C144: Pemuda Tak Terkalahkan (3)

7 2 0
                                    

“……”

“Wonho, ini air.”

“…Ah. Terima kasih.”

Di dalam tenda ruang tunggu.

Wonho bereaksi sesaat setelah mendengar perkataan Taehyun yang memberinya sebotol air.

Taehyun segera memeriksa wajah Wonho, mengira reaksinya yang tertunda mungkin disebabkan oleh apa yang terjadi di panggung sebelumnya.

Namun, bertentangan dengan kekhawatirannya, Wonho tidak tampak pucat atau berkeringat seperti sebelumnya. Namun, bahkan saat ia menerima botol air itu, tatapannya tetap tertuju pada sesuatu.

“……?”

Mengikuti pandangan Wonho, Taehyun melihat monitor yang menyiarkan panggung secara langsung.

Berdiri di tempat, Taehyun juga mengalihkan perhatiannya ke monitor.

Di layar LED di belakang panggung, foto-foto dari masa kecil tim Youth Unbeaten hingga saat ini perlahan-lahan meluncur.

Kamera yang tadinya menampilkan keempat anggota secara utuh, beralih ke gambar solo Haru.

Haru, mengenakan kemeja putih lengan pendek, celana pendek biru, kaus kaki putih, dan sepatu kets Converse berwarna krem, melakukan kontak mata dengan masing-masing hyungnya di atas panggung.

*Ah, kupu-kupu kecil, terbanglah jauh dan luas,
Tinggallah di mana kau mau,
Atau pergilah ke mana hatimu inginkan,
Karena di mana pun kau berada,
Bunga akan mekar dengan caranya sendiri.*

"……Ah."

Apakah dorongan murni di hati Haru yang menyentuhnya?

Taehyun merasakan matanya berkaca-kaca tanpa menyadarinya saat dia mendengarkan liriknya.

Ia mengira liriknya hangat ketika didengarkan melalui Hajin, tetapi mendengarnya dalam suasana ini membuat setiap barisnya terasa menenangkan.

Kamera kemudian mengarah ke Seok di sebelah kiri. Di atas gambarnya, wajah Siwoo muncul di sebelah kanan.

Saat piano Hajin, gitar Siwoo, dan perkusi dari MR berangsur-angsur terbentuk, keduanya mulai bernyanyi secara bersamaan.

*Di manakah aku?*
*(Bahkan dalam ombak yang ganas, tunas pun muncul)*
*Tentu saja aku kehabisan napas,*
*(Bahkan dalam dingin yang menusuk, matahari bersinar menembus)*
*Tanpa tahu ke mana aku menuju,*
*(Jadi, anakku, tak apa-apa jika kadang kau tersandung)*
*Aku ditinggal sendirian, terjebak di sini,*
*(Kau sudah tahu caranya untuk berdiri tegak.)*

Suara mereka saling terkait dan menyatu.

Meski lirik-liriknya, yang termasuk dalam lagu terpisah, tidak selaras sempurna, pesan dan emosi yang disampaikan lebih jelas dibandingkan lagu lainnya.

Siwoo dan Seok saling memandang, akhirnya bisa tersenyum nyaman.

*Di manakah kita sekarang?*
*(Ah, kupu-kupu kecil, terbanglah jauh dan luas)*
*Apakah sudah terlambat untuk kembali?*
*(Sayapmu indah apa adanya)*
*Bahkan dalam mimpi, bintang tidak terbit,*
*(Tetapi, wahai kupu-kupu kecil, tak apa-apa untuk sekadar melayang)*
*Apakah aku akan menghilang seperti ini?*
*(Terkadang, hidup hanya tentang bertahan.)*

Kali ini suara Haru dan Hajin selaras.

Kontras yang mencolok antara nada suara mereka terasa seperti percakapan antara seorang anak laki-laki dan seorang pemuda.

Setelah nyanyian yang intens, selingan musik pun menyusul.

Diiringi alunan gitar dan piano Siwoo dan Hajin, Seok memainkan solo biola yang sendu. Haru bergoyang lembut mengikuti irama, sesekali memainkan baris teratas *Where am I* pada xilofon saat gilirannya tiba.

[1] Mencegah Regressor Dengan DebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang