Chapter 3

27 0 0
                                    

@Baru beberapa menit sampai disekolah, Michell sudah disatroni Agni dan Ezy untuk di tanyai macam-macam tentang keadaan adiknya. Michell pusing dengan ke kepoan mereka, mereka itu terlalu perduli sama adiknya yang kelewatan jahil itu.

“Gimana adek lu? Gapapa kan?” Tanya Agni.

“Gimana keadaannya? Udah membaek dari kemarin kan?” Ezy menambahi.

“Iya, gapapa nggak kenapa-napa. Udah ah, gue mau duduk.” Jawab Michell ketus.

“Busyet pagi-pagi udah emosi aja lu.” Tiba-tiba Dino si raja pembuat keki ikut gabung.

“Dino!! Tambah emosi gue ngeliat lu, sana pergi.” Michell langsung mengusir Dino yang belum sempat melancarkan aksinya untuk membuat Michell naik pitam.

“Oke deh, gue kembali ke habit asal gue.” Dino langsung berlari kecil menuju tempat duduknya sebelum di amuk Michell.

Michell berpikir daripada pagi-pagi begini masang tampang suram dan marah-marah, lebih baik menghayal dulu. Dengan harapan besarnya apa yang dikhayalkan itu menjadi kenyataan, mempunyai pacar yang perfect. Dan seperti biasa, ketika Michell larut dalam khayalannya pasti akan terjadi berbagai gangguan. Agni sengaja membuat  Michell kaget dan jelas marah-marah karena ulahnya itu.

“Agniii. Ganguin aja lu.” Bentak Michell.

“Bentar lagi bell loh, udahan dulu menghayalnya.” Jawab Agni tanpa rasa merasa bersalah.

Michell merasa terganggu karena Agni, tapi karena bell sudah berbunyi jadi mau tidak mau dia mengehentikan kegiatan anehnya itu. Kalau tidak nanti nilainya bisa jatuh dan di kalahkan oleh Rafha.

Michell dan Rafha ini dari dulu bersaing ketat, mereka sama-sama pintar. Seringkali mendapat  juara 1 bersama. Walau begitu, mereka sering merasa tidak puas karena di dalam hati mereka masing-masing mereka berkata: kenapa sih dia harus rangking 1 juga, kenapa nggak gue aja?. Teman-teman mereka tidak habis fikir dengan ulah mereka ini. Seharusnya mereka itu harus saling bersyukur karena prestasi yang mereka peroleh.

Setelah menghabiskan 4 jam pelajaran di dalam kelas, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Michell merasa perutnya begitu keroncongan dan segera mengajak Agni ke kantin sekolah.

“Lega gue udah jam istirahat Ag, kantin yuk.” Ajak Michell kepada Agni.

“Ayukk. Laper banget ni.” Agni langsung mangamit lengan Michell dan kekantin.

Diam-diam Ezy melihat Agni yang menggandeng tangan Michell. Dan memang aneh, itulah yang Ezy katakan untuk dirinya sendiri. Karena melihat seorang perempuan menggandeng tangan Michell saja ternyata membuatnya cemburu. Ezy merasa cemburu karena tidak pernah bisa untuk sedekat itu dengan gadis pujaannya, Michell.

“Zy, kenapa lu?” Dino membuyarkan lamunan Ezy.

“Pengen megang tangannya si Michell yakk?” Tambah Dino.

“Apaan sih lu? Nggak kok.” Jawab Ezy berusaha menutupi.

“Ayo ngaku aja deh. Mending pegang tangan gue aja deh biar nggak jealous gitu.” Goda Dino.

“Idiih lu jijay, merinding gue.” Ujar Ezy dengan ekspresi jijay.

“Udah, pura-pura jijik lu, sesama sekong kan nggak papa.” Ujar Dino.

“Lu kali yang sekong, gue nggak yaa.” Bantah Ezy.

“Gue mau ke kantin, awas lu.” Ujar Ezy meninggalkan si sekong eh salah Dino maksudnya. Dia bukannya sekong tapi ya rada gimana gitu.

Ezy menuju ke kantin dan langsung memesan bakso dan segelas orange juice, lalu mengambil tempat di sebelah Agni dan Michell.

“Hai, boleh gabung?” Tanya Ezy kepada Michell dan Agni.

“Ya, silakan.” Jawab Agni.

Dan Michell hanya diam tidak menanggapi ucapan Ezy. Kelihatannya dia lagi terhanyut dalam kebiasaan super anehnya. Heran, anak sepintar dia kok punya hobi yang aneh begini. Agni dan Ezy enggan mengganggunya. Takut kalau  Michell akan meledak-ledak karena di ganggu.

Pikiran Michell memang lagi tidak berada pada tempatnya. Memang benar dia lagi menghayalkan sesuatu. Yaitu, punya pacar yang tajir, supermodel, tampan, dan juga baik hati. Bisa mengerti apa yang dia mau dan  apa yang dia rasakan. Michell membandingkannya dengan 3 orang teman lelakinya, yaitu Rafha, Ezy, dan Dino. Kalau Rafha tajir, wajahnya pun tampan, juga idola para teman-teman perempuannya di sekolah, tapi dia sikapnya kasar kepada Michell.

Lalu Ezy, kalau dengan Ezy apa yang dihayalkan Michell itu nyaris semuanya ada pada lelaki itu, tapi Michell merasa agak risih karena dia orangnya terlalu khawatiran. Dan kalau Dino, bisa di katakan agak jauh dari yang di harapkan Michell. Bukan karena Dino jelek, Dino lumayan juga walaupun tidak terlalu tampan. Yang membuat Michell tidak sreg kepada Dino itu sifatnya yang terlalu jahil, pembuat onar dan penggoda alias tukang gombal. Sifat-sifat itulah yang membuat Michell risih dan tidak suka.

“Mak lampir! Menghayal lagi ya lu??” Rafha mengagetkan Michell.

“Ehh, apaan sih lu?” Ujar Michell sambil mencak-mencak.

“Mama lu titip pesen nyuruh lu balik sama gue, dia nggak bisa jemput. Adek lu masih ngebutuhin dia.” Terang Rafha.

“Terus?” Tanya Michell.

“Terserah lu mau balik ma gue apa nggak? Kalau iya ayo, nggak ya udah lu balik sendiri.” Jawab Rafha enteng.

“Ya udah, gue ikut lu.” Ujar Michell menyetujui pulang bareng Rafha.

“Oke. Gue cabut dulu.” Ucapan Rafha di balas dengan ekspresi datar Michell.

Di dalam hatinya Ezy merasa sangat cemburu, karena Michell tumben oke-oke aja dengan ajakan Rafha. Biasanya dia akan menolak mentah-mentah walaupun orang tuanya yang titip pesan. Agni sepertinya juga merasakan keganjilan yang Ezy rasakan. Ia pun langsung mengambil tindakan.

“Bener lu mau balik sama si Rafha Chell?” Tanya Agni.

“Iya.” Jawab Michell singkat.

“Tumben? Kenapa?” Tanya Agni lagi.

“Irit biaya, kalau balik sendiri otomatis uang gue terkuras, mending balik ma kakek peyot aja deh.” Jawab Michell enteng.

“Oh gitu.” Jawab Agni mengerti.

“Ya udah, gue cabut dulu mau ke kelas.” Ujar Michell berlalu pergi. Agni tersenyum simpul kepada Ezy dan meninggalkannya sendiri juga.

“Gue juga mau ke kelas dulu ya.” Pamit Agni. Di balas senyuman Ezy.

TBC

**********

The Real BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang