Sudah berapa tahun sejak mereka terjatuh ke bawah tebing itu? Noire berusaha mengingat, namun semuanya samar. Sang angin mengaburkannya.
Noire bangkit, memejamkan matanya. Dan membayangkan Claire, serta Kai. Membayangkan masa lalunya...
Ternyata segala sesuatu tidak bisa tetap sama. Mereka akan berubah, seiring kedewasaan menjemput mereka. Noire menghela napas.
Jika bisa, ia akan memilih tidak menjadi dewasa. Berharap ini hanya mimpi, dan kelak ketika terbangun, dia akan mendapati dirinya berada dalam kamarnya yang sempit dan gelap. Kemudian sang putri akan mengintip malu-malu dari jendela kamarnya, saat ia sedang menyiram tanaman. Setelah semuanya selesai, mereka akan bermain bersama Kai,serta menghindari kejaran para pelayan.
Itulah kebahagiaannya. Kebahagiaan yang diinginkannya.
Namun mereka tidak bisa terus bersama. Noire menghela napas lagi, memandang jauh ke bawah tebing. Dan membiarkan udara segar dan aroma magis laut menyentuh hatinya. Untuk terakhir kalinya.
Noire berbalik. Dia harus segera memakai pakaian untuk pernikahannya. Tapi, ternyata seseorang mencegatnya. Sean― tunangan Claire.
"Aku tahu kau menyukai Claire."
"Lalu?"
"Berhentilah."
"Maaf. Aku harus segera pergi."
Sean mendekat, dan mendorong Noire, jauh ke bawah tebing. Noire tidak melawan. Yah...setidaknya cara ini mungkin lebih baik dari bunuh diri.
"Kalau kau tidak bisa melupakannya, dia yang akan melupakanmu."
Sean hanya sempat tercengang ketika siluet seseorang, siluet tunangannya, berlari melewatinya, dan ikut menghilang.
☺☺☺
"Kakak..."
Claire berusaha berenang secepatnya, menarik Noire ke pelukannya, dan menyelamatkannya. Claire mendorong Noire ke arah berlawanan, dan membiarkan dirinya hilang ditelan arus.
"Biarkan aku mengucapkan ini...untuk terakhir kalinya..."
"Aku...menyukaimu, Noire..."
Ketika Noire tersadar, dia mendapati dirinya menyandar ke tebing yang licin itu. Ada sedikit pijakan agar dia tak terbawa arus...
☺☺☺
"Sudah lima hari Claire tidak kembali. Sean, kau tahu dimana dia?"
Sean menggeleng gugup, berusaha melarikan diri dari tatapan Noire, dan memutuskan untuk pulang ke kotanya.
Lima hari itu pula, upacara pernikahan Claire ditunda.
Belasan hari. Puluhan hari. Claire tetap tidak kembali.
Para penduduk desa membantu Noire mencari Claire. Di hutan, di kota, dan di bawah tebing itu. Kemudian dia ditemukan.
Kulitnya membiru, dan penuh dengan luka benturan. Nadinya berhenti. Tubuhnya hampir terkikis habis.
Noire merasa detakan nadinya juga ikut berhenti.
☺☺☺
Sebuah pintu membuka diiringi derit pelan. Noire masuk dan matanya langsung menemukan apa yang dicarinya. Seorang gadis terbaring lemah di tempat tidur, namun matanya menyiratkan sinar bahagia. Tirai putih di ruangan itu terbuka dan cahaya hangat membanjir ke seluruh ruangan.
Gadis itu tersenyum hangat sambil memperlihatkan kehidupan kecil yang ada di dalam pelukannya. Noire menitikkan air mata dan ikut tersenyum. Rasanya...dia tau akan jadi seperti apa nantinya bayi ini.
"Putri, kau kuberi nama Claire."
Karena Claire adalah cinta pertamanya, juga adik yang disayanginya. Noire tidak ingin dia hilang begitu saja. Dan Noire benar-benar merasa bahwa Claire akan terlahir kembali lewat bayi mungil ini.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
LA MER
FantasyWarning : Cerita ini ditulis sekitar tahun 2009 saat saya masih SMP. Karena itulah ada beberapa hal yang lebay atau tidak masuk akal (lompat ke laut di bawah tebing dan selamat? Haha) Well, this is just imagination. So please just read it as it is...