23.30
Mungkin kami adalah korban dari perubahan sistem tata kota.
Distrik Veteran bukanlah tempat yang ramai. Merupakan kompleks pendidikan, sisanya lagi perkantoran. SMA Harman Sastranagara terletak strategis di tengah-tengah Distrik Veteran. Diapit dua buah sungai kecil. Sebelah Timur dan Barat sekolah juga merupakan kompleks sekolah, yang dua-duanya sekolah kejuruan. Tenggara sekolah terdapat menara lonceng Gereja St. Bartholomeo Antonius. Depan sekolah kami adalah gedung perkantoran, di sampingnya juga gedung perkantoran yang sedang dibangun. Posisi kami berada di Barat Sungai Brantas yang membelah kota. Setahun lalu, dua buah kanal pengairan dibuka, membatasi—salah satunya mengapit—sekolah kami. Belakang sekolah adalah kebun pisang. Jarak kami dengan perumahan penduduk juga terbilang jauh.
Ada kemungkinan beberapa saksi mata akan melihat pembantaian ini dari luar, terutama seseorang yang lewat jalan besar di depan sekolah atau sempat melewati lapangan. Sayang sekali, hari ini adalah akhir pekan. Siapa yang mau ke Distrik Veteran yang notabene bukan distrik pusat pembangunan ekonomi. Orang-orang mungkin akan fokus ke pusat kota. Apabila ada yang melewati daerah Distrik Veteran, mungkin hanya segelintir orang. Terlebih lagi, sejak Jembatan Kembar Brantas diresmikan untuk jalur yang lebih cepat, setidaknya kami tidak tersentuh orang yang lewat karena Jembatan tersebut akan langsung menghubungkan dengan pusat kota.
Satu-satunya keamanan yang mungkin akan merespon bila terjadi serangan adalah Distrik Militer yang ada di utara, itu pun jaraknya kurang lebih lima belas kilometer. Ironi di atas ironinya, gedung-gedung perkantoran yang ada tepat di depan sekolah kami, dulunya adalah markas satuan Brigade Mobil Kepolisan Kota alias Brimob. Markasnya kini dipindah di Timur karena lebih dekat dengan pusat kota, serta tidak terbatasi oleh aliran Sungai.
Kami tidak dapat mengakses ke dunia luar. Sinyal jamming yang entah dipasang di mana membuat seluruh ponsel kami tidak berfungsi, bahkan untuk layanan panggilan darurat. Seluruh telpon kabel dan faksimili terputus. Wifi? Apalagi. Satu-satunya yang memungkinkan adalah jaringan kabel optik, tetapi siapa yang mau mengeruk di kedalaman lebih dari lima puluh meter di bawah tanah?
Mencoba keluar? Jangan tanyakan ketika salah satu kami mencoba mengeluarkan tangannya ke luar pagar untuk memperoleh sinyal telepon, buum! Kini ia tewas.
Tidak ada yang mendengar kericuhan ini? Kurasa bila ada yang mendengar, mungkin mereka akan menganggap kita sedang merayakan sesuatu sehingga teriak-teriak tidak jelas. Para pembantai tadi menggunakan peredam untuk meminimalisir terdengarnya suara letusan senjata, kecuali untuk Si Penerima Tamu Sialan yang menembak Samantha tadi. Mereka telah memperhitungkan semuanya. Aku rasa, teror ini bukan main-main.
Baiklah, mungkin yang pertama akan merespon adalah keluarga di rumah. Orang tua kami mungkin akan cemas dan panik ketika mereka tidak dapat menghubungi anak mereka. Beberapa mungkin akan menyusul ke sekolah, tetapi itu jika mereka berasumsi kalau anak mereka pesta sampai larut tengah malam. Mungkin saja mereka bakal diserang Sang pembantai bila ada yang coba-coba memasuki areal kompleks, apalagi sewaktu kepanikan melanda, seluruh gerbang ditutup dan dikunci.
Hal kedua, mungkin orang di rumah lainnya makin cemas karena orang yang menjemput tidak kunjung kembali atau tidak dapat dikabari. Dapat diasumsikan, yang menjemput anak mereka, telah 'dijemput' duluan oleh Sang pembantai yang masih berkeliaran. Kita tidak tahu berapa pembantai yang masih berkeliaran di luar sana.
Asumsi berikutnya, orang-orang di rumah akan panik, kemudian segera melapor ke pihak ke polisi. Semakin banyak yang melaporkan berita kehilangan secara simultan dari beberapa saluran dan dengan laporan perkiraan tempat menghilang yang sama, polisi mungkin akan langsung terjun menggerebek sekolah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIVITAS : PROBABILITAS ANTITHESIS
Mistério / Suspense[PG 18+] Rimba Eka Putra tidak menyangka bahwa Ulang Tahunnya yang bertepatan dengan Dies Natalis Sekolahnya, SMA Harman Sastranagara, yang dirasanya akan berjalan dengan perayaan, traktiran yang harus dia bayar, dan kegembiraan akan berubah menjadi...