part 2

108 6 2
                                    

Aku punya seribu alasan untuk malas banget ke sekolah hari ini

1) Karena dio akan pergi

2) Karena Altaf pindah ke sekolahku

3) Karena Altaf pindah ke sekolahku

4) Karena Altaf pindah ke sekolahku

5) Karena Altaf pindah ke sekolahku

Begitu seterusnya sampai seribu, sayangnya ada satu alasan yang mengahancurkan seribu alasanku itu "ulangan matematika".

Dan ya, di sinilah aku sekarang, berjalan di koridor sementara semua orang menatapku dengan wajah terkagum-kagum. Beberapa dari mereka terlihat berbisik. Oke please, aku tahu banget kalau aku cantik, tapi nggak perlu sebegininya ngeliatin aku, dan apaan tuh? Iler?

Dari arah yang berlawanan, aku melihat Kikan, sahabatku itu berlari mendekat ke arahku.

"ABY" aku menghentikan langkah saat Kikan berada tepat di depanku, matanya membelalak seperti orang kerasukan.

"By, di belakang lo siapa? Anjrot ganteng banget!" saat bisikan Kikan mulai tercena di dalam otakku, barulah aku membalikkan badan 360 derajat dikali dua dibagi empat = 180 derajat.

"Altaf" panggilku pelan saat berhadapan dengan orang yang disebut Kikan. Aku menggigit bagian dalam pipiku karena terkejut. Dia malah tersenyum semenawan mungkin, sontak saja aku mendengar jeritan yang hampir tertahan dari sekelilingku. Eh? Jadi dari tadi mereka ngeliatin Altaf, bukan Aku.

Sok cantik banget sih lo Abyana.

Babi memang.

Altaf yang babi.

Aku mengalihkan pandangaku ke kanan, sebenarnya ini upaya kecil yang bisa aku lakukan saat ini supaya nggak ngeliatin muka ganteng itu terus. Bahaya.

"Hei" suara altaf terdengar dari arah depanku, Melihat iler cewek-cewek di koridor mengalir sederas air terjun, aku tahu dia pasti lagi senyum sok ganteng sekarang.

Aku mendesah ringan kemudian kembali menatapnya sambil berkacak pinggang, ngapain dia ngikutin aku?

"Ng--"

Namun belum sempat aku berbicara, secepat kilat bibirnya nempel di pipiku sebenstar. Secepat kilat pula suara jeritan untuk kedua kalinya terdengar dari sekelilingku, kecuali Kikan yang malah sesak nafas dan menarik-narik baju seragamku. Kulihat kini Altaf kembali ke posisi tegapnya. Aku melototi altaf yang kini makin mengembangkan bibirnya untuk tersenyum.

"Ap--"

"Gue belum sarapan" ucapnya memotong ucapanku sambil cekikikan dan berlalu pergi.

Apa dia bilang? Belum sarapan? Terus apa hubungannya sama nyium-nyium? Memangnya pipi aku rasa nasi goreng?

Aku beralih menatap Kikan yang masih menarik narik seragamku.

"Kik, tisu basah" suaraku malah terdengar bergetar saat ini. Jangan bilang mataku mulai berkaca-kaca. Kikan yang melihat reaksiku langsung mengeluarkan tisu basah dari dalam tasnya. Saat mendapat uluran tisu dari kikan, aku berjalan sambil menghapus bekas ciuman tadi dengan kasar.

"By lo nangis?" Aku menggelengkan kepala kuat, tanpa mau menjawab pertanyaan Kikan.

"By seriusan deh" suara Kikan terdengar makin cemas. Lagi lagi aku hanya menggelengkan kepala untuk menjawabnya.

---

"Dia nyium aby!!!"

"Pacar Aby kali"

"Masa dia nyium Abyana"

"Kak aby? Seriusan? Waw"

"Anjir. Ganteng gitu"

Kayaknya setelah insiden tadi pagi, aku malah jadi trending topic di sekolah. Lihat saja sekarang, temen-temenku nggak terkecuali adek-adek kelas hampir semuanya lagi ngomongin itu.

Karena kesal, aku menggebrak meja dengan keras. Sontak saja semua mata yang ada di kantin mengarah padaku dengan mulut ternganga.

Sebenarnya tujuanku biar temen temen satu meja ini berhenti ngoceh nggak penting. Tapi nggak papa, berhubung mayoritas yang ada di kantin ini juga ngomongin aku. Biarkan mereka melihat amukan Abyana. Bukannya apa, aku cuma kesal gara-gara mereka ngomongin seolah aku nggak pantes sama Altaf, padahal aku lagi ada di sini sekarang.

Dan bukannya apa!

Kayaknya lebih bermanfaat mereka makan makanan mereka masing-masing dari pada ngegosipin aku. Liat tuh ada lalat di makanannya. Terus mereka mau makan makanan itu lagi? Iiihh.

Mood aku dari habis ulangan Matematika tadi juga udah nggak bagus, sekarang malah harus dengerin mereka ngegosip gajelas.

"Jadi udah puas ngomongin gue?" aku menetralkan nafasku. Sebagaimana bencinya aku pada Altaf, aku harus keliatan berwibawa di depan tai-tai basi ini.

Tiga detik kemudian mereka keliatan nelan air ludah mereka susah payah.

"Denger ya. Gue nggak kegatelan sama anak baru yang kalian idolakan itu. Soalnya dia cukup brengsek, hina dan nggak banget di mata gue"

"By..." kikan memanggilku pelan. Dia tau banget kalau aku marah bakal kayak apa.

"Dan lo pada! Dari pada kalian ngomongin gue mendingan kalian cuci muka dulu deh benerin tu make up yang kayak badut" aku melirik sinis Lara dan teman-temanya, ini nih orang yang dari tadi ngomporin yang lain biar mereka ngegosipin aku.

Nggak mau kalah, dia juga ngegebrak meja lebih kuat dari pada yang aku lakukan. Matanya merah seperti ada bola api, hidungnya ngeluarin asap kayak knalpot, rambutnya terbang terbang, soalnya maya dan riska a.k.a sidekick-nya itu ngipasin dia dari bawah.

Nafasnya naik turun beberapa kali. Aku sedikit bingung soalnya dia nggak bicara apa-apa. Aku mengangkat alisku sebelah dan mengetukkan jari-jariku ke meja untuk menunggu responnya. Sebentar, aku bilang apa tadi? Angkat alis sebelah? Waw.

Amazon. Typo.

Amazing.

Oh itu nggak penting sekarang.

"Dan lagi, lo pacarin aja si Altaf, nggak papa. Dia piala bergilir kok"

"Kak Aby..." aku mengabaikan panggilan dari arah kiriku. Sepertinya itu adek kelas.

"Abyana...."

"By...."

"Abssss...."

Ini yang nggak aku suka, disaat aku lagi serius mereka malah manggil-manggil aku.

Aku berdecak lalu membalikkan badan dengan kesal. Dan kalian tau apa yang ku lihat?

Altaf lagi berdiri depanku.

Totally supraised

"Udah puas?" Altaf bergerak sedikit, membuat jarak kami jadi lebih dekat.

"Belum" jawabku tegas.

Dia sedikit membelalak, kaget huh? Aby sekarang udah beda tau!

"Oke. Denisha Iris Abyana. Ada lagi yang mau lo bilang tentang gue?"

Aku berfikir sebentar. Oh.

"Ada. Lo udah makan siang?" Dahi Altaf sedikit mengkerut mendengar pertanyaanku.

"Belum" jawabnya pelan. Aku mengangguk dan melihat ke sekelilingku. Dan kemudian aku kembali menatapnya sambil mengangguk dan memberi ucapan melalui tindakan.

Aku menampar pipinya

"Have a good launch"

Kalau sarapannya pipi aku.

Makan siangnya pipi dia.

Aku gitu orangnya.

.

.

.

.

.

2 Agustus 2015

Makasih udah mau baca.

Regard: Wana Octana

Denisha Iris AbyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang