Part 1 : Di Dalam Hutan Artemis

13K 493 44
                                    

Note : Cerita ini hanya fiksi dan tak ada sedikitpun berkaitan dengan mitologi ataupun ada maksud menyingung kepercayaan, cerita ini hanya fantasi yang begitu saja mengalir dalam pikiran dan saya alirkan ke dalam sebuah tulisan di dunia orange dan tak meminta imbalan apapun kecuali dengan ikhlas para pembaca memberikan vote dan komentar dan maksud memuji maupun mengritik, apa yang kalian berikan adalah suatu kebaikan untuk cara menulis saya. Terima kasih untuk perhatian para pembaca dan

Selamat Membaca :)

Note : Cerita ini hanya fiksi dan tak ada sedikitpun berkaitan dengan mitologi ataupun ada maksud menyingung kepercayaan, cerita ini hanya fantasi yang begitu saja mengalir dalam pikiran dan saya alirkan ke dalam sebuah tulisan di dunia orange dan tak meminta imbalan apapun kecuali dengan ikhlas para pembaca memberikan vote dan komentar dan maksud memuji maupun mengritik, apa yang kalian berikan adalah suatu kebaikan untuk cara menulis saya. Terima kasih untuk perhatian para pembaca dan

Selamat Membaca :)

Seorang gadis kecil berlari semakin memasuki hutan yang sangat tenang, hanya terdengar suara kicauan burung dan kaki kecilnya yang menginjak ranting-ranting dan dedaunan kering. Di sana sedang mengalami musim gugur hingga banyak daun-daun menutupi tanah tetapi sebentar lagi akan digantikan dengan sebuah musim yang tak kalah indahnya.

Tak ada yang dapat mengira hutan yang pernah dikatakan orang banyak adalah hutan kegelapan malah di dalamnya sangatlah terang dan indah, padahal ketika 10 tahun yang lalu tak ada seorangpun yang berani memasuki hutan kecuali bangsanya sendiri.

Delbert adalah kerajaan yang begitu tenang dan sangat memperdulikan rakyatnya yang harus berada di pembatasan kota maupun berada di dalam kerajaan yang lain, semua hidup makmur dan tak pernah di bebankan sama sekali dengan tugas-tugas kerajaan yang diberikan rajanya Cristian Vandelbert, Raja yang paling mulia dan bijaksana untuk sekarang ini.

Hutan Artemis berada di perbatasan dalam Kerajaan Delbert hingga tak pernah diperhatikan oleh orang bangsa lain, padahal hutan Artemis bagaikan hutan yang telah dikaruniai perlindungan dan tanah yang begitu subur dan buah yang begitu segar dan lezat.

Valen yang masih berusia 10 tahun membawa sebuah keranjang kecil dari anyaman rotan di tangan kanannya, dia sangat bersemangat untuk bisa memetik buah apel sendirian tanpa ditemani ibunya, hari ini adalah hari terakhir buah itu dapat di petik karena akan membeku keesokkan harinya.

Buah apel ini memiliki warna yang berbeda jauh dari kebanyakannya, warna kuning keemas-emasan menambah keunikkan dan apalagi apel ini memiliki tekstur lebih keras dan sangat lezat jika dibuat menjadi Apple pie, Apel ini hanya dapat tumbuh subur di tanah hutan Artemis.

Awan-awan sudah mulai menghitam tetapi belum ada terlihat awan dimana badai salju akan terjadi, Valen sama sekali tidak takut melihat awan-awan yang begitu menganggu sinar matahari yang menembus ke dalam, bergegas di dekatinya sebuah pohon yang tingginya tak berbeda dengan tinggi dirinya tetapi setinggi itu saja sudah menghasilkan buah begitu banyak, langsung tangan mungilnya memetik buah yang masih terlihat bagus dan dimasukkan ke dalam keranjang, berkali-kali hingga keranjang buah yang dibawanya terlihat penuh, hanya sekitar 7 buah apel yang dapat berada di dalam keranjang. Hari ini adalah hari terakhirnya memasuki hutan untuk memetik apel karena keesokan harinya semuanya akan tenggelam ke dalam salju yang begitu banyak hingga memasuki hutan saja tak akan bisa.

Ia tinggal di dalam hutan Artemis jauh dari masyarakat karena identitasnya sangat penting untuk dijaga. Suara gemuruh di atas sana dan angin yang semakin kuat membuat semua orang kembali ke dalam rumah, berbeda dengan Valen yang bingung bagaimana caranya cepat tiba di rumah tanpa mengalami badai salju yang sebentar lagi akan terjadi.

Amethyst from CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang