Kalau bukan karena organisasi bodoh yang terselenggara di sekolahku, aku tidak mungkin melewati waktu makan siangku dengan duduk berdiskusi diruang rapat. Lalu, merasakan sakit diperutku karena tidak makan siang.
Sekarang, disini lah aku. Berada di kelas dan mencari obat magh ditas berwarna hitamku, berjaga agar aku tidak merasakan nyeri diperut ku kala aku sedang olahraga dipelajaran terakhir ini. Sialnya, aku tidak menemukan obat magh ku. Aku sudah mecarinya disegala sisi pada tas ku, tapi aku tidak menemukannya.
Anna terus memanggilku agar aku bergerak cepat, karena Mr. Josh sudah berteriak bahwa pelajaran olahraga akan segera dimulai. Matilah aku, akan aku pastikan selama olahraga aku akan merasakan sakit diperutku.
"Bagaimana bisa, obat magh ku tertinggal diruang rapat?" Pekikku.
Bodohnya aku, baru mengingat bahwa obatku tertinggal? Sia-sia aku mencari obat magh ditas.
"Oh Keith, kenapa kau lama sekali?" Seru Anna yang berteriak tepat ditelingaku.
Aku menghusap lembut telingaku akibat pekikan Anna yang nyaring terdengar."Aku mencari obat magh ku." Ujarku santai sembari berjalan menuju lapangan yang sudah ramai oleh teman sekelasku.
"Dan sekarang kau sudah menemukannya?"
"Tidak."
"Astaga, Keith!" Pekik Anna lagi.
Kenapa hari ini teriakan Anna terdengar lebih nyaring?
"Keith, kau tahu Axel?" Tahu, sangat tahu. Aku mengagguminya, Anna!
"Axelton Alford? Axel yang memiliki banyak penggemar itu?" aku termasuk salah satu penggemarnya.
"Ya, Axel! Kau tahu, menurut gosip yang beredar, ia sedang dekat dengan Ashley!" Kata Anna menggebu-gebu. Kami berbaris dilapangan sekolah. Anna sendiri tengah sibuk menguncir rambut blondenya disampingku.
"Lalu? Aku tidak peduli." Sungguh, aku peduli!
"Lagipula, sejak dulu memang Axel sering digosipkan oleh berbagai wanita. Jadi itu adalah hal wajar."Wajar? kau pintar sekali berbohong.
"Benar. Berdoa agar itu hanya sekedar gosip murahan, dan berjaga kalau kau akan menangis jika gosip itu benar adanya." Ucap Anna terkekeh dan menyudahi kunciran nya.
"Kau mengarang, mana mungkin?" ya! Perempuan mana yang tidak akan terluka kalau pujaan hatinya bersama perempuan lain?!
Terus saja, hatiku dan ucapan yang keluar pada mulutku berbeda. Aku hanya tidak yakin, apakah aku benar-benar menyukainya atau sekedar mengagguminya? Sebenarnya, aku ini tidak yakin atau membohongi diri sendiri?
Pelajaran olahraga memang sudah dimulai sejak sejam yang lalu. Tetapi pemikiranku tetap sama, yaitu Axel. Sedari tadi aku gagal terus dalam menangkap bola basket dari Anna. Aku harus fokus.
Magh ku memang tidak kambuh seperti biasanya, tapi sepertinya ini memang hari sialku. Karena terus melamun, sebuah bola basket meluncur dari arah kanan menuju kepalaku. Aku yang sedang melamun pun tak bisa menghindar.
Bug. Begitulah bunyinya. Nyeri terasa dikepalaku. Astaga, lapangan ini berputar! Aku melihat semua teman sekelasku berlari kearahku yang tengah jatuh terduduk seraya memegangi kepala. Serta Anna yang meneriaki nama ku dengan nada khawatirnya dan jangan lupa pekikan nyaring yang menambahkan sakit ditelingaku juga.
Tunggu, aku melihat seorang lelaki menghampiriku seraya berlari dan mencoba menggendongku.
Eh, siapa lelaki itu? Aku kalah cepat. Belum sempat menerka, semuanya sudah terlebih dulu berubah menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Teen FictionAku mengaguminya. Memujanya. Terus memandanginya. Disetiap pandangan, pertemuan, dan percakapan Selalu menimbulkan degup jantung yang tidak sama. Ia mengajariku hal-hal baru yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kebahagiaan, kepercayaan, dan ras...