Setelah keributan kecil yang terjadi tadi di ruang makan, saat ini keluarga itu tampak sedang berkumpul di ruang keluarga, hendak membicarakan tentang persiapan pernikahan kedua orang yang sudah tak lagi mudah itu.
Sementara mereka tampak berbicara serius, bocah itu — Habel, tampak begitu khidmat menyantap satu box es kirim diatas pangkuan Javier, abang keduanya.
" masa cuma gitu doang, nggak meriah dong '' protes Devi, mama Edward saat mendengar bahwa Yuvia dan Edward ingin melaksanakan pernikahan dengan sederhana.
" kamu kan kaya Edward, masa mau pestanya sederhana gitu, minimal ya di hotel bintang lima " tambah Baron — ayah Edward.
" daddy udah miskin ya? " celetukan dari Yessa barusan mengundang Edward untuk menatap tajam putranya itu.
" sembarangan kalau ngomong " kesal Edward.
" daddy nggak miskin ya! Daddy tuh cuma menghargai keputusan mommy kalian yang pernikahannya ingin dilaksanakan dengan sederhana "
" betul kata daddy, mending sederhana aja biar nanti ada sisanya terus kita bisa liburan ke luar negeri " bela Habel.
Bocah itu terlihat begitu mengemaskan dengan duduk diatas pangkuan Javier dan bibir yang belepotan terkena es krim.
" kita tuh kaya tujuh turunan tujuh tanjakan nggak akan habis habis dek " ucap Yessa menyahuti ucapan Habel.
" iya, jadi mending pesta pernikahannya mewah aja, kalau perlu tujuh hari tujuh malam deh biar meriah "
" bapak kau tujuh hari tujuh malam! " Yohan melemparkan tisu bekas kearah Mahameru yang langsung membuat anak itu merenggut kesal.
" sudah sudah kok malah ribut sih kalian! " ucap sang oma melerai cucu cucunya yang sepertinya hendak adu bacot.
" beneran mau sederhana aja? " tanya Baron pada Yuvia.
" iya pah, sederhana aja, lagian kita kan juga udah tua ngapain mewah mewah, mending Yohan aja nanti yang mewah pernikahannya " ucap Yuvia mengundang tawa dari anak anaknya kecuali Yohan.
" kok aku sih mom?! "
" kalau bukan kamu terus siapa? Masa Mahameru? Dia kan masih kecil " balas sang daddy.
" tau tuh, mana calon kamu, oma kan juga pengen tau " tambah sang oma.
Ditempatnya Yohan hanya bisa tersenyum pasrah sambil mengaruk belakang kepalanya yang tak gatal sama sekali.
Yohan ini sebenarnya sudah punya pacar, hanya saja ia masih belum siap untuk mengenalkan pacarnya pada keluarganya, karena Yohan yakin, pasti ia akan disuruh untuk cepat cepat menikah nantinya.
Yohan sih mau saja, tapi pacarnya yang model itu bilang belum siap menikah, karena dirinya belum siap meninggalkan dunianya.
Padahal sih jika beneran mau, Yohan tak akan memaksa gadis itu untuk meninggalkan pekerjaannya itu, atau memang dasarannya saja ya pacarnya itu memang tak mau diajak untuk menikah?
Tak ingin terlalu larut dalam pikirannya sendiri, akhirnya Yohan pun ikut nimbrung dengan percakapan kedua orang tuanya dan sang oma yang terlihat sedang serius membicarakan tentang pernikahan.
Sementara sang opa hanya diam memperhatikan sambil sesekali memberi saran.
" kalau gitu mending kalian nikah di gereja aja, habis itu baru deh pestanya " ucap Baron memberikan saran.
" boleh juga, rencananya sih pesta pernikahannya mau di gereja aja mah "
" aahhh... Kalau gitu sih juga nggak papa "
" berarti sepakat ya, pernikahannya di gereja aja "
" iya, gitu aja mah biar cepet "
" sip kalau gitu, tinggal cari hati baiknya kalau gitu "
" orang islam boleh masuk gereja nggak sih? "
Pertanyaan spontan yang keluar dari mulut Habel mengundang semua pasang mata untuk menatap ke arahnya.
Sementara bocah itu yang mendapatkan tatapan dari semua orang hanya menunjukkan raut penasaran dengan dahi yang berkerut lucu.
" mau undang teman kamu ya? " tanya sang kakek.
" bukan, buat aku sendiri "
" maksudnya? "
" aku kan islam "
" HAH? "
Devi dan Baton kompak menatap tak percaya kepada cucu bungsu mereka itu.
Bagaimana bisa ada seorang islam diantara keluarganya yang Kristen itu?
Tatapan mereka berdua kemudian beralih kepada Yuvia meminta penjelasan, dan Yuvia hanya menunjukkan senyum terpaksa, bingung harus mulai menjawab dari mana.
" kok bisa? Coba jelasin? " perintah Baron masih dengan raut terkejut di wajahnya.
" itu... Itu karena dulu kan Habel tuh suka banget ikut tetangga ke masjid buat jama'ah, sering ikut anak mereka buat ngaji juga, bahkan dulu juga pernah kok hafal jus amma waktu kecil, bacaan bacaan sholat juga hafal "
" terus... Ya.. Karena udah terlanjur bisa.. Yaa.. Sekalian aja aku masukin islam "
Jawaban Yuvia barusan membuat dua padang orang tua itu mengelus dadanya takjub, ajaib sekali pikirnya cucu mereka ini.
Dan yang menjadi objek pembicaraan hanya menunjukkan giginya yang tersusun rapi.
" jadi gimana, orang islam boleh masuk gereja atau nggak? " tanya Habel membuyarkan rasa keterkejutan mereka.
" kayaknya sih boleh, asalkan mengikuti aturan aturan yang ada di gereja, tapi kalau lebih jelasnya mending kita tanyain sama pendeta " ucap Mahameru menjelaskan.
Diantara mereka, memang cuma Mahameru saja yang paling anak Tuhan, mangkanya dia mengatakan hal demikian.
Habel menganggukkan kepalanya faham mendengar perkataan Mahameru barusan.
" ntar kalau nggak boleh ya kamu tinggal masuk aja, pura pura jadi orang Kristen, nanti aku pinjaman kalung Rosario aku " tambah Mahameru.
" sesat banget anjir " gumam Yessa pelan.
Untung saja tak ada yang mendengarnya, jika ada pasti dirinya akan kena marah.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya mereka sepakat untuk melaksanakan pernikahan sederhana di gereja.
Dan untuk Habel, seperti kata Mahameru barusan, jika dirinya tak boleh masuk kedalam gereja maka ia akan menyamar menjadi orang Kristen saja.
Dan setelah pembicaraan yang cukup panjang dan melelahkan itu, akhirnya mereka pun memutuskan untuk jalan jalan ke mall.
Habel tentu saja langsung senang, bahkan ia langsung menghubungi ketiga temannya supaya mereka dapat ikut merasakan kesenangannya.
Awalnya mereka menolak rasanya sangat tak pantas jika mereka harus ikut dalam acara pribadi keluarga orang lain, namun karena rengekan bocah itu serta desakan dari Edward dan Yuvia, akhirnya mereka bertiga pun mengiyakan ajakan tersebut.
Meskipun ada rasa tak enak yang sedikit menganjal dihati ketiga orang itu, namun mereka tetap menikmati waktu jalan jalan bersama dengan mereka.
Disana, Habel beserta ketiga temannya serta Yessa dan Mahameru tampak begitu gembira bermain di Timezone sementara yang lain mengawasi dari jarak yang lumayan jauh.
Sampai jumpa di bab selanjutnya 😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah Kesayangan [ End ]
Teen FictionNggak bisa bikin sinopsis, jadi langsung baca aja ya....!!!