7.Tanah abang

717 94 6
                                    

-Sheryl's POV-

Ya,aku baru saja mengantarkan mereka kembali ke hotel.Dan ada sedikit keributan disana.

Niall marah kepadaku dan terjadi perang mulut.Hingga pada akhirnya,aku mengalah dan berjanji akan mengajak Niall untuk ke tempat festival makanan yang lainnya.
Memang susah untuk menang darinya.

Aku memparkirkan mobilku di halaman rumah dan mengambil nafas untuk sesaat lalu,keluar dan mengunci pintu mobil.

"Aku pulang." Ucapku,aku langsung menghempaskan diri di sofa ruang tamu.

"Kau terlihat lelah,apa yang kau lakukan seharian ini ?" Tanya mama langsung duduk disampingku.Aku menatap dan menyenderkan badanku disana.

"Tidak banyak yang ku lakukan,hanya mengunjungi festival makanan." Jawabku.

"Mama minta tolong,Sheryl."

"Tolong apa ?" Tanyaku malas - malasan.

"Tolong ambil pesanan baju mama di Tanah abang." Aku mengangguk lalu, berdiri mengambil kunci motor.

Aku berjalan menuju pintu lalu,berbalik badan lagi.

"Ada apa ?" Tanya mama.

"Ongkos untuk ku ?" Ucapku tercengir lebar membuat mataku hilang sementara.

"Astaga,mama pikir apa !" Aku hanya terkekeh dan menggaruk kepala.

*****

Kau pikir,aku sendirian kesini ? Tentu saja tidak,aku bersama Zayn disini.Aku hanya iseng sebetulnya mengajak salah satu dari mereka bersembilan.

Dan kebetulan Zayn sedang di luar hotel.Aku langsung mengajaknya menuju tanah abang dengan seizin manajernya pastinya.Jika aku tidak izin mungkin,Zayn disangka diculik.Tentang yang lainnya ? Aku tidak peduli.

"Apakah ini tempat yang kita tuju,Sheryl ?" Tanya Zayn bingung,ia bingung karena tempat ini begitu ramai.

"Ya,ini tempatnya." Ucapku.Aku melepas helm begitu juga dengan Zayn.

"Tempat ini menjual berbagai macam baju.Dimulai dari baju anak - anak,baju muslim gamis dan lain sebagainya." Jelasku,Zayn hanya mangut - mangut.

"Aku ingin membelikan satu untuk ibuku,bolehkah ?" Ujar Zayn memintaku membelikan baju gamis untuk ibunya.

"Aku tidak keberatan jika itu hanya satu saja." Ucapku sambil tersenyum.

"Serius ? Thank you so so much." Jika Zayn maka aku juga akan melakukan hal sepertinya.

Kami sampai di toko yang mama bilang."Mbak,pesanan baju Bu Erawati."

"Oh ya,sebentar." Mbak tadi mengambil plastik besar berisi baju - baju.

Buat apa coba,mama beli baju sebanyak ini ?

"Makasih,mbak." Ucapku menerimanya.

"Temannya bule ya,kak ?" Celetuk mbak - mbaknya.

"Mirip Z-en melik." Ucap teman mbaknya.

"Zayn Malik,ya ampun." Koreksi mbaknya tampaknya ia seorang penggemar.

"Bukan kok,cuma ya gitu keturunan arab - arab gimana gitu hehehe." Aku tertawa basi setelah itu mengajak Zayn untuk meninggalkan toko ini.

"Tolong aku,Malik." Ucapku kepada Zayn.Ia sedikit berbakat,lol.

"Hm...Dimana kita akan membelikan baju untuk ibuku ?" Tanya Zayn melihat beberapa toko yang kami lewati.

"Disini.Pilih yang mana saja,Zayn." Mata Zayn berbinar,ia menunjuk salah satu baju gamis berwarna coklat.Aku membayarnya dan Zayn berseru senang lalu,memeluk ku begitu saja.

"Thank you so much,Sheryl." Ucap Zayn.

"You're welcome,Malik." Balasku.

"Ayo,kita harus kembali."

"Aye aye." Ucap Zayn dengan suara konyolnya.

"Tapi,bawa barang - barangnya." Sudah ku bilang,Zayn sedikit berbakat menjadi kuli panggul *Ups.

Aku tertawa bersama Zayn hingga parkiran.

"Kau tahu,aku tidak pernah sebahagia ini." Ucap Zayn mulai berhenti tertawa.

"Sudahlah,Zayn.Aku tahu,kau sedih karena tidak bisa sebebas ini." Ucapku mulai menaiki motor.

"Kau tahu,aku berniat keluar." Ucapan Zayn sukses membuatku membelalakan mata dan twrkejut setengah mati.

"Eh,kenapa ?" Tanyaku.Zayn mengedikan bahunya dan memilih menaiki boncengan belakang motor lalu, membenamkan wajahnya diantara belanjaan milik mama.

"Kadang ada sesuatu hal yang harus kau tidak tahu." Ujar Zayn pelan.

"Mau membagi beban itu padaku ?" Tawarku sambil melajukan motor keluar parkiran.

"Entahlah." Ujar Zayn,aku melihat kesedihan di wajahnya lewat kaca spion.

Aku memilih diam,dan fokus pada jalanan.Aku akan pulang dan menaruh barang - barang mama terlebih dahulu.

"Kau marah ?" Tanya Zayn terheran.Aku menggeleng sebagai jawaban.Aku akan mencoba berbicara pada Zayn nanti.

Kami sampai di halaman rumah,aku menyuruh Zayn untuk masuk ke dalam rumah duluan sedangkan,aku harus menaruh motor di garasi.

Aku berjalan ke dalam rumah melihat Zayn yang ternyata asik berbicara dengan mama.

"Mama,aku permisi sebentar ingin berbicara dengan Zayn." Ujarku,mama mengangguk dan berkata akan membawa beberapa makanan ke kamar.

Aku menarik lengan Zayn menuju kamar,Zayn tampak bingung atas perlakuanku.

"Ingat apa yang tadi aku tawarkan saat berada di tempat parkir ?" Zayn menggigit bibir bawahnya.Aku tahu,ia gelisah.

"Kau tidak bisa menanggung semua beban itu,Zayn.Biarkan aku-"

"Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang." Ucap Zayn dingin,aku merasakan atmosfer berbeda sekarang ini.Zayn menjadi dingin dan kaku berbeda saat,kami di tanah abang.

Aku pergi dari hadapan Zayn dan memilih untuk menyalahkan konsol PS4 memulai permainan sendirian.

Aku menghembuskan napas melihat Zayn belum bergerak dari tempatnya,ia merenung terkadang mengerutkan dahinya.
Zayn berpindah dari tempatnya lalu,duduk disampingku mengambil joystick lainnya dan mengulang permainan.

"Hey,kau tidak bisa begitu." Pekikku.Zayn tidak peduli dan malah memilih mode permainan.

"Sekarang,aku bisa membaginya padamu.Aku sudah pikirkan ini daritadi.Dan kau benar soal aku tidak menanggung semua beban ini." Ucap Zayn dengan matany terfokus pada layar televisi.Aku menoleh pada Zayn.

"Apa maksud mu ?" Aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikirannya sekarang.

"Ya,aku akan membagi beban sialam ini padamu." Ujar Zayn air mukanya berubah terlihat marah.Aku menegak air sirup yang sudah mama buat tadi.
Aku sudah sangat - sangat haus sedaritadi jadi maafkan,aku jika menghancurkan keseriusan ini.

****
Weyyo weyyo :v
Telat apdet egen seperti biasa.
Konflik muncul soal Zayn *Insert evil smirk here*

Besok udah senen aja ye.
Sedih bapak bhaq

Shelvinia.

Jakarta ! ✖ 1D × 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang