2

185 9 0
                                    

Bel pulang sekolah pun berbunyi ... Pukul 14.30

Aku merapihkan semua barang serta beberapa buku dan dimasukkan ke dalam tas ransel ku. Aku melirik Dimas sesaat.

"Dim, langsung balik?" tanyaku saat melihat Dimas sedang fokus dengan ponselnya.

"Gue mau nongkrong dulu sama anak-anak tulang lunak Dric. Lo mau ikut gak?" jawab Dimas sambil memasukkan ponsel ke saku celana dan berjalan melaluiku.

"Gue ikut dah Dim. Mager banget langsung balik" aku pun berjalan mengikuti Dimas.

"Oke, tapi tunggu trio kadal jantan dulu ya. Kita tunggu di tuh bangku aja" ujar Dimas sambil menunjuk bangku panjang di depan sebuah ruangan dengan dagunya.

"Yok" ajak ku seraya menepuk pundak Dimas untuk berjalan menuju bangku. Aku dan Dimas pun duduk di bangku tersebut sambil menunggu Adit, Anggi dan Brian.

"Woooooyyyyyyy" sebuah suara teriakan membuatku mengalihkan pandangan ku dari ponsel ke arah asal suara. Di depan aku dan Dimas sudah ada mereka bertiga.

"Lama banget lo kaya siput" ucap Dimas dengan ekspresi sebal karena menunggu cukup lama.

"You hurt me darling" jawab Brian seolah sakit hati mendengar ucapan Dimas. "Biasa darling pelajaran Bu Betty ada kuis dadakan. Yang mengharuskan aku bersusah payah menyelesaikan soal ekonomi agar dapat pulang dan bertemu dengan dirimu" lanjut Brian dengan nada manja dan muka se imut mungkin.

"Anjiiiiing. Najis lo tulang lunak. Bahasa lo bikin gue bergidik ngeri kaya lagi di tempat angker tapi lebih angkeran cara bicara lo" Dimas menjawab dengan menunjukkan ekspresi jijik dan malas dengan omongan Brian.

"Udah bawel lo berdua kaya pasangan kekasih menye-menye, yok cabut warung depan" Angga melerai pembicaraan Brian dan Dimas. Dan kami pun berdiri lalu berjalan menuju parkiran.

Kami sudah sampai di parkiran khusus murid. Aku berjalan menuju mobil BMW M3 ku. Saat aku menekan unlock control aku sempat mendengar suara dari belakang ku.

"Anjiiiiiiirrrrrrr, anak baru ini mobil lo? Sial anak orang kaya raya lo?" tanya empat orang teman baru ku dan aku membalikkan badan ku saat mendengar suara tersebut. Terlihat dari wajah mereka yang melongo meliat mobilku.

"Hanya menggunakan hasil kerja keras orang tua gue untuk menikmati sebuah fasilitas yang cukup biasa" jawab ku santai dan bersandar di pinggir mobil.

"Gila fasilitas biasa? Mobil yang harganya miliaran lo bilang biasa? Gila bener lo ya" ucap Adit mendengus sambil menggeleng kepala tidak percaya.

"Jangan berlebihan kawan. Ayo kita nongkrong dulu. Lo pada naek apa?" aku bertanya dan melihat ke arah empat orang laki-laki di depan ku.

"Gue hari ini nebeng mobil Anggi. Kalo si Dimas sama Adit mah biasa bawa motor" jawab Brian santai sambil melirik ke arah teman nya yang lain. Aku melihat motor sport bewarna merah dan warna hitam lalu melihat sebuah mobil Pajero Sport berwarna putih. Ehm, keren.

"Yaudah yok cabut" Anggi berkata dan berjalan menuju mobilnya. Dan kami pun menuju dan menaiki kendaraan kami masing-masing.

∆∆∆∆∆

Saat ini kami - Aku, Dimas, Anggi, Brian dan Adit sedang berada di sebuat warung kecil di dekat gapura depan komplek sekolah. Aku mengeluarkan rokok dari tas gemblok dan mengambil satu batang rokok lalu membakarnya dan menghisap rokok lalu menahan asapnya sesaat dan menghembuskan asapnya perlahan.

"Mau rokok bro?" aku menawarkan rokok kepada teman-teman ku.

"Rokok apaan tuh?" Adit bertanya kepada ku

BERANDAL IN LOVE [Canceled]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang