Part 7

10.9K 638 44
                                    

"Kau... tidak mengenalku, Nik? Ini aku, Mike, matemu..."

Aku memandang wajah laki-laki tampan yang berdiri kaku di depanku ini. Tatapan matanya seperti habis melihat hantu buruk rupa.

"Pfffffttt... muahahahahaha....." Aku sudah tidak tahan lagi, aku tertawa melihat ekspresinya yang lucu.

"Nikki, kenapa kau tertawa?" Dia mengerut bingung, lalu menjitak keningku menggunakan jarinya. "Kau mengerjaiku, ya?!"

"Maaf, maaf, habisnya kau lucu sih," kataku, masih disela tawaku. Perutku sampai sakit, badanku jadi ikutan sakit semua, Sepertinya aku belum benar-benar sehat.

Ketika dia akan membalasku, pintu kamar inapku terbuka, lalu beberapa orang masuk. Ada mom dan dad, lalu Rose.

"Nikki, kau sudah sadar, Nak?" Mom mendekatiku, mencium pipiku lalu memelukku erat. Mike bergeser, tapi dia tidak bisa menjauh karena tanganku masih menggenggam erat tangannya. "Mom sangat khawatir ketika Rose menelepon, katanya kau kecelakaan, tertabrak mobil. Apa badanmu masih sakit? Bagian mana yang masih sakit? Bilang pada mom." Mom mengatakannya dalam satu tarikan napas, membuatku meringis.

"Aku baik-baik saja mom, hanya sedikit pusing, mungkin karena terlalu lama tidur. Tapi ku rasa semua sudah baik-baik saja."

"Syukurlah..."

Lalu giliran dad dan Rose yang memelukku, mereka bersyukur aku akhirnya membuka mataku lagi.

Dokter masuk ke ruanganku, hendak mengecek kondisiku. Mereka semua diminta untuk menunggu di luar, tapi aku meminta pada Mike untuk masuk lagi ke ruanganku jika dokter sudah selesai memeriksaku. Dia tidak menjawab, hanya mengangguk saja.

Sepertinya Mike marah, wajahnya cemberut begitu.

Dokter sudah selesai, lalu Mike masuk ke dalam kamarku, sesuai janjinya. Dia duduk di kursi di sebelah ranjangku, ditangannya terdapat sebuah buku, entah buku apa.

"Mana yang lain?" Tanyaku padanya.

"Ayah dan ibumu harus kembali bekerja, Rose ada tugas yang tidak bisa ditinggalkan. Jadi mereka menitipkanmu padaku." Katanya, sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari buku tebal itu.

"Kau marah ya? Kok cemberut?"

Mike mendengus, "Siapa yang cemberut?" Walaupun dia tetap menatap bukunya, tapi aku tahu dia marah.

"Mike..." aku meraih ujung lengan kemejanya, "Maaf ya, bercandaku kelewatan. Aku tidak bermaksud mengerjaimu. Aku hanya... well, wajahmu berantakan sih, jadi aku tidak tahan untuk tidak mengerjaimu." Kataku, berusaha membujuknya agar tidak marah.

Tapi dia tidak bergeming, aaaahhh aku harus bagaimana sekarang? "Mikeeee... jangan maraaaaah..." aku merengek, masalahnya dia terus saja mengacuhkanku.

"Salah sendiri."

"Iya iya, aku salah, maaf yaaa..."

Mike menghela napas, lalu dia meletakkan bukunya di atas meja. Dia menatapku dalam, "Kau tahu, betapa khawatirnya aku? Hampir seminggu kau tidak sadarkan diri, lalu tiba-tiba kau bilang tidak mengenalku..."

Aku diam, lalu menunduk. Kumajukan bibir bawahku, kebiasaanku kalau aku mengaku salah.

Mike mengangkat daguku, lalu mencium bibirku lembut. Mataku yang awalnya terbuka, pelan pelan aku tutup, menikmati limpahan cinta dan kasih sayang yang diberikan Mike lewat ciuman ini.

Halah, ngomong apa sih aku???

Mike menjauhkan bibirnya dari bibirku, lalu tersenyum manis. "Aku benar-benar lega akhirnya kau membuka matamu kembali." Dia menghela napas, "Saat aku melihatmu tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka dan darah begitu, aku merasa aku ingin menghancurkan dunia."

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang