4

858 93 5
                                    

Waktu menunjukan pukul 5.45 sore. Kinan duduk bersila di tempat tidurnya yang langsung menghadap ke luar jendela, tempat tidurnya sengaja di desain menempel dengan jendela besar kamar Kinan, dia merasa tidur dengan jendela terbuka adalah hal yang sempurna di bumi ini.


Kinan memandang kosong ke depan- suasana langit sore yang perlahan mulai gelap, pancaran langit oranye itu mengisi ruangan kamar Kinan yang gelap tanpa lampu yang sengaja ia matikan, lebih tepatnya malas bergerak untuk menghidupkan lampu. Hembusan angin menyapu wajah Kinan lembut dan menghembus rambut Kinan yang tergerai lembut.


Kalian tahu?


Kinan yang kuat terlihat lemah sore itu, benar saja sebenarnya ia adalah perempuan yang lemah, hatinya tak sekuat baja... sama sekali tidak, hatinya begitu rapuh serapuh kerupuk kulit. Kalian tahu? Kinan sudah begitu sejak tiga hari yang lalu sepulang dari rumah Aldo, ia tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak bergerak se inci pun (kecuali panggilan alamiah), terus duduk memandang ke luar jendela yang terus terbuka selama tiga hari itu.


Kalian pasti sudah bisa menduga bagaimana kondisinya sekarang bukan? Wajahnya terlihat lesu dengan lingkaran di matanya, kondisinya sangat berantakan kecuali rambut lembutnya yang masih rapih karena terus tersisir oleh hembusan angin, percayalah rambut hitamnya tetap rapih!


Kalian bingung kemana Mama Kinan? Dia telah lelah membujuk Kinan makan, mandi, tidur, minum, sekolah daaaaan sebagainyaaaa... jadi ia hari ini memilih untuk diam saja, meyerahkan semuanya sesuka hati anaknya. Dia tahu bahwa Kinan memiliki masalah dengan hatinya, karena dulu pun dia sama seperti Kinan, selalu menyendiri tanpa mau di ganngu oleh siapa pun, ia menyesali kebiasaan buruknya dulu kalau tahu itu akan berpengaruh pada anaknya sekarang.


Kembali pada Kinan. Sekarang kamarnya sudah benar-benar gelap hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari pintu kamar Kinan yang terbuka. Angin semakin lama semakin berhembus kencang menerpa wajah Kinan, ini berbeda anginnya sangat-sangat kencang menampar-nampar wajah Kinan.


Kinan menghela nafas, terdengar lelah sangaaaat lelah. Wajahnya berubah seperti... menahan tangis, benar saja badannya bergetar dan... tes! Air mata jatuh dari wajahnya... lagiiii! Dua hari belakangan ini ia terus menangis bila malam telah tiba dan sekarang itu terulang kembali.


Detik berikutnya... badannya bergetar hebat, tangisnya sudah pecah tak terbendung, kepalanya tertunduk tak kuasa mendengak lurus lagi, dadanya terasa sesak dan sulit bernafas sampai akhirnya ia "AAAAAAAAAAAARRGGHHH!!!" berteriak di sela isaknya... lagiii!!!


#


"Tante, apa Kinan masih-?"


"Iya nak Aldo, tante udah bingung mau ngapain lagi, pasti sekarang dia lagi nangis," jelas Rani, mama Kinan memotong pertanyaan Aldo.


Aldo menghela nafas, malam itu ia mengunjungi rumah Kinan... lagi! Dia memandang tangga menuju kamar Kinan lemah, kemudian kembali menatap Rani.


"Dia kenapa sih tan? Udah tiga hari kayak begitu terus, nggak mau sekolah dan aneh banget," tanya Aldo sekaligus bingung dnegan sikap Kinan.

Surat Itu Hatinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang