Bab 3

8 0 0
                                    

Sura mendorong kursi roda yang diduduki Rini. Badannya setengah bersandar ketika mereka berdua memasuki lobby dari gedung utama Industri Kerisalis. Sura melihat keatas dan menyaksikan begitu banyak banner hologram mempromosikan prostetik tercanggih dari yang pernah ada.

"Kau yakin kau mau merahasiakan hal tersebut dari para murid?" tanya Rini begitu melewati pintu masuk otomatis.

"Ya. Sebagai ketua OSIS kau bisa lakukan itu, kan?"

"Aku bisa meminta mereka tutup mulut, tapi kalau penelitianmu populer, maka lain ceritanya."

"Aku menjualnya pada mereka. Artinya sudah bukan atas namaku lagi penelitian ini. Lagipula, aku yakin penelitian ini dapat membantu banyak orang."

Saat hendak memasuki lobby, Rini melihat ke atas dan tak bisa menerka tinggi gedung tersebut. Beberapa pesawat terlihat masuk ke dalam hangar yang tersedia di beberapa lantai setelah lantai 100. Industri Kerisalis tidak berbentuk kompleks, melainkan sebuah gedung seluas stadium sepak bola dengan tinggi menembus awan. Gedung tertinggi di dunia dan yang pertama kali memiliki Bandar udara bertingkat.

Sura membawa Rini menjelajahi etalase-etalase yang berisi prostetik dari waktu-waktu. Prostetik pertama kali diciptakan pada abad 18. Terbuat dari besi tebal dan fungsinya hanya untuk menutupi bekas luka atau sebagai tumpuan pengganti kaki. Lalu pada abad 19 tepatnya pada era industri, prostetik mulai menggunakan plastik dan porselen. Pada abad 21 di mana teknologi berkembang pesat, prostetik dapat bergerak dan memiliki komputer yang dapat membaca pergerakan otot di sekitar ujung anggota tubuh yang terputus. Ini dinamakan prostetik mekanik. Sekarang mendekati abad 22, prostetik dapat secara langsung berhubungan dengan otak.

"Dari mana mereka dapat semua ini?" tanya Rini dengan kagum.

"Industri Kerisalis punya hubungan yang luas dengan luar negeri. Dengar-dengar mereka punya militer pribadi."

Dan sampailah mereka ke sebuah hologram bertulis 'Manusia Bersatu Dengan Mesin' di mana di dalam etalase terdapat desain prostetik terkini. Prostetik sekarang dapat berhubungan dengan otak secara langsung, sehingga pengguna dapat merasakan kehadiran prostetik. Ditambah dengan teknologi nano, reseptor-reseptor mikro dapat dipasang di permukaan prostetik untuk mensimulasikan indra peraba.

"Jangan terbujuk oleh keindahan mereka. Semua yang ditunjukkan hanyalah versi ramahnya saja. Versi militernya..seusatu untuk ditakuti. Apakah kamu tahu bahwa pada persitiwa penyerangan massal pada gedung perusahaan, hanya diperlukan 20 orang dengan tangan dan kaki penuh prostetik untuk menghentikannya?"

Sayangnya Rini tidak mendengarkan Sura. Dia asyik melihat berbagai macam prostetik yang terbuat dari materi yang beragam. Apa yang membuatnya terkesima adalah tangan kanan yang masih berada di kategori "Work in Progress" yang pelindungnya berbentuk seperti sisik. Dikatakan tiap-tiap sisik dapat menghantarkan ledakan dalam bentuk gelombang yang dapat menyapu bersih sekelilingnya dalam diameter sebesar 20 meter.

*

"Sebuah komputer berukuran sekecil syaraf?" seru Herman dengan nada mengejek. "Antara kau berusaha bekerja di sini dengan cara bahaya atau kau benar-benar pintar."

Beberapa saat yang lalu, Sura berpisah dengan Rini. Dia menaiki lift menuju kantor Herman yang terletak beberapa lantai di atas lobby. Kantornya menjorok ke luar dengan bentuk balok. Tiga sisinya terbuat dari kerangka besi yang ditutupi kaca.

"Sekolah Harapan Baru menyogokku dengan beasiswa penuh dan uang penelitian satu milyar rupiah. Skema, cara kerja, hingga programnya terdapat di media penyimpan digital." Sura menunjuk sebuah batang aluminium di atas meja Herman.

"Aku sudah lihat. Cukup menarik. Kita tidak perlu membuang satu bagian tubuh dan menggantinya dengan mesin untuk menjadi manusia super. Hanya mengganti otot di beberapa bagian saja dan kau bisa menjadi petinju ulung atau lompat seperti belalang."

"Itu juga bisa membuat orang buta melihat. Selama ini, prostetik mata hanya bisa mengembalikan penglihatan bagi mereka yang dulunya dapat melihat. Artinya sangat bergantung pada syaraf optik. Orang yang buta sejak lahir tidak memiliki syaraf optik. Sama seperti orang tuli sejak lahir, tidak memiliki syaraf pendengar. Komputer kecil ini, menggunakan materi yang tepat, dapat menggantikan peran syaraf yang hilang."

"Maka kenapa ke sini? Secara mendasar, kau sudah punya semuanya."

"Sekolah Harapan Baru punya fasilitas laboratorium dan hal lain yang mendukung terjadinya sebuah penelitian, tapi mereka tidak punya perangkat untuk memproduksinya. Sumber daya akan materi juga terbatas. Aku butuh sponsor. Apakah anda akan menerima proposalku, Pak Herman?"

Herman melihat kembali gambaran syaraf buatan yang terpampang di depan matanya. Lalu dia melihat kembali mata Sura yang berbinar-binar, menunggu jawaban Herman.

"Satu hal. Apa tujuanmu dari menciptakan...sel buatan ini? Merubah dunia? Menjadi kaya?"

"Tidak. Tujuanku lebih kecil dari itu." Sura menunjuk Rini yang menunggunya dengan sabar menunggunya di bawah. "Gadis itu yang memakai seragam putih abu-abu. Yang sedang duduk di kursi roda."

Herman memutar kursi sandaran tingginya dan berdiri mendekati kaca. Ia mematikan semua hologram agar pandangannya jelas. "Bukankah itu Rini? Gadis yang menang melawan seorang pemain dengan kaki prostetik."

"Ya, itu dia. Kelalaianku membuatnya lumpuh. Aku mau membuatnya berjalan lagi. Syarafnya yang menghubungkan kaki dan otak rusak. Ketika ciptaanku sempurna, dia bisa bermain basket lagi."

Herman tertawa dan hatinya terasa hangat. Dia berjalan mengitari mejanya dan jongkok di depan Sura. Ia memegang pundaknya dan menatapnya dalam-dalam. "Bertahun-tahun, aku melihat anak muda dengan ambisi dan kepintaran melewati pintu depan. Apa yang membuatku salut adalah...kau adalah pemuda pertama yang tidak mencari kekayaan atau ketenaran. Persis seperti Bayu ketika dia mendirikan perusahaan ini. Mentorku. Lama sudah dia hilang dan kami kehilangan sosok yang berpengaruh. Hari ini aku melihatnya lagi...di dalam dirimu."

"Jadi anda..."

"Aku mengharapkan hal-hal besar darimu, Sura Kartanegara. Selamat datang di Industri Kerisalis, di mana manusia berevolusi." Herman menjabat tangan Sura dengan mantab.

Evolusi Manusia di Titik TertinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang