KENCAN PERTAMA?

976 76 32
                                    

"kamu! Coba jelaskan transaksi apa yang terjadi di jurnal ini?!"

Seisi kelas hening. Jantungku berdebar kencang. Beberapa anak menengok sekitar, memastikan siapa murid yang ditunjuk.

"iya, kamu. Yang rambutnya diikat." Tunjuk Pak Imam, guru Akuntansi.

Haaaah.... Lega. Syukurlah bukan aku yang ditunjuk. Saat ini sedang pelajaran Akuntansi, dan gurunya lumayan galak. Mungkin sebenarnya gak begitu galak, tapi dia gak suka kalau ada yang sibuk sendiri ketika ia menjelaskan materi.

"ini transaksi apa?" tanya Pak Imam.

"transaksi umum, Pak." Jawab Shani dengan ragu-ragu.

"serius! Ini transaksi apa? Bagaimana? Jelaskan!"

Aku gak tau gimana jawaban yang benar, jadi aku diam saja.

"transaksi.... Transaksi umum." Kata Shani.

Aduh, kenapa diulang? Shani gak bisa nangkep kode? Kalau Pak Imam mengulang pertanyaanya berarti jawaban yang sebelumnya belum benar.

Jadi gini, pagi ini aku duduk paling belakang sama Indah. Di depanku ada Shani sama Acha. Kami duduk di barisan paling ujung dari pintu. Aku kaget pas Pak Imam nunjuk murid, soalnya aku juga lagi ngobrol sama Indah. Tapi mungkin yang kelihatan Shani, soalnya dia lebih tinggi dariku. Huft, syukurlah. Hehe.

Pelajaran Akuntansinya masih awal, kelas kami tertinggal beberapa minggu karena Pak Imam sudah 4 kali pertemuan kosong terus, katanya ada keperluan gitu. Maklum lah dia kan wakil kepala sekolah. Terus kelasku jadi ngebut banget belajarnya. Ini baru pertemuan ke-3, jadi masih bahas jurnal dan hari ini baru mau masuk ke buku besar.

"siapa nama kamu?" tanya Pak Imam dari dekat pintu kelas.

"Sha-Shani, Pak." Aku yakin pasti Shani deg-degan banget. Soalnya aku aja ikut deg-degan.

"maju sini. Duduk di depan." Kata Pak Imam. "kamu mundur, tuker sama Shani." Lanjutnya dengan menyuruh Cesen duduk di belakang, tempat Shani.

Cesen langsung bangkit dari tempatnya di paling depan ke tempat Shani. Sementara Shani yang sepertinya belum kembali fokus atau malah kelewat gemeteran juga bangkit dari duduknya. Ia membawa binder dan tempat pensilnya.

Shani berjalan dengan gemetar ke depan. Ku pikir ia akan menempati tempat Cesen yang baris dua dari pintu, ternyata tidak saudara-saudara. Bisa tebak Shani duduk dimana? Dia duduk di meja guru. Astaga! Cari mati nih anak.

Entah karena terlalu gimana mungkin, Shani bisa-bisanya kelewat bego sampe duduk di meja guru. Tatapan polosnya menyisir seisi kelas.

Pak Imam heran. Anak-anak kelas bingung. Shani ikut bingung. Aku menahan tawa.

"Shan, di tempatnya Cesen. Bukan disitu." Bisik Elaine yang duduk pas di depan meja guru.

Shani menyadarinya, lalu bangkit dan berjalan ke kursi Cesen semula masih dengan poker face. Aku cekikikan pelan menahan tawa. Indah menutup mulutnya dengan jaket agar tidak menimbulkan suara. Asli Shani bego banget! Tumben. Haha.

Shani ini sebenarnya termasuk siswi pintar di sekolah. Baru kemaren ikut pembinaan buat lomba debat tentang sosiologi gitu. Dua pertemuan Akuntansi terakhir juga aku selalu minta ajarin sama dia. Tapi entah kenapa hari ini dia bisa sebego itu.

"coba kamu! Ini transaksi apa?" tunjuk Pak Imam. Kali ini Uty.

"transaksi setoran awal Tn. Budi sebesar 15 juta rupiah dan 8juta rupiah untuk peralatan bengkel sebagai modal awal." Jawab Uty.

MidunWhere stories live. Discover now