002.

501 48 4
                                    

Ia menggenggam payung hitamnya lebih kuat. Mencoba melawan angin yg ingin menerbangkan payungnya. Nafasnya berderu kencang, mengeluarkan asap karena udara yg begitu dingin. Ia mengeratkan pelukan pada mantelnya mencoba mencari kehangatan dari sana. Tiba tiba langkahnya terhenti karna melihat sesuatu. Ada sebuah asap besar disana. Mana mungkin ada yg menabun di saat badai akan datang? lalu ia menghampirinya.

Astaga.

-

"Halo Louis?"

"Zayn kau dimana?"

"Dirumah Lou. Ada apa?"

"Tadi aku pergi ke supermarket untuk membeli beberapa peralatan lalu dijalan aku menemukan mobil yg aku pikir terguling dari atas jalan. aku rasa mereka kecelakaan. Lalu aku--"

"Whoa whoa tunggu sebentar. Kau baru saja menemukan mobil yg kecelakaan?"

"Iya benar"

"Lalu dimana korbannya?"

"Ya itu dia, saat aku melihat kearah mobilnya aku menemukan seorang pria dan wanita. Saat aku periksa, sang wanita sudah meninggal namun si pria ini hanya pingsan"

"Apa? Kau serius kan?"

"Iya aku serius! Dan sekarang si pria ini ada dirumahku. Apa yg harus kulakukan?"

"Baiklah. Kau rawat saja dia. Lalu jika dia sudah sadar tanyakan namanya dan identitas lainnya"

"Bagaimana jika dia amnesia?"

"Kau yakin dia akan amnesia?"

"Aku rasa ya. Karna dia mempunyai luka dikepalanya"

"Oh itu cukup rumit. Baiklah nanti jika badai sudah berakhir aku akan kerumahmu Lou"

"Fine. Bye Zayn I love you"

"Yea I love you too"

-

Harry's POV

"Ugh.." desahku. Kepalaku terasa sangat sakit sekarang.

"Kau sudah sadar? Baguslah, ini minum dulu" ucap seorang pria disampingku. aku tidak bisa melihatnya jelas, penglihatanku masih agak buram.

"Ah.. Terima kasih" aku kembali berbaring dikasur hangat ini.

"Jadi, siapa namamu?"

"Namaku?"

"Iya namamu"

"Na-namaku..."

"Siapa?"

"A-aku tidak tahu siapa namaku"

"Bagaimana kau bisa lupa namamu?"

Aku mengangkat pundakku.

"K-kau siapa?" tanyaku.

"Ah kau belum makan selama 3 hari. Aku ambilkan dulu ya"

3 hari?

"Apa aku pingsan selama itu?"

Ia mengangguk.

"Ini"

Kemudian ia membantuku untuk bersender.

"Aku masih lemas" rengekku.

Ia mengangguk lalu menyuapiku sesendok bubur. Baik sekali orang ini.

"Bagaimana rasanya?"

"Enak"

Ia tersenyum. Membuat sepasang kerutan diujung matanya.

Kemudian kami mengobrol tentang dirinya. Ia bercerita sembari sesekali menyuapiku. Aku hanya mendengarkannya saja. Orang ini lucu sekali kalau diperhatikan.

"Yea dan dengan begitu aku tinggal disini sendirian" akhir dari ceritanya.

"Ugh kepalaku sakit sekali"

"Minum obatmu, lalu tidur kembali, okay?"

Aku menggeleng.

"Aku mau mengobrol saja denganmu disini"

"Harold, kau masih sakit. Sebaiknya kau--"

"Harold?"

"Eh? Apa aku memanggilmu Harold tadi?"

Aku mengangguk.

"Apakah namaku Harold?"

"Erhhm... Y-yeaa namamu Harold. Harold Edward Tommo"

"Baiklah, namaku Harold"

"Namamu siapa?"

"Namaku? Namaku Louis. Louis William Tomlinson"

SPRINGE -Larry Stylinson-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang