Tragic Goodbye

322 46 0
                                    

Sup?
-a-

"Wow. Sangat megah." Hanya itu kata yang bisa diucapkan Yuko ketika mereka sampai di Refurya Academy. Hood hitamnya turun karena Ia melihat dengan kepala mendongak. Mulutnya menganga. Mungkin karena Ia baru pertama kali keluar rumah selama 13 tahun terakhir ini.

Refurya Academy? More like, Refurya City. Pikirnya. And it looks so good when the night comes. Fairylights everywhere. Or is it just glowing little fairies? Ah, i dont even know.

Yuko benar. Segala penjuru Refurya Academy terlihat sangat majestik dan megah. Terlihat seperti sudah ribuan tahun lamanya. Namun, bangunannya nampak senperti sudah direnovasi. Terlihat agak modern. Refurya Academy berdiri megah diatas lautan. Di sebelah timur dan baratnya terdapat pulau yang panjang menutupi sekeliling Refurya Academy. Ukiran-ukiran yang terpahat di gedung-gedung Refurya umumnya bergambar malaikat, bintang dan sayap yang bervariasi. Semua gedungnya berwarna putih-krem. Tak ada warna gelap sedikitpun. Hal ini membuat Yuko sedikit kecewa.

Langit pun sangat terlihat indah malam ini. Bintang-bintang bertaburan membentuk celah panjang dilangit. Terlihat seperti milky way. Tapi, Yuko tak melihat adanya bulan di langit. Langit terkesan indah dan agung. Tapi tidak mistis dan misterius.

Yuko lebih suka langit yang mistis dan misterius.

Udara dingin kembali menyapa Yuko. Dingin sekali diluar sini. Batinnya.

Yuko berjalan kearah pinggir jalan, dan berhenti disana. Berdiri dan masih merasakan dinginnya angin malam. Ia melipat tangannya dan menutup mata. Sejuk. Pikirnya. Ia lalu tersenyum dan membuka mata. Ia melihat sekumpulan lumba-lumba sedang bernenang dengan bebasnya. Disampingnya, kaum Mermaids dan Merman menemaninya. Mereka berenang kira-kira 120 km/jam. Mereka bercengkrama dengan bahasanya. Kaum Mermaids dan Merman tertawa bersama dengan lumba-lumba itu. Hidup mereka sangat bahagia. Ketika mata Yuko dan mata salah satu duyung bertemu, yang rambutnya berwarna ungu pastel dan iris merah tajam, Ia langsung memberi isyarat kepada teman-temannya untuk menyelam lebih dalam ke laut. Setelah itu, Yuko tak melihat mereka lagi. Hilang ditelan lautan.

Oh, betapa aku berharap bisa sebebas mereka. Pikirnya.

"Umm.. nona?" Suara kaku muncul dari belakangnya. "Tidak masuk ke dalam? Kita yang terakhir diluar. Sepertinya acaranya sudah mulai." Itu adalah suara supir hover.

Yuko hanya mengangguk dan pergi kedalam hover untuk membangunkan Haru yang masih terlelap. Tidurnya terlihat sangat nyenyak.

Haru. Yuko mengguncangkan bahu kembarannya itu. Haru, kita sudah sampai.

Alih-alih bangun, Haru malah memegang lengan Yuko dan memeluknya. "Hmmph." Katanya. Yuko merasakan hembusan udara hangat yang keluar dari mulut Haru ke lengannya yang dingin. Haru menaikkan kepalanya dan bersandar di bahu Yuko. "Don't go.. stay." Yuko merinding. Ia membisikkan itu ditelinga yuko sembari bersandar di bahu Yuko. Yuko sekali lagi merasakan hembusan nafas yang hangat itu di lehernya. Oh tidak. Bagian yang sensitif. Yuko melepaskan pegangan Haru.

Takut Ia lepas kendali, Yuko langsung menokok kepala Haru.

"Ouch!" Haru kesakitan dan memegangi kepalanya. Ia memasang muka cemberut.

"Hehe." Yuko tertawa kecil.

Lalu ia keluar dari hover dan Haru ikut dibelakangnya. Mereka lalu berjalan masuk kedalam gedung utama bersama-sama. Yuko menyandangkan tas serbaguna hitamnya dipunggung, mendengar lagu dari headphone & mengenakan hood nya. Agar orang-orang tak bisa melihat wajahnya ketika Ia tertunduk. Agar orang-orang tak bisa melihat iris matanya yang berwarna biru gelap. Sedangkan Haru, memasukkan tangan kirinya kesaku dan memegang tas serbaguna putihnya dibahunya seperti gaya pelajar Jepang sepulang sekolah.

Frost & FlameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang