HAMIDS NYEBELIN!

1K 72 17
                                    

Senin pagi memang ya, bikin emosi. Entah kenapa tadi di rumah adaaaaaaaaaa aja yang bikin mood rusak. Sebenernya akar perkara ya cuma Kak Shania yang iseng ngutak-atik alarmku jadi jam stengah 3 pagi.

Jadi tadi pagi aku kebangun jam stengah 3 dini hari karna Kak Shania yang gembrot kayak orang utan di sesame street 123 itu. Pft. Alarm bunyi nyaring banget. Aku tahu ini senin dan setiap senin sekolahku sudah mulai persiapan upacara dari 15 menit sebelum bel. Jika jam 6.45 belum masuk barisan, maka bisa dipastikan aku bakal disemprot abis sama salah satu guru yang mantan TNI. Gila kan?

Jam stengah 3 itu aku panik karena jam di hapeku disetting ulang sama Kak Shania jadi maju beberapa jam. Jadi aja aku tanpa buka jendela, tanpa ngulet, dan tanpa muter-muter kepala ala trio macan, aku langsung sikat gigi dan ganti baju seragam. Tanpa mandi. Catet tuh, gapake mandi!

Aku keluar kamar dan sepi. Gelap. Semua lampu masih mati, kecuali lampu taman dan langit yang masih hitam. Lalu akhirnya aku menyadari ke-jahanam-an seorang kakak. Asem kan? Kak Shania memang telooooooo! (telo= singkong)

Dan sekarang, aku datang kepagian di sekolah. Ini antara efek males ngeliat Kak Shania ngakak menertawakanku atau karena gak bisa nahan mau ngelempar uban berbalut upil kering mertuanya Pak Ngatidjan ke mukanya. Asli zbl. Btw, Ngatidjan siapa deh?

"Gre, tumben udah dateng. Kan gak ada PR?" ucap Elaine saat ia baru masuk kelas. oh begini ucapan selamat pagi ala Elaine?

"lo aja kali yang siang banget datengnya" Jawabku datar. "tuhkan, udah di'tes-halo-halo'-in sama Pak Tayanto. Yuk ke lapangan!" lanjutku.

"Len, ada topi cadangan gak ya? Topi gue keknya ketinggalan deh" kataku. Masih sibuk mencari topi di tasku. Siapa tahu terselip kan?

"aduh.... gak tau e, Gre. Topi cadangan PMR juga belom dibalikin sama yang pinjem." Katanya dengan sangat perhatian. Elaine memang baik ke semua orang. "nanti tak tanyain deh ke anak-anak."

"kenapa, Gre?" tanya Stefi yang mulai menghampiriku.

"topi gue ketinggalan nih, Stef" Jawabku singkat.

"waduh! Mana Pak Tay udah gonggong lagi tuh...." Celetuk Stefi yang gakpake ayakan kalo ngomong.

"masuk barisan tengah rada belakang aja, Gre. Gak keliatan mungkin kalo gak pake topi" sahut Indah dan di-amini oleh Stefi dan Elaine.

Akhirnya aku nekat masuk barisan walaupun tanpa topi. Deg-degan banget rasanya ketika Pak Tay berdiri di atas mimbar dengan posisi yang lebih tinggi untuk melihat kerapihan barisan.

Tenang, Gre. Tenang. Pikirku sambil terus bersembunyi dibalik tubuh temanku yang lebih tinggi.

Sejurus kemudian, seseorang memasangkan topi di kepalaku dari belakang lalu kembali pergi entah menyusup ke barisan kelas mana. Cepat sekali geraknya, macam ninja saja dia.

"SIAPA ITU YANG MASIH JALAN-JALAN DI BARISAN?!" kata Pak Tay.

Hening. 5 menit menuju upacara.

"SIAPA?!"

Tak lama, seorang cowok maju ke tengah lapangan. Hamids? Astaga cari penyakit sama Pak Tay.

"KAMU! NGAPAIN PINDAH-PINDAH BARISAN?!"

"santai aja kali, Pak. Gak perlu teriak-teriak gini. Sakit telinga saya."

2 menit menuju upacara.

"TOPI KAMU MANA?!"

"santai, Pak. Saya jawab pelan-pelan ya sampai bel bunyi." Hamids dengan santainya berdiri tegak menghadapi Pak Tay yang sudah naik pitam.

"saya pindah barisan buat nutup pleton, Pak. Barisan belakang gak rapi, emang bapak gabisa ngeliat barisannya gak lurus di belakang?" Pak Tay makin geram dengan ucapan Hamids. "topi saya kemaren jatoh dari lantai 17 apartemen nenek saya di maguwo, terus ketiup angin, Pak. Ndak tau kemana."

MidunWhere stories live. Discover now