"bintang tu memang indah ya dipandang" Ammar duduk disebelah Ranty dan menarik wajahnya menatap Ranty, Ranty kaget dengan suara dan kedatangan Ammar lalu membalas menatap Ammar.
kali ini tatapan Ammar berbeda dengan sebelumnya Ammar menatap Ranty dengan penuh tanya untuk sebuah jawaban, Ranty mulai merasakan hal aneh dari tatapan Ammar "kak Ammar" Ranty kelihatan bingung dengan kedatangan Ammar
"emang loe suka banget ya liat bintang" Ammar sambil menarik tubuhnya duduk dibawah bangku yang diduduki Ranty
"iya, kak Ammar juga suka apa gak suka" tanya Ranty
"emm gue, ya kalau dibilang suka ya suka dibilang gak tapi suka hehhee gue suka tapi gak terlalu githu dech pokoknya" Ammar dengan tanpa melihat Ranty "selain bintang kamu suka apa lagi" tanya Ammar dengan terus memandangi langit
"aku kak, emm semua hal aku suka tapi satu yang aku benci pembohong" Ranty dengan tetap memandang langit
"emangnya loe pernah dibohongi" tanya Ammar
"setau aku selama ini belum pernah, tapi gak tau juga sih" Ranty dengan menarik tubuhnya turun dari bangku
"aku pernah dibohongi tapi dulu sih waktu gue masih kecil" Ammar serius
"emang kenapa kak kok dibohongi" Ranty juga serius bertanya
"serius mau tau" Ammar dengan PD-nya
"kalau gak keberatan sih" Ranty dengan santai
"ne serius ya" Ammar dengan membenarkan duduknya "waktu kecil gue pernah sakit tapi gue susah banget disuruh minum obat takut juga sih minum obat, nah waktu itu gue disuruh makan permen kata bunda waktu gue sakit ehhh sangking bego'nya gue apa karena gak tau gue makan aja ternyata saat gue aembuh baru dikasih tau bunda kalau itu obat penurun panas. Sumpah gue males banget kalau ingat waktu itu" Ammar serius bercerita
"emmmhhhemhhh" Ranty menahan tawa
"napa loe mau ketawa, ketawa aja" Ammar menoleh kearah Ranty
"gak ketawa kok Cuma lucu aja masak iya cowok takut sama obat, kak Ammar kak Ammar" Ranty sambil tersenyum kecil
"terus ketawa aja emang lucu kok, tapi emang bener sih lucu, hahhhaa" Ammar ketawa. Mereka tertawa bersama
"udah kak Ammar sakit perut Ranty" Ranty tanpa sengaja memegang tangan Ammar
Seketika Ammar terdiam dari tertawanya dan menatap Ranty. Ammar tidak menyangka tangan lembut Ranty akan menyentuh tangannya. Ammar menatap Ranty yang masih menyisakan senyum dibibirnya, Ammar menatap setiap lekuk wajah Ranty dan Ranty juga menatap Ammar tanpa berkedip. Lama mereka bertatapan seperti orang yang sedang jatuh cinta satu sama lain tatapan penuh cinta
"kak Ammar ada bintang jatuh tu" Ranty menata kakinya bersila wajahnya mendonggak keatas dan menyadarkan Ammar dari tatapan cintanya.
"mana" Ammar gugup lalu melihat keatas
"cepet kak Ammar minta sesuatu dan tutup mata kak Ammar" Ranty serius
"minta, minta apaan" Ammar bingung dan akhirnya ia menoleh kearah Ranty. Ia sudah mendapati Ranty yang terdiam dan menutup matanya lama Ammar melihat Ranty yang diam Ammar benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan bidadari bahkan sekarang ada didepan matanya, "subhanallah hmmmm" Ammar menghela napas dan berkata dalam hati. Ammar sangat terpesona dengan wanita yang ada di depannya itu. Ammar memandang Ranty cukup lama selama Ranty menutup matanya dan tanpa disadari Ranty menggerakkan kakinya seketika Ammar bersila menutup matanya ikut berdo'a tak lama Ammar membuka satu matanya melirik Ranty dan
"napa kakAmmar udah do'anya" Ranty menyapa Ammar
"udah hmm" Ammar salting "loe tadi minta apa" tanya Ammar
"rahasialah" Ranty menjawab
"aishhh pake' rahasia segala kalau gue mah pengen banget deket sama bidadari" Ammar tersenyum dan melihat Ranty sambil memainkan alisnya
"maksudnya apa, napa lihat Ranty" Ranty merasa aneh
"loe bidadarinya, mau gak jadi bidadari gue" Ammar menggeser duduknya mendekati Ranty
Ranty mengerutkan keningnya "modus" menggeser tubuhnya agak menjauh dari Ammar
"hehheee becanda tau, bidadari mah cantik tapi kalah cantik dari lo" Ammar memuji
Ranty merasa aneh dengan kata-kata Ammar ntah dia harus seneng atau bagaimana, entahlah.
"lo tau gak bintang yang disana kalah cantik sama seseorang." Ammar tanpa berpaling dari pandangannya. Seketika Ranty tersadar dari pandangan Ammar. Bingung dan tidak menjawab. Ammar beranjak dari duduknya berdiri dan meletakkan tangannya diatas pagar besi didepan Ranty menatap langit yang cerah dengan bintang-bintangnya yang bertaburan. Ranty menyusul Ammar menatap langit seperti Ammar.
"emang ada ya kak seseorang yang lebih cantik dari bintang." Ranty tanpa melihat Ammar
"ada tapi mungkin dianya aja yang gak sadar kalau dirinya lebih cantik dari bintang". Ammar memandang Ranty tapi Ranty tetap memandang bintang. Ammar berfikir mungkin Ranty tak menyadari tentang perasaannya ini Ammar berfikir keras bagaimana caranya agar Ranty tau tentang perasaannya tapi itu semua ia urungkan karena ini terlalu cepat. Ammar yakin waktu itu akan tiba perlahan ia menenangkan hati untuk bersabar.
"kak Ammar". Lagi-lagi Ranty menyadarkan Ammar dari gejolak batinnya
"iya apa". Ammar sedikit kaget
"Ranty ngantuk mau tidur dulu, gakpapa kan Ranty duluan". Ranty melihat Ammar yang masih kelihatan bingung itu
"iya gakpapa, tidur aja lagian besok kita sekolah, lo juga masih ada MOS satu kali lagi kan'. Suruh Ammar. Ranty perlahan pergi meninggalkan Ammar yang masih penuh tanya. Ammar menatap tiap langkah Ranty yang perlahan hilang dari pandangannya, Ammar seolah-olah tak mau kehilangan setiap detik pun untuk melihat langkah gadis yang sudah membuatnya bodoh akhir-akhir ini ya tepatnya masih tiga hari pertemuan. Tiba-tiba Juan muncul menepuk pundak Ammar dan menyadarkan Ammar.
"cinta itu akan mengalir seperti air dan gak akan naik lagi keatas". Juan duduk disebelah Ammar
"maksud lo'. Ammar masih bingung dengan keadaan sekeliling
"udah malem ngantuk gue tidur yok". Juan menepuk lagi pundak Ammar
"maksud lo apa sih Ju gue gak paham sama sekali napa lo bilang cinta-cinta sih, lo....." belum sempat Ammar melanjutkan
"besok kita ada pertemuan dengan anak-anak di aula, lo udah siapin materi lom kita mau camping dimana". Juan mengingatkan tugas Ammar mengadakan camping rutin setiap 3 bulan sekali
"gila lo napa gak ngomong dari tadi sih, sumpah gue lupa". Ammar berlari menuju kamar Juan "bantu woi buruan". Ammar memanggil Juan yang masih berdiri bingung melihat tingkah Ammar
"dasar orang aneh, huhhh nyawanya lom balik ya". Juan tersenyum meledek dan berlalu dari tempatnya menyusul Ammar
Sesampainya dikamar Ammar membuka tumpukan kertas jadwal camping yang sudah dia buat jauh-jauh hari sama Juan. "hhuuuhhhhh, untung coretan kita waktu itu masih, hemmmm". Ammar membanting tubuhnya keranjang tanda sedikit lega
"tapi kita Cuma milih-milih doang belum nentuin kan, mana pak Sam juga lom beri keputusan buat kita". Juan duduk dimeja belajarnya mengeluarkan kertas dari lacinya
"bener, tapi gue pikir mendingan kita kesini aja gimana". Ammar bangun berjalan menuju ke Juan menunnjukkan gambar yang akan dijadikan tempat camping tiga hari lagi
"kan masih tiga hari lagi". Juan melebarkan matanya menatap Ammar
"oke besok kita tanya dulu sam pak Sam siapa tahu beliau udah nentuin kita-kita mau kemana". Ammar memasukkan kertas yang dipegangnya ditasnya.
"sip". Juan memberikan jempolnya tanda setuju. Ammar langsung saja membanting tubuhnya keranjang lagi, "lo tadi ngmong apa sih Ju, cinta akan mengalir maksud lo apa sih beneran gue gak paham". Tanya Ammar penasaran
"gak ada maksud apa-apa, gue asal ngomong aja". Juan menaikkan alisnya mencari alasan
"emang lo tau gue lagi mikirin perasaan gue". Ammar jujur
"hahhaay, jadi lo beneran lagi jatuh cinta ya, iya beneran, hahaaa lo bisa jatuh cinta ya". Juan meledek
"kayak lo pernah ngrasain jatuh cinta aja main ketawa aja, coba gue tanya lo pernah githu ngrasain suka sama cewek, jangan-jangan..............". Ammar balik meledek Juan dan menunjuk-nunjuk juan
"apa lo bilang". Tanpa pikir panjang langsung menerkam tubuh Ammar dan mereka pun adu bantal seperti anak kecil yang baru asyik-asyiknya bermain dengan temannya.
"udah-udah cukup". Juan merasa lelah dan kalah dari pukulan bantal Ammar
"hahhhhhh capek". Ammar kelelahan "hhhaaahaaaaa". Mereka tertawa bersamaan dan berbaring sebelahan sepertinya mereka memang benar-benar sahabat sejati. Tak lama kemudian mereka tak bersuara lagi rupanya mereka sudah tertidur karena kelelahan. Adzan subuh berkumandang Ammar sudah bersiap tapi Juan masih sibuk dikamar mandi. "woi.. lo jadi gak sholatnya napa lama banget kayak cewek aja". Ammar mengetuk pintu kamar mandi "bentar lo duluan aja gue mau ambil wudhu dulu". Juan membalas dari kamar mandi
"oke gue duluan udah dipanggil papa tu". Ammar berlalu keluar kamar. Di ruangan tempat biasa mereka sholat berjamaah terlihat papa Juan sedang mengaji bersama putri tercinta Ranty dan mamanya mengaji sendiri menunggu kedatangan Ammar dan Juan. Ammar mendengar sayup-sayup suara itu. Sesampainya Ammar diruang itu Ammar terus menatap wanita dibalik mukena disebelah papa Juan itu tanpa melihat jalan Ammar terus berjalan dan "brakkkk". Ammar menabarak pintu. "au, ssttt". Ammar seperti orang yang sangat malu sambil mengelus kakinya membungkuk
"Ammar". Papa Juan panik dan berlari ke Ammar "kamu gakpapa". Papa Juan sambil ikut mengelus kaki Ammar dan Ammar masih saja meringis "gakpapa kok pa, aku gak hati-hati tadi maaf sudah mengganggu". Ammar dengan muka merahnya malu sama Ranty yang memandangnya. Ammar terdiam melihat gadis dibalik mukena itu sungguh Ammar begitu terperangah melihat keindahan itu. "subhanallah". Ammar menegakkan badannya
"sakit kok subhanallah". Papa Juan bingung pada Ammar
"gak kok pa udah gapapa kok, ayo pa". Ammar mencari alasan dan memberi petunjuk untuk dia dan papa Juan masuk keruangan itu. Sesampainya di dalam Ammar begitu terpesona sekali melihat gadis dibalik mukena itu dia berfikir baru kali ini dia melihat keindahan yang begitu luar biasa menurutnya.
"gak githu juga kali liatnya". Juan meraih leher Ammar dan seketika membuat Ammar salting bingung serta tersadar dari lamunannya.
"lo apaan sih". Ammar sedikit kesal. Terjadi perang candaan antara Ammar dan Juan membuat papa mama Juan serta Ranty ikut tertawa. Disela-sela tertawanya papa Juan menyuruh Ammar dan Juan berhenti bercanda karena waktu subuh sudah hampir habis. Stelah selesai sholat berjamaah papa mama Juan keluar untuk bersiap-siap kerja. Juan masih meledek Ammar lagi rasanya belum puas rasanya bercanda dengan sahabatnya itu.
"udah kak Juan kan Ammar perut Ranty sakit". Ranty memegangi perutnya
"siapa yang bercanda coba". Juan masih tertawa. Ammar terdiam dari tertawanya melihat lagi gadis dibalik mukena didepannya yang begitu membuat matanya terbelalak. Juan melancarkan aksinya lagi dengan menutup mata Ammar dengan tangan kanannya. Ammar sedikit kesal kali ini. Karena tidak mau Ammar makin jengkel karena ulahnya Juan berlari sambil masih meledek Ammar dari luar. Tinggallah Ammar dan Ranty diruangan itu. Ammar memandangi Ranty yang serius membaca buku kisah nabi ditangannya. Ammar melihat Ranty sampa-sampai Ammar menunduk agar dapat melihat wajah Ranty saat tepat wajah Ammar didepan Ranty, Ranty bingung melihat tingkah Ammar