O5. The Girl

54.6K 6.5K 285
                                    

Warna orange semakin menggelap, sudah seharusnya Jasmin tidak berada di sekolah di jam pulang. Apalagi, tidak baik masih berada di luar ruangan ketika pergantian siang ke malam.

Arwah-arwah sangat leluasa bergerak saat menjelang malam. Karena mereka memiliki resonansi warna yang sama dengan alam yang mulai memerah menjelang malam. Energi mereka pun semakin kuat.

"Mauza?" Netra Sehun membesar kala arwah tersebut menampakkan wujud aslinya. Sehun sangat mengenal arwah tersebut. Mauza adalah teman sekelasnya.

"Aku bakalan bantu kamu kok, besok aku balik ke sini lagi. Sekarang aku harus pulang. Bahaya kalau jam segini aku masih di luar rumah," Jasmin mulai berjalan menuju keluar taman belakang. "Masalah kamu belum selesai, nanti roh lain minta bantuan aku kan gawat jadinya."

Arwah gadis berseragam itu mengangguk mengerti. Lagi pula arwah tersebut kasihan pada Jasmin, sejak tadi Jasmin diganggu oleh banyak arwah. Sehun pun bergegas pergi meninggalkan sekolah, sebelum Jasmin mengetahui keberadaannya.

⚫🎑⚫

Sehun berjalan di trotoar jalan, supir pribadinya sedang menjaga kakaknya di rumah. Sehun tak mengizinkan supirnya menjemputnya.

Pikiran Sehun kacau setelah melihat Mauza dalam bentuk roh. Dan lagi, Sehun selama ini hanya mengetahui kepergian Mauza karena pembulian di kelas 2-4.

"Kenapa Mauza di sana? Wujudnya roh bukan manusia, terus dikub-" Sehun menggelengkan kepalanya beberapa kali. "nggak paling aku salah lihat." Sehun meyakinkan dirinya, bahwa ia salah lihat.

"Pusing! Nggak tau harus ngapain," ujar Sehun sembari mengusap wajahnya.

Sebenarnya hubungan Sehun dan Mauza tidak pernah baik. Mereka selalu bertengkar karena sifat mereka yang bertolak belakang. Justru Mauza selalu akur dengan Kaisar. Mungkin karena sifat Mauza sedikit mirip dengan Jasmin.

⚫🎑⚫

Jasmin berjalan masuk ke dalam rumahnya, di dalam rumahnya Jasmin sudah disambut oleh wanita paruh baya yang berumur 40-an.

"Non, kok baru sampai rumah?" tanya Bi Nuri.

Jasmin mendekatkan bibirnya ke telinga Bi Nuri. "Bi, mama belum pulang 'kan?" bisik Jasmin.

Dari lantai dua, terdengar suara seorang wanita yang memanggil Jasmin dan menyorotnya dari atas tangga.

"Jasmin," panggil Steffani. Mamanya Jasmin.

"Eh! Mama kok udah di Indonesia?" tanya Jasmin dengan senyum kaku terhias di bibirnya.

Steffani menuruni anak tangga satu-persatu. "Kan Mama udah ngingatin, jangan pulang sampai lewat Jam Magrib."

Jasmin cengengesan. Mamanya tersenyum melihat tingkah Jasmin. "Gimana? Tadi ketemu Kaisar?" tanya Mamanya.

Jasmin mengangguk lalu memeluk Mamanya sangat hangat. "Papa masih di China?"

Mama Jasmin mengangguk seraya mengusap surai anak satu-satunya. "Kamu mandi dulu gih."

"Iya, Ma. Makan malam bareng, ya! Jangan tinggalin aku." Jasmin memperingati karena sudah seminggu Mamanya tidak ada di rumah, ia rindu dengan mamanya tersebut.

Jasmin masuk ke dalam kamarnya, Mauza termangu melihat kamar Jasmin yang sangat besar. Sangat mewah dengan nuansa merah jambu padupadan putih.

"Kamu keturunan bangsawan ya?" tanya Mauza. Dengan raut takjub.

Jasmin memasang raut tak percaya pada Mauza. "Seharusnya aku nggak bawa kamu ke rumah."

"Terus kenapa kamu pulang naik bus?" tanya Mauza.

✔ INDIGO 1 | Kematian Gadis ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang