part 4

72 6 4
                                    

Sekarang aku bener bener nggak tau sama sekali bibir aku udah maju berapa meter karena malu. Pipi sialan ini pastinya juga udah semerah pantat babon kepanasan.

Yang lebih sialnya cowok yang dari tadi nyetir mobil ini pura-pura bersikap nggak peduli padahal aku mergokin dia beberapa kali berusaha nutupin mulutnya sambil nyetir.

Dia nahan ketawa pemirsa!

Ini gara gara tadi sebelum masuk mobil dengan percaya diri di atas rata rata aku mengatakan

"Gue pulang sendiri" padanya.

Bukannya ngejawab pernyataanku, Altaf malah ngeliatin aku dari Atas hingga bawah dan hal itu berulang beberapa kali, sampai akhirnya dia bilang

"Gue tau lo Mrs.Independent, tapi dengan penampilan kayak gitu at least lo disangka orang gila"

Omongannya itu membuat aku ikutan ngelirik tubuhku dari atas hingga bawah dan di saat itu juga pipiku sepanas setrikaan.

Ternyata aku lagi make celana tidur longgar dan baju kaus bewarna putih over size yang overnya over banget dan bergambar Donald Duck.

Dan nggak kalah malu maluinnya, aku masih menggunakan kaca mata hitam yang tadi sempat Dio kenakan padaku. Sementara tangan kiriku memegang ipod.

Ini semua gara gara Dio, tadi siang aku ketiduran sampe sore. Dan Dio dengan seenak jidatnya bangunin dan narik tangan aku tanpa aba-aba. Aku belum sempat marah ke Dio, tapi dia malah ngomel-ngomel duluan. Dio bilang aku kurang pengertian gara-gara tidur dihari keberangkatannya.

Aku cewek polos bisa apa?

Mobil Altaf memasuki area rumah ketika hari hampir gelap. Saat Altaf telah memarkir mobil di garasi, aku segera berjalan dengan langkah kaki mencak mencak ke depan pintu rumahnya.

Di depan pintu aku nungguin Altaf buka kunci rumahnya. Lagi lagi bibir aku makin manyun ngeliat Altaf masih aja nahan ketawa saat membuka kunci rumah. Saat pintu rumah kebuka dan aku melangkah masuk, Altaf malah narek tangan aku membuat tubuhku berhadapan dengannya.

"Sumpah, lo kayak donald duck" dan tawanya berderai tepat di depan wajahku. Ketawa gantengnya ini ngingetin aku sama Dio.

Ketawanya kayak kakek lampir

"Nah, sekarang kayak donal duck di kasih blush on" tambahnya saat ngeliat muka aku yang benar benar terasa memanas.

Aku melepas nafas dengan pelan dan ngebiarin dia ketawa semaunya untuk beberapa saat.

"Dan sumpah lo kayak malaikat"

Sekarang giliran aku yang ngomong, wajah Altaf berubah menatapku dengan serius. Aku nggak mau dia becandain aku. Maksud aku, kita udah beda. Dan aku yakin, Altaf tahu apa yang bakal aku bilang selanjutnya.

"Maksud gue kebalikannya. Setan"

Aku ngeliat wajah Altaf sedikit menegang beberapa saat, lalu dia tersenyum miris di depanku dan menarik tanganku agar aku lebih mendekat padanya.

"Kalau gitu gue tetep jadi setan beneran sekarang"

Altaf berkata sambil mengangkat sedikit wajahku menengadah menatapnya, sekarang rambutku yang tadinya sedikit menutupi pipi kini mundur secara teratur.

"Gue bakal bertindak semau gue sekarang" sambungnya dengan nada dingin dan nggak mau terbantah.

Aku merinding ngomong sama setan.

"Gue benci lo" altaf tersenyum mendengar ucapanku.

"Ya gue tau, gue akan memperdalam perasaan lo itu ke gue"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Denisha Iris AbyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang