7

1.1K 95 37
                                    

Seminggu telah berlalu kembali... hari demi hari kondisi Kinan terus memburuk, dia sudah tidak bisa lagi bergerak, matanya hanya bisa terpejam, dan kabel terpasang di beberapa bagian tubuhnya, dia sudah koma sejak lima hari yang lalu. Dan sekarang Aldo dan Rani hanya bisa berharap lewat pendeteksi detak jantung dari monitor, dengan harapan yang mereka ucapkan setiap hari agar garis-garis pada monitor tidak berubah menjadi garis panjang mendatar.

Setiap hari, Rani terus menangis setiap kali melihat wajah putrinya yang tidak berdaya, tentunya ia selalu didampingi Aldo yang senantiasa mendengar isakan tangis Rani. Aldo merelakan sekolahnya hanya untuk menemani Kinan di sisa-sisa hidupnya, ia beranggapan bahwa tidak ada yang lebih penting lagi selain melihat orang berharganya yang selama ini selalu melihatnya.

Waktu menunjukan pukul 8.25 pagi waktu Singapore. Pagi itu Aldo berada di kamar Kinan sendirian karena dua hari ini Rani sibuk melayani setiap kerabat yang datang menjenguk Kinan. Dan disinilah Aldo sekarang, duduk di samping ranjang Kinan, menggenggam tangan dingin Kinan, menatap wajah Kinan yang tak berdaya sambil sesekali melirik ke arah monitor.

"Kamu terlihat lebih menyedihkan dari pada aku dengan virus HIV ini," ujar Aldo sambil tertawa sedih, "Apa kamu berpikiran sama dengan ku?" tanyanya lagi.

Kemudian tangan Aldo yang bebas mengelus lembut rambut Kinan, kalian tahu bagaimana wajah Aldo? Ia menahan tangis begitu tangannya menyentuh rambut halus itu.

"Kinan, bisakah aku menggantikan posisi mu? Aku lebih baik mati deluan dari pada harus melihat kamu yang mati deluan," kata Aldo lirih dan tanpa sadar air matanya telah menetes, rahangnya mengeras menahan tetesan air berikutnya tapi... tetap tidak bisa terbendung, ia menangis dan menundukan kepalanya tak berani menatap mata Kinan yang tertutup, "Kinan aku sayang kamu," ungkap Aldo tanpa mendongak menatap Kinan.

Tiba-tiba saja tangan Kinan yang digenggam Aldo bergerak, membuat Aldo kaget dan langsung mendongakan kepalanya menatap Kinan, secercah harapan muncul di wajahnya.

"Kinan kamu mendengarku?" tanya Aldo dengan terus menatap mata Kinan yang mulai bergerak terbuka.

Aldo tersenyum bahagia, ketika melihat mata Kinan benar-benar terbuka dan sekarang sedang menatapnya. Samar-samar Aldo melihat gerakan pada mulut Kinan seperti berbicara, dengan segera Aldo bangkit dari duduknya dan melepaskan inhalasi yang membantu Kinan bernafas.

"Apa yang ingin kamu sampaikan Nan?" tanya Aldo.

"A- a...ku ss... sa- yang ka- mu..." kata Kinan lirih yang lebih cocok disebut bisikan.

Air mata Aldo kembali menetes mendengar ucapan Kinan, ia mencium kening Kinan, "Iya Kinan, aku juga sayang ka..."

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit!!!

Bunyi panjang dan nyaring terdengar dari arah monitor pendeteksi detak jantung. Aldo kaget dan langsung melihat mata Kinan yang sudah tertutup, ia mengguncang-guncang badan Kinan kalap.

"Kinan! Kinan bangun Kinan!!!" teriak Aldo, kemudian ia segera menekan tombol darurat di atas ranjang Kinan, tak lama dokter masuk yang diikuti Rani di belakangnya.

"Kinaaaaan!" teriak Rani yang telah menangis hebat melihat anaknya terbujur tak berdaya.

Aldo segera merengkuh pundak Rani dan berusaha menenangkannya, "Tante tenaang tante..."

Aldo dan Rani melihat cemas ke arah Kinan yang dadanya sedang disetrum defibrilator oleh dokter yang mencoba membangkitkan kembali detak jantung Kinan yang berhenti. Namun, setelah beberapa lama, akhirnya dokter menyerah dan menoleh menyesal ke arah Rani dan Aldo.

Sadar dengan apa yang sudah terjadi pada Kinan, tangis Rani kembali pecah tak tertahankan, ia berlari menghambur memeluk tubuh putrinya yang sudah tak bernyawa.

Sedangkan Aldo hanya bisa berdiri mematung menyaksikan kejadian di depannya sampai dokter menghampirinya, "Sorry, we've been trying our best to save her lives. Now, Kinan has no pain anymore," ujar dokter sebelum pergi meninggalkan kamar rawat Kinan.

#

Sekarang di sinilah Aldo berada, berjongkok sambil terus menatap batu nisan Kinan. Sebelah tangannya memegang sebuah kertas biru, kalian tahu bagaimana ekspresi Aldo saat itu? perasaan bersalah terus menyelimutinya sampai kapan pun juga. Sekarang Aldo sudah benar-benar sendirian, tidak ada lagi Kinan dalam hidupnya, tidak ada lagi sahabat yang selama ini selalu berada di sampingnya memberi semangat hidup.

Aldo membuka surat biru yang ia pegang, membaca setiap kalimat yang tertulis rapih di sana, ini adalah surat biru terakhir yang akan diterima Aldo.

"Mungkin saat kamu melihat aku terbujur kaku dengan kabel-kabel yang membantu aku hidup, kamu berpikir akan menggantikan aku dalam posisi ini, kamu memilih mati deluan daripada aku kan? HA HA HA... tapi itu tidak akan mungkin terjadi, karena jujur saja aku senang dalam posisi begini, melihat kamu duduk menatapku dengan sedih, bahkan kamu pasti sempat menangis kan? Dasar cengeng!

Kamu bingung kenapa aku senang berada dalam posisi ini? Itu karena aku senang bisa menepati janjiku padamu, untuk tidak sedih dan menangis lagi karena mu dan sekarang aku benar-benar menepatinya bukan? Aku tidak menangis, malah kamu yang menangis karena aku. Ha Ha Ha...

Maaf ya karena aku merahasiakan penyakit ku ini dari mu, aku hanya tidak ingin melihat kamu sedih Aldo... dan terima kasih ya sudah melihat ku... yaaaa walaupun itu sangat-sangat terlambat... Ha ha ha... sudahlah intinya aku sangat senang mempunyai sahabat seperti mu...

Aku hanya ingin kamu hidup bahagia walaupun dengan virus HIV sekalipun mengalir di darah mu... I Love you, not more than friendship! :) just friendship... forever...

Aku nggak ninggalin kamu kok Do, aku hanya berada di dimensi berbeda dari kamu, aku akan selalu ada pada setiap angin yang berhembus ke arahmu... kenapa angin? Aku tidak ingin menjadi bintang, karena bila aku menjadi bintang aku hanya bisa melihat mu pada malam hari. Tapi, Angin? Aku selalu ada dimana pun kamu berada.

Sahabat... lupakan aku jika kamu terus menyalahkan dirimu sendiri ketika mengingat apa yang telah terjadi kepada ku..."

Disaat Aldo berusaha menahan sakit yang dideritanya, Kinan sedang berusaha melawan kesekaratan akan kematian yang menghampirinya.

--------------------

ini udah end yaaa? wkwkwk... ending cerita ini gue terinspirasi sama novel The Fault In our Stars! Novel yang keren banget itu loooh. wkwk

warniiing!!!!

coming soon fan fiction One Direction lebih tepatnya Harry Edward Styles dan Zayn Javadd Malik. judul FF nya 'Devil Or Angel' pemeran ceweknya Dakota Fanning.

Surat Itu Hatinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang