-anak mereka kembali ke rumah tetapi berbeda dengan Valen yang kebingungan mengingat rumah tidak ada orang karena ibunya berada di pasar jauh dari desa keberadaan mereka.

"Siapa namamu anak manis?" Valen mendongakkan kepala dan menatap wajah seorang wanita yang berdiri berhadapan dengannya di depan jalan, melihat Adric dan Ireta yang berlari memeluk wanita itu seketika Valen memilih mundur.

"Ibu, ini Valen yang baru tinggal disini dan dia teman baru kami dan ibunya tak ada disini" Jawab Adric dengan lugunya, Ellie hanya memandang tajam ke arah Valen, sesuatu membuatnya tersenyum.

"Dia sudah berada disini"

Wanita itu memandang tajam ke arah Valen hingga benar-benar membuat gadis kecil itu menundukkan kepala, tak ada keberaniannya untuk memandangi kembali ke ibunda Edric.

"Ayo Ikutlah dengan kami hingga ibumu kembali dan ketika sudah pulang barulah aku akan mengantarmu kembali ke rumah" Ellie menghampiri Valen dan menggandeng tangannya, "Ayo Ireta dan Edric" panggil Ellie, mereka akhirnya berjalan hingga tiba di samping rumah Valen, rumah yang begitu sederhana dan indah. Saat pintu terbuka, seorang pria dewasa sedang duduk sambil menyesap kopi tak jauh dari perapian. Ellie sibuk melepaskan pakaian tebal yang digunakan kedua anaknya dan memakaikan pakaian hangat yang terbuat dari kain wol.

"Sini Valen, bibi akan membantumu melepaskan jaketmu" kata Ellie yang lalu menghampiri Valen yang sedaritadi terdiam. Pelan-pelan Ellie melepaskan dan memandangi di bagian leher Valen, "Kalung apa ini Valen?" Tanya Ellie yang terkejut melihat kalung berbentuk burung hantu dengan batu ungu di kedua mata dan tak asing dimatanya.

"Ada apa Ellie? Dan siapa dia?" Tanya Dev yang sedaritadi memandangi ke arah mereka, istrinya terlihat terkejut memandang kalung itu.

"Dev, lihatlah!" Seru Ellie yang tak percaya dengan penglihatannya, bergegas Dev menghampiri istrinya dan ikut terkejut melihat kalung yang dimiliki gadis kecil yang masih begitu polos. Ireta dan Edric hanya kebingungan memandangi kedua orang tuanya yang terkejut.

"Tok...tokk...tokkk" Suara seseorang mengetuk pintu depan, belum sempat Valen menjawab pertanyaan bibi tetapi suara ibunya diluar sana membuatnya langsung berlari membuka pintu depan. Jesly membawa sebuah keranjang di tangan kanannya dan memandangi Valen yang berada di rumah teman lamanya. Saat pintu terbuka lebar, terlihat keluarga yang begitu lengkap memandangi ke arah Jesly.

"Aku ingin mengambil anakku, terima kasih untuk kebaikan kalian membawanya kesini" Ucap Jesly yang langsung menarik Valen ke gendongannya dan lalu berbalik berjalan pulang, tapi suara Ellie menghentikan mereka.

"Tunggu! Jangan pergi!" Serunya, Sambil berjalan mengembalikan jaket Valen, Keingintahuannya tentang sahabat lamanya begitu membuat Ellie terobsesi dengan apa yang tadi dilihatnya. Ia berlari mendekati Jesly yang masih terdiam menunggu kehadiran orang yag memanggilnya.

"Ini milik Valen, Jesly. Aku tak mengira setelah 15 tahun berlalu, kau masih bisa hidup di bawah kendali orang lain. Apakah dulu kau menjadi seorang pelayan? Dan atau menjadi selir simpanan Raja Fernandes? Tanya Ellie yang langsung mengatakan apa yang dipertanyakan di dalam pikirannya, berbeda dengan Jesly yang langsung tertohok dengan pertanyaan Ellie yang begitu menjatuhkan dirinya. Tak pernah dia berpikir akan ada orang mengatakan hal seburuk itu.

"Dia anakku dan kau tak perlu tau apapun tentang kehidupan laluku, urusi keluargamu sendiri daripada ingin mengetahui kehidupan orang lain" Kata Jesly yang membuat Ellie membeku di tempat karena mendengar jawaban yang begitu tajam dari Jesly. Dengan langkah pasti, Jesly melangkah melewati Ellie yang hanya terdiam dan akhirnya Valen dan Jesly tiba di rumah.

"Ibu" panggil Valen yang sedaritadi menatap ekspresi wajah ibunya yang berubah, "Ibu memarahiku?" Tanyanya. Jesly langsung menatap Valen yang sudah berdiri di depannya, emosinya campur aduk apalagi ditambah semuanya hanya dipendam olehnya, tak ada seorangpun yang tahu awal mula terjadinya semua ini.

"Mandilah" perintah Jesly dengan nada yang begitu pelan, "Ibu akan membuatkanmu pie apple kesukaanmu dan setelah ini duduklah di perapian sana, cuaca bersalju ini sangatlah dingin" Jesly meninggalkan Valen dan berjalan memasuki dapur.

Lama Jesly menunggu hingga pie apple kesukaan Valen telah jadi tetapi orang yang ditunggu-tunggu sama sekali belum muncul hingga Jesly menyerah, ia lalu memasuki kamar Valen dan disanalah anak tercintanya tertidur pulas.

Jesly berjalan memasuki kamar dan lalu mencium kening anaknya

"Pasti kamu kelelahan bermain ya? Seharusnya aku tak meninggalkan mu disana tapi ya sudahlah, tidurlah yang nyenyak dan mimpilah yang indah sayang"

#BERSAMBUNG
Author cuma dapat ide segini dan jika ada penulisan yang salah mohon pemberitahuannya lewat komentar
Terima kasih telah membaca
Dan kuberharap dapat membuat cerita yang bagus

Love you reader

Amethyst from CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang