Chapter 1

1.5K 31 7
                                    

Aku memutuskan untuk meneruskan sekolah keluar negeri, sekalian untuk memperlancar bahasa Inggrisku. Dan aku memilih untuk bersekolah di kota London. Entah mengapa aku memilih kota ini, sebenarnya kota ini terucap begitu saja ketika Papa dan Mama menanyaiku akan kemana aku meneruskan sekolah setelah SMU. Sebenarnya aku ingin merasakan sekolah seperti orang pada umumnya tanpa embel-embel kalau aku ini seorang artis.

Mama sempat berucap mengapa tidak ke Malaysia atau Singapura saja yang lebih dekat. Pada waktu itu aku beralasan kalau Inggris adalah negara yang tepat kalau aku ingin sekalian mengasah kemampuan bahasa Inggris. Karena yang aku tahu untuk mengasah bahasa Inggris ya di Inggris adalah yang terbaik. Entalah ini mungkin hanya akal-akalanku saja agar bisa pergi sejauh mungkin dari Jakarta.

Sebenarnya ada alasan lain mengapa aku memutuskan untuk pergi jauh dari Jakarta. Yah…apalagi kalau bukan sakit hati akibat penghianatan yang dilakukan kekasihku, maksudku mantan kekasih. Semua orang sudah memperingatkanku ketika awal aku menjalin hubungan. Sandy, nama orang itu memang terkenal dengan ke playboy-annya.

Tapi waktu itu aku berpikir mungkin Sandy akan berubah ketika bersamaku. Bahkan aku berharap jalinan cinta kami dapat langgeng sampai ke pernikahan. Memang nampaknya terlalu naif, karena usia kami yang masih terlalu muda. Tapi apa salahnya mencoba dan berharap, itu yang kupikirkan waktu itu.

Ternyata bagi Sandy, hubungannya denganku sama sekali tak berharga. Betapa hancurnya aku waktu itu mendapati Sandy muncul di program infotaiment di beberapa televisi nasional bersama dengan cewek lain. Bahkan penyelewengan Sandy, aku ketahui dari pemberitaan televisi, memalukan sekali.

Tapi aneh tak setetespun air mata jatuh di pipiku mendapati penghianatan yang dilakukan Sandy. Yang ada hal itu membuatku bertekad untuk mendapatkan yang jauh lebih baik dari Sandy. Kedengaran seperti dendam sih, tapi itulah tekadku waktu itu.

Musibah begitu aku menyebut peristiwa yang dialaminya melecut semangatnya untuk menjadi manusia terbaik. Aku bertekad tidak hanya akan cemerlang di karir tapi juga di pendidikan. Meskipun aku secara manusiawi juga berusaha untuk menyembuhkan luka hatiku. Dan jalan yang kupilih adalah membawa sakit hati itu pergi jauh sampai ke benua seberang.

Setelah kemunculan Sandy di televisi dengan pacar barunya yang tersebar di berbagai acara infotaiment, sebenarnya Sandy masih berusaha untuk menemuiku. Tapi aku dan orangtuaku sendiri menutup akses bagi Sandy untuk menemuiku. Kelakuan Sandy di televisi sudah cukup bagi untuk mempermalukanku dan keluargaku.

Aku hanya sekali menelepon Sandy untuk menanyakan soal kebenaran berita itu. Dan Sandy mengakuinya kalau dia menjalin hubungan dengan Luna nama gadis itu yang merupakan pemain sinetron. Entah secara kebetulan bermain di judul yang sama dengan Sandy. Jadi ini adalah cinta lokasi, aku membatin dan aku salah telah memberikan kepercayaan penuh pada Sandy. Dan saat itu juga aku memutuskan hubungannya dengan Sandy. Aku pastikan tak akan ada kesempatan kedua bagi orang seperti Sandy.

Akhirnya hari itupun tiba, saat-saat aku harus meninggalkan keluarga, sahabat dan kota tercinta. Rasanya aku seperti seorang pengecut, berlari membawa sakit hati tapi bagaimana lagi. Aku rasa waktu dan jarak akan membantuku lebih cepat terlepas dari rasa ini. Dan disinilah aku sekarang di Bandara Soekarno Hatta brsiap-siap untuk segera terbang ke negeri Lady Diana yang sangat aku kagumi itu.

Hanya keluarga dan sahabatku Tasya serta Olive yang mengantarkanku ke Bandara ini. Aku sengaja merahasiakan kepergiankku kali ini meskipun beberapa wartawan masih saja bisa mengendus peristiwa ini. Ah…menyebalkan sekali, mereka psti berspekulasi tentang kepergianku ini karena putusnya hubunganku dengan Sandy. Yah…mereka tak sepenuhnya salah sih, tapi aku benar-benar sedang tak ingin diganggu.

Karena itu setelah berpamitan dengan keluarga dan kedua orang sahabatku aku langsung melakukan cek in dan menuju ruang tunggu. Aku beruntung Papa dan Mama sangat mendukungku. Semua persiapanku sampai tempat tinggal sudah diurus oleh Papa, tentu saja dengan bantuan temannya yang kebetulan menetap di London.

Ah…masih beberapa menit lagi pesawatku berangkat, aku mencoba membuka twitterku. OMG banyak sekali yang mention aku menanyakan soal kepergianku. Aku mencoba memberikan statemen yang diplomatis bahwa hal ini sudah aku rencanakan sejak lama dan pendidikan tetap yang nomor satu bagiku serta keluargaku.

Panggilan dari maskapai penerbangan mengangetkanku, aku buru-buru memasukkan iphoneku dan menuju pintu masuk ke pesawat. Nampak beberapa pramugari menyapa dengan hormat penumpang yang sedang mengantri di pintu masuk dan mereka berbisik-bisik ketika melihatku. Ah…menyebalkan sekali, pasti berita tentang putusnya hubunganku dengan Sandy sudah menyebar keselruh Indonesia. Tapi aku tak perduli, aku melewati mereka dengan tak lupa memberikan senyuman terbaikku.

Aku menempati tempat dudukku, menatap langit Jakarta untuk yang terakhir kalinya, ah…seperti akan meninggalkan Jakarta untuk selamanya saja. Ini adalah penerbangan yang lumayan lama, aku berusaha membuat diriku senyaman mungkin. Beruntung penerbangan kali ini agak sepi terbukti pesawat ini tidak sepenuhnya terisi dan aku bersyukur tempat duduk disebelahku ternyata kosong.

Setelah para awak maskapai memperagakan tentang aturan keselamatan selama penerbangan, pesawatpun mulai meluncur menuju runway. Akhirnya pesawatkupun take off dari bumi Indonesia menuju Negeri Sang Putri, Lady Diana.

Summer LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang