[Road to END]
.
.
Kian terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Revan. Sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Karena Kian tahu dibalik dinginnya Revan, laki-laki itu tidak akan mau melepaskan sesuatu yang sudah berarti baginya. Atau memang persahabatan mereka sudah tidak mempunyai arti untuk Revan.
Raka memang hidup, Revan memang berdiri didepannya, namun kenyataan yang ada sekarang hanya membuat semuanya pahit. Alasan apa yang membuat teman dinginnya ini melakukan semua itu?
"Rev, lo becanda kan?" Tanya Kian, mencoba meredam amarah yang sedang bergemuruh.
Revan menggeleng. "Gua serius, Yan. Ini yang paling baik."
"Alasan apa yang mendasari lo sampai milih kayak gini?" Nada Kian mulai terdengar kesal.
Revan memandang Kian dengan lurus. "Gue gamau kalian terluka lagi karena gua. Gue gamau kejadian Raka keulang lagi."
Kian mengernyit. "Raka?"
"Kalau lo emang tahu, Raka koma karena kecelakaan. Tapi bukan sekedar itu, Raka kecelakaan karena berusaha nolongin Devan yang berantem sama gua." Jelasnya, tersirat ekspresi sedih di wajah Revan. "Raka hampir mati, Yan. Dan itu karena keegoisan gua."
Kian menggeram. "Terus kenapa? Kalau gua di posisi Raka pun, gua bakal lakuin hal yang sama. Karena kita gamau kalau sampai lo harus kehilangan keluarga yang satu-satunya lo punya. Lo harusnya mikir Rev, Raka gakan ngelakuin hal itu kalau dia gak peduli sama lo!"
"Terus apa gua harus kehilangan Raka sebagai gantinya? Kehilangan salah satu dari kalian? Gak, dan gak mau. Kalau emang takdir menggariskan hal itu, gua bakal menghindarinya." Balas Revan.
Kian menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan Revan. "Lo tuh lebih batu daripada rumahnya patrick di spongebob!"
"Lo ngelihat dari sisi Raka terus, Yan. Coba lo lihat dari sisi gua juga." Ucap Revan yang tak mempedulikan ejekan Kian.
"Minimal lo ngaca Rev, sebelum bilang gitu sama gua." Dia mendecih mendengar kalimat Revan.
Karena kesal mendengar Kian dan Revan, Raka memutuskan untuk menghampiri keduanya. Matanya menangkap raut wajah Revan yang selalu berekspresi dingin itu kini dipenuhi banyak gurat kelelahan.
Raka berbicara diantara mereka. "Lo semua berisik tau gak, malu-maluin gua ke tetangga aja."
"Tapi bocah everest satu ini emang perlu dikasih paham, Ka." Jawab Kian pada Raka.
Raka menghembuskan nafasnya. "Percuma, Yan. Bagi dia, kita udah bukan siapa-siapanya. Hatinya udah mati." Dia memandang lurus pada Revan yang masih tak bergeming. "Mati buat nganggep gua sebagai sahabatnya lagi."
Entah mengapa mendengar perkataan Raka diakhir tadi, hati Revan seperti tertohok. Sebaliknya, Raka sendiri tahu bahwa perkataannya sudah menyakiti perasaan Revan.
"Percuma gue balik kesini kalau pada akhirnya ini yang gua dapet. Fuck! Terserah lo pada mau ngapain. Omongan orang yang bilang persahabatan kita ini mahal semuanya bullshit, dibuang gitu aja kayak sampah ternyata." Ini adalah pertama kalinya mengungkapkan perasaan kesal begini.
Baik Raka maupun Revan, mereka tidak membalas semua kalimat Kian.
Kian mencoba menarik nafasnya. "Gaada satupun dari kalian yang berusaha mempertahankan, baik lo Ka maupun lo, Rev. Kalian berdua sama-sama cuma pengecut."

KAMU SEDANG MEMBACA
[to END] Revan and Devan - Meaning of Life (Huang Renjun)
Novela Juvenil[Follow dulu sebelum baca ya :)] Penulis: Sparkyu x Hokuto Bagi Revan, Devan adalah oksigen yang harus dirinya hirup agar bisa bernafas. Sementara untuk Devan, Revan adalah penopangnya untuk tetap berdiri. Tapi bagaimana jadinya jika salah satu dar...