Terima kasih Luka

32 8 0
                                    

***
Perihal perasaan selalu tak pernah sederhana. Sebenarnya bukan tentang sayang atau tidaknya namun tentang jalinannya.

Mereka tau bahwa dua hati itu sebenarnya sudah saling terikat dan menginginkan satu sama lain. Mereka tau dan sadar.

Ada-ada saja memang cara untuk menguji perasaan tersebut.

Komunikasi

Abidzar dan Aliyyah sedang butuh pasokan energi berupa komunikasi untuk mengukuhkan kembali perasaan tersebut.

Salahnya..keduanya sama batunya.

Entah akan bagaimana ujungnya nanti.

Di hari libur ini, Aliyyah berencana untuk menghabiskan waktu di kos saja. Dia tidak berniat untuk keluar. Ia akan menyelesaikan beberapa tugas dan membaca buku yang sudah Ia beli entah berapa tahun yang lalu.

Ia juga memilih untuk mematikan data internet ponselnya. Ia benar-benar tidak ingin diganggu.

Lagu-lagi up-beat dari penyanyi favoritnya, Salma Salsabil juga Maliq D'essentials sudah mengalun merdu memenuhi telinganya yang terpasang headphone.

Tok tok tok..

Bunyi ketukan pintu dari luar kos Aliyyah.

Tok tok tok..

Aliyyah mematikan lagu yang sedang terputar dari Mp3-nya.

'Perasaan aku gak ada janji sama siapa-siapa deh' batin Aliyyah sembari berjalan menuju pintu kos untuk membukanya.

'Ceklek..'

Pintu kos terbuka dan nampaklah seorang laki-laki yang sejak kemarin membuat perasaannya campur aduk.

Abidzar berdiri disana.

"Hai.." sapa Abidzar agak canggung.

"Hai.." balas Aliyyah tak kalah kakunya.

Keduanya diam sepersekian detik hingga kemudian..

"ASTAGA.."
Aliyyah memekik tertahan, terkejut.

Abidzar mengeluarkan tangannya dibalik punggung, memperlihatkan jari tangannya yang terluka dan sedang mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.

"Tolong Al.." lirih Abidzar.

***
Aliyyah menyelesaikan kegiatan mengobati luka di tangan Abidzar dan segera membereskan peralatan P3K-nya.

Abidzar sibuk memperhatikan Aliyyah yang nampak sibuk kesana kemari.

"Lagian orang kok gak bisa hati-hati. Grasak-grusuk banget. Untung cuma jari yang kena dan lukanya gak terlalu dalam. Coba kalau bagian empuk lain yang kena ? Itu darahmu bisa habis seliter" cerocos Aliyyah.

Bukannya merasa takut, Abidzar justru merasa senang mendengar omelan Aliyyah. Ini adalah sosok Aliyyah yang kenal di bangku SMA. Aliyyah yang berisik, doyan ngomel, namun penuh perhatian.

Aliyyah memberikan satu botol air mineral dingin dihadapan Abidzar.

"Minum dulu.."

Dengan senyum yang tak pudar, Abidzar menerima minuman tersebut. Langsung menenggak setengahnya.

"Kok bisa ada disini ? Tau dari mana kalau aku ngekos disini ? Tumben juga bisa keluar, bukannya lagi banyak tugas ?" Pertanyaan terakhir jelas sebuah sindiran.

Abidzar berdehem.

Apakah sekarang Ia tengah memasuki fase diinterogasi pacar yang sedang merajuk atau curiga ?

"Kebetulan lewat aja sih. Iya, emang lagi banyak tugas. Ini aja sebenernya gak sengaja lewat depan asramamu. Niatnya mau ke kosan Febi buat ngerjain tugas" jawab Abidzar.

Harga Sebuah Percaya (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang