Bahwa Kasih Sayang....

122 4 0
                                    

Baru kali ini mereka menyadari bahwa kasih sayang yang mengungguli segalanya, menembus apa pun yang tidak bisa dipahami oleh pengertian pinggir jalan, tidak akan bisa dicapai, tidak bisa dibincangkan dengan teori, metode, dan pendekatan apa pun.

Bahwa kasih sayang tidak cabul, ternyata terasa semakin pesat lajunya walau waktu yang selalu tergesa-gesa terasa berhenti, ternyata bukan godaan untuk mendesah dan terengah.

Bahwa kasih sayang ternyata tidak pernah menawarkan kesempatan untuk tanya jawab yang tak berkesudahan.

Bahwa kasih sayang ternyata sebuah ruang kedap suara yang merayakan senyap sebagai satu-satunya harap, yang semakin khusyuk pelukannya kalau senyap yang tanpa aroma, tanpa warna, tanpa sosok, tanpa asesori, mendadak terbanting di lantai, kemudian terpental ke langit-langit untuk turun perlahan, sangat perlahan memeluk dan membujuk mereka berdua agar tidak usah mengatakan sepatah kata pun, sedesis huruf pun, sebab kata cenderung berada di luar kasih sayang dan kasih sayang tidak bisa disidik dengan kata sekalipun berupa sabda.

Bahwa ketika berpelukan mereka merasa seperti dituntun untuk sepenuhnya memercayai bahwa kasih sayang tak lain adalah Kitab Suci yang tanpa kertas, tanpa aksara, tanpa surah dan tanpa ayat, tanpa parabel, tanpa kanon, tanpa nubuat, tanpa jalan, tanpa karma, tanpa gerak, tanpa siut yang membujuk mereka membayangkan dua ekor kuda jantan dan betina yang saling menggosok-gosokkan lehernya di perbukitan ilalang, yang menjanjikan tempat bertengger bagi butir-butir embun terakhir kalau cahaya matahari pertama bersinggungan dengan cakrawala.

Bahwa kasih sayang adalah Kitab Suci yang tersirat.

Bahwa kasih sayang beriman pada senyap.

*

Salah satu bab dari novel #HujanBulanJuni #SapardiDjokoDamono

Rangkaian KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang