Judul awal: DRAMA [ ON GOING ]
Penulis: linenix
Di dunia yang dikuasai oleh laki-laki, perempuan hanyalah bayangan-dijual, diperbudak, dan dibungkam. Nyx, gadis sarkastik dengan lidah tajam dan tatapan penuh pemberontakan, lahir di tengah kekejaman...
"Beatrix" adalah novel yang menggambarkan perjalanan seorang wanita cerdas, tangguh, dan penuh teka-teki yang hidup di dunia penuh kemewahan sekaligus bahaya. Beatrix, dengan pesona dan keanggunannya, adalah sosok yang tidak pernah tunduk pada aturan. Di balik senyum manisnya, tersembunyi rahasia kelam dan keputusan-keputusan berani yang mampu membungkam orang-orang di sekitarnya.
Mengangkat tema ambisi, pengkhianatan, dan perjuangan moral, "Beatrix" memadukan drama kehidupan urban dengan intrik yang memikat. Setiap bab membawa pembaca lebih dalam ke dunia Beatrix, di mana kenyataan sering kali tidak seindah penampilan.
Ini adalah cerita tentang seorang wanita yang tidak takut melawan norma, menciptakan jalannya sendiri, dan memperjuangkan posisinya di dunia yang penuh tekanan. Dengan karakter mendalam dan dialog tajam, "Beatrix" mengundang pembaca untuk melihat ke dalam kompleksitas manusia-di mana kekuatan dan kelemahan bertarung tanpa henti.
Berani membaca? Temui Beatrix, wanita yang tidak akan pernah Anda lupakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Feeling like a billionaire
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit London mulai bersemburat jingga ketika Beatrix Potter membuka pintu apartemennya di salah satu gedung tinggi di kawasan Canary Wharf. Langkah sepatu hak tingginya menggema di lantai kayu gelap yang mengkilap, menyatu dengan suara pintu yang tertutup pelan. Tanpa melepas mantel panjang hitamnya, ia melempar tas kulit ke atas sofa, lalu melangkah ke arah dinding kaca yang memamerkan pemandangan kota London yang sibuk. Di bawah sana, Sungai Thames berkilauan memantulkan cahaya lampu-lampu dari gedung pencakar langit yang berjajar di kedua sisinya.
Ruang tamunya dipenuhi oleh aroma lembut dari lilin aromaterapi yang masih menyala sejak pagi. Sofa kulit hitam yang terlihat mewah menyambutnya dengan keheningan, tetapi Beatrix tidak langsung duduk. Ia berjalan ke dapur terbuka, mengeluarkan botol anggur merah dari lemari, menuangkannya ke dalam gelas kristal, lalu melangkah keluar ke balkon.
Angin malam menyapa rambutnya yang berantakan setelah pertengkaran panjang di tempat kerja, tetapi ia tidak peduli. Dengan punggung bersandar pada pagar balkon, ia memandang lampu-lampu kota yang berkedip seperti jutaan bintang buatan manusia. Gelas anggur di tangannya sedikit bergoyang saat ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan aroma anggur yang tajam bercampur dengan udara malam yang dingin.
Ini adalah dunianya-sebuah apartemen modern di atas gemerlap kota yang tidak pernah tidur. Tempat ini seperti benteng, tempat ia bisa melepas topeng dingin dan arogan yang selalu ia kenakan di depan orang-orang. Tapi bahkan di sini, di ruang yang ia sebut rumah, Beatrix tidak pernah sepenuhnya melepaskan dirinya. Ada sesuatu di matanya yang gelap, tatapan kosong yang mengembara jauh di antara gemerlap lampu kota, seperti seseorang yang tahu ia harus terus bertarung.
Angin malam semakin dingin, tapi Beatrix hanya tersenyum tipis, menyesap anggur dari gelasnya. "London," gumamnya pelan, suaranya tenggelam dalam hiruk-pikuk kota di bawah sana. "Tempat yang tak pernah tidur... sama seperti aku." Beatrix mengangkat gelas kristal nya menatap nya sebentar lalu menegak minuman yang ada dalam gelas itu.
Ia mendengus kecil senyum asimetris nya kembali terpampang indah, Beatrix meletakan gelas kristal itu lalu beralih mengambil sebungkus nikotin yang tergulung rapih oleh kertas khusus yang memiliki rasa manis.
Rokok itu ia dekatkan ke dalam mulut ,tak lama asap tipis mulai bergerak berbarengan dengan rasa manis yang langsung menyerang tenggorokan.
Dia memandang botol anggur yang masih setengah penuh di meja, tersenyum tipis seperti sedang mengejek dirinya sendiri. "Kenapa tidak?" gumamnya sambil mengambil gelas kristal tadi. Beatrix menuangkan anggur merah ke dalamnya, membiarkan cairan itu berputar sebentar sebelum ia kembali tegap penuh percaya diri yang tinggi, membawa rokok di satu tangan dan gelas anggur di tangan yang lain.
Angin malam London terasa semakin menusuk, tetapi Beatrix tidak peduli. Dia menyandarkan tubuhnya di pagar balkon, menatap lampu-lampu kota yang terus berkedip. Asap rokok melayang tipis dari bibirnya yang merah, sementara gelas anggur itu ia putar pelan dengan gerakan anggun, membuat aroma buahnya semakin kuat.
"Sialnya, kota ini terlalu indah untuk kubenci," katanya pelan, menyeringai pada dirinya sendiri. Ia menyesap anggur itu, membiarkan rasanya yang tajam dan hangat meresap di tenggorokannya. Ada sesuatu yang ironis dalam keindahan malam ini. London memamerkan gemerlapnya, seakan ingin menghiburnya setelah hari yang panjang dan kacau.