Liontin

178 5 0
                                    

Penulis : Merumi

-------------------

Seorang wanita keluar dari toko perlengkapan bayi dengan keranjang penuh. Ia melangkah melewati gang-gang kecil dipinggiran kota Gwanak. Selama dia berada di California, ia ingin bersenang-senang dengan keluarga kecilnya, namun keputusan suaminya untuk datang ke Korea tak dapat ditoleransi. Seorang istri hanya bisa mengikuti jejak suaminya kemanapun ia pergi, dan sampailah dirinya di kota ini. Sebuah kota yang ramai di Seoul, Gwanak.

Dalam gendongannya tertidur lelap bayi mungil berkulit seputih salju dengan bibir semerah cherry, Wu Yi Fan: nama yang mereka berikan saat bayi itu pertama kali menghirup oksigen di dunia ini. Seorang bayi laki-laki berhidung mancung dan mungil. Sei Ya menatap lelaki kecil itu dengan tersenyum lebar. Langkah-langkah pastinya menjejaki pinggiran jalan dengan cepat. Hatinya sama terang seperti matahari yang bersinar di atas sana.

Malam nanti akan ada pesta kecil untuk merayakan keberhasilan suaminya mengambil hati perusahaan sebuah surat kabar. Surat kabar Gwanak yang berformat setengah gratis. Dan suaminyalah salah satu punggawa pembawa berita yang setiap hari harus memikirkan artikel-artikel yang dirasa luar biasa bagi pembacanya.

Sei Ya masih melangkah, menuju apartemennya beberapa meter lagi. Sebulan yang lalu mereka pindah, namun baru kemarin suaminya mendapatkan panggilan kerja. Itu tak masalah bagi Sei Ya, kebahagiaan adalah nomor satu diatas segalanya. Meskipun mereka ketimpungan mencari lembaran Won untuk membiayai tempat tinggal, mereka tak pernah mempersulit kehidupan dengan berpikir panjang sampai harus frustasi Karena minimnya lapangan pekerjaan. Sei Ya yakin, jalan hidup setiap orang memiliki variasi berbeda.

Langkah Sei Ya terhenti saat seorang wanita berambut panjang dengan busana rapi ala kantor berlarian meriakkan kata 'bom'. Beberapa dari mereka juga berkasak-kusuk melihat disudut jalan yang tak jauh dari Sei Ya berdiri. Dalam sekejap, orang-orang berteriak histeris. Suara gemuruh menderu kencang. Kegaduhan yang sangat memerangahkan dipagi yang cerah. Satu demi satu orang-orang yang berada didalam toko menghambur keluar.

Sei Ya memperhatikan sekelilingnya, ia mempererat pelukannya pada buah hati satu-satunya itu dan memegang erat keranjang belanjaan yang ada ditangan kanan. Seperti sudah ada alarm yang harus membuatnya berlari detik ini juga. Sei Ya mengambil lawan arah. Kembali menapaki jejaknya yang sudah ia lewati tadi.

Suara kehebohan merebak begitu saja diudara. Hanya satu sepersekian detik pandangan semua orang diedarkan pada burung besi yang melesat kilat bagai peluru. Warna hitam berangsur-angsur hadir diantara bulir-bulir kecemasan. Sei Ya tak sempat menjerit seperti yang lainnya. Tubuhnya roboh seketika saat bongkahan bangunan setinggi 500 meter menghantam tubuhnya. Bayi dalam gendongannya menjerit histeris.

Matahari dengan berat hati menyinari bumi. Wajahnya tersaput kepulan hitam membumbung tinggi. Ia menjadi saksi bisu atas kejadian memilukan dimuka bumi. Seoul, Gwanak, Desember 1990, Utara membalas dendam atas ketidak adilan Selatan mengambil wilayahnya.

Deringan weker di atas nakas membangunkan Yi Fan dari lelapnya tidur malam. Ia mengucek matanya dengan tangan kanan, sedangkan yang kiri meraba-raba mencari keberadaan benda persegi itu agar ia segera diam. Pukul sepuluh pagi, tidak seharusnya ia menyetel penunjuk waktu di angka itu. Dengan malas Yi Fan bangkit, berjalan gontai menuju kamar kecil di sisi kiri kamar itu.

Yi Fan menatap dirinya di dalam cermin. Wajah kusamnya terlihat jelas. Kerutan-kerutan lelah menjadi wakil atas apa yang dikerjakannya selama beberapa tahun terakhir ini. Bekerja, membanting tulang hanya untuk menyokong hidup.

Yi Fan tak sepenuhnya tahu kenapa ia harus berada di antara orang-orang yang juga sama sekali tak mengerti tentang dirinya. Namun garis kehidupan tak dapat ia tentang. Tuhan menciptakan dirinya dan menuliskan seluruh jalan hidupnya dengan maksud yang tak semua orang bisa tahu, bahkan dirinya sendiri.

Winter's Tales [Antologi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang