Part 8

10.9K 567 25
                                    

Aku merengut masam di meja makan. Anna si ulat bulu itu bertingkah sok manis dengan membantu mom menyiapkan sarapan pagi.

Rose dengan tenang menyesap tehnya, sementara dad sibuk mengobrol entah apa bersama Mike di ruang tengah. Otakku tidak bisa mengikuti dunia mereka.

Semalam Mike menginap di rumahku, mom sengaja memaksanya untuk menginap, katanya sudah terlalu malam. Malam atau tidak, sama sekali tidak ada pengaruhnya buat Mike.

Oh, apa kalian tahu? Semalam ada drama kacangan favorit ibu rumah tangga, dimana Mike jadi tokoh utama pria, diperebutkan oleh dua orang gadis, satunya putri cantik jelita (sebut saja Nikki) dan satunya ulat bulu jejadian (sebut saja Anna).

Si ulat bulu itu ngotot ingin tidur bareng aku dan Mike, tapi mom dan Rose bekerja sama menyeretnya keluar, sehingga Mike aman bersamaku di kamar.

Terima kasih mom, terima kasih Rose!

Eh, bukan berarti aku mau sekamar dengannya lho! Terpaksa. Kalian dengar? TERPAKSA!

Aku tambah merengut ketika Anna berjalan seperti bebek kena ayan, berlenggak lenggok sok pamer bokong, "Kau mau makan omelet, Mike? Ini buatanku, lho. Gadis jejadian mana bisa memasak!"

"Terima kasih, tapi aku sudah kenyang." Kata Mike, menolak halus tawaran Anna.

"Oi! Kalau mau menantangku langsung kemari!" Seruku dari meja makan. "Aku sudah lama tidak meninju bokongmu!"

"Huh, dasar. Sudah sekarat begitu, lebih baik kau diam saja!" Balasnya.

"Tsk. Sebenarnya apa tujuanmu kemari? Katanya kau menjengukku? Sudah selesai, kan? Pergi sana!"

"Jangan marah dong, Nikki sayang. Mike senang-senang saja menerima perlakuanku, kenapa kau yang marah?"

Grrr... Aku menatap Mike tajam, sedangkan dia malah tersenyum manis padaku, seakan tidak punya dosa.

Duak!

Mom menjitak kepalaku menggunakan sendok. "Jangan ribut di meja makan! Dasar kau anak gadis tidak tahu aturan!" Mom melotot sambil mengacungkan sendok, "Kau tidak malu Mike melihat kelakuan kekanakanmu?!"

"Hueeee mom kenapa membelanya?!" Rengekku. Tapi mom malah mendengus, tidak memperdulikanku. Apa mereka tidak kasihan padaku??

"Terserah kalian deh!" Kataku, lalu aku menyambar omelet ekstra kejuku. Ku masukkan potongan besar sekaligus, lumayan buat pengalih perhatian. Seperti kata kakek: 'kalau tidak bisa melampiaskan amarah, kunyah makanan sebanyak-banyaknya!' Tidak tahu itu perkataan kakeknya siapa...

"Mom! Tambah lagi!"

Jadi deh, aku makan seperti kuda liar tidak makan satu tahun...

"Oh, Nik, sebenarnya aku kemari sekalian ingin memberitahumu masalah perkuliahanmu. Ibuku bisa membantumu untuk mencari universitas yang cocok." kata Anna, dia duduk di kursi di depanku.

"Ya, aku masih memikirkan mau kuliah dimana. Tapi aku sudah ada calon sih."

"Memangnya kau mau kuliah dimana, Nik?" Rose ikut menimpali.

"Oxford."

Semua orang di ruangan itu diam. Okay. Diam berarti mengizinkan. Yes, Oxford, tunggu aku!

Kulirik Mike, entah cuma perasaanku saja, tapi kok dia menatap aku tajam ya? Seram sekali.

Ah, pasti cuma perasaanku saja.

.
.
.

Aku memandangi layar ponselku. Aku tersenyum ketika membaca deretan pesan dari Mike, rata-rata isinya menanyakan bagaimana kondisiku.

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang