Bab 2 : Nil

84 7 1
                                    

Gemerlap sungai Nil bila dipanah cahaya lampu menemani malam aku di Mansoura. Genap sebulan di sini, aku mula berasa selesa, jauh bezanya jika dibandingkan dengan hari pertama aku tiba di bumi Anbia ini.

I was quite lost, eyeing every thing that Ain did and copy her the next minute. That was exactly how I survived when I first arrived at Cairo International Airport a month ago. Aku anak kampung, anak jati Kelantan dibesarkan dalam keluarga yang sederhana mana memungkinkan aku untuk menjejakkan kaki ke negara lain selain Malaysia. Ain, teman sebilikku menemani setiap langkah janggalku di pertama kali aku tiba sehingga kini. Jika bukan kerana Ain, aku mungkin menghadapi pelbagai masalah di bumi orang yang kini sangat dekat di hati aku, mengiyakan kata pujangga, 'tak kenal maka tak cinta' .

The weather, the community is everything that I ever love. Biarlah kata orang, Mesir ini negara kotor dan rakyatnya kasar perwatakan, aku hanya diam tiap kali dijamu dengan pandangan skeptikal keluarga dan rakan di Malaysia. 'Ah, mereka bukan pernah ke sini, ' omel hatiku.

Being judgemental has been a part of our culture. Aku juga begitu pada mula tiba di Mesir. So I have no right to blame other's judgement. Yang pasti aku selesa dan sudah pasti jatuh cinta dengan Mansoura.

Diberi peluang melanjutkan pelajaran di University of Mansoura sangat menggembirakan aku. I was so ecstatic as I imagine what kind of people I will meet, blonde hair and perhaps they may even have those enchanting blue eyes as I always watched in the movie. I almost scream at the thoughts of having friends from different culture.

Yang paling melekat di ingatan adalah Kareem, anak jati Cairo tetapi memilih untuk belajar di Mansoura. I remember his face during our first briefing session in Handousa theater. He has this square face with handsome jawline and his eyes, those dark brown almost almond like eyes and thick eyebrows that for sure has made every girl in the theater to concentrate on him.

And how can I be so lucky? We were in the same PBL group, I almost scream 'Alhamdulillah' .

"What is your name again? Yuhanis?" he asked me, half giggling and half staring at me with shock. I wonder, was my name that weird? "Well yes. I am Yuhanis. You got problem with that? " I asked bluntly. "Nope girl, but your name is the same as the janitor I met outside just now, " and I heard loud laugh came from almost all of the students in our group. Shit. That didn't went well was it?

Angin bertiup lalu memecah sunyi,
Memadam ingatan di kala sepi,
Yang ku temu dalam asing bukan mimpi,
Ku harap ia igauan membawa erti.

StethoscopeWhere stories live. Discover now