Bab 3 : Lemah

71 4 1
                                    

5 minit. Yes, I have been walking for five minutes and I haven't even arrived at Handousa theater yet. Hembusan angin yang sesekali menerbangkan pasir ke dalam mata membuat aku mengeluh.

Teringat kembali di zaman matrikulasi yang kononnya jauh jarak perjalanan dari bilik ke kelas dan makmal. Hanya keluhan dan carutan yang keluar dari bibir. Nah, mungkin Allah ingin menguji aku maka dihantarnya aku ke bumi Anbia ini di mana kalau setakat 1km berjalan ke kelas itu hanyalah satu norma di sini.

I am 10 minutes late. 'Good yuhanis, nice job. You deserve a pat at the back for being late for your first class ever. Not pat, maybe you deserve a big kick at your big ass, ' omelku sambil menghempas-hempas buku dan kotak pensel. "Shhhhh, " bunyi sekumpulan perempuan berdehem sambil membuat isyarat tangan kepadaku. Aku diam membisu. Bitches.

Kelas Dr. Adel berjalan selama dua jam tanpa henti. Mata mulai mengantuk dan mencari sasaran untuk mengesan tempat yang sesuai untuk aku melelapkan mata yang penat. "Weh hensemnya mamat Arab tu babe," " Yela. Dia pandang sini pulak tu. Cepat senyum woi," kedengaran suara gadis di belakangku telah membuatkan aku menoleh ke sebelah kanan yang menempatkan barisan pelajar lelaki.

Kareem. Yes, they were talking about Kareem. Aku memandang tepat pada Kareem yang kononnya sedang melihat mereka yang terkinja-kinja dibelakangku. Aku melemparkan senyuman kepada Kareem and he unexpectedly wave and say Hi. No, he didn't say Hi out loud but I can see it from his mouth. Aku membalas lambaian Kareem sambil menjeling mereka dibelakangku and yes, I won't deny it. That was satisfying.

Usai kelas, aku berjalan seorang diri menuju ke barisan kedai di belakang Kuliah Tibb. Kedai alatulis Pen & Paper sememangnya popular di kalangan pelajar, ibarat MPH atau Borders bagi pelajar di Mansoura. Aku melangkah masuk sambil mata aku liar mencari pen yang sesuai dan berwarna warni untuk melakar peta minda. Sudah menjadi salah satu method wajib bagi pelajar jurusan perubatan untuk melakar setiap tajuk dan isi kuliah kedalam bentuk peta minda bagi membantu proses pemahaman dan ingatan. Bau wangian lelaki menerjah deria bau aku dari belakang. Kareem lagi.

Sebenarnya, aku angin mengelak dari berjumpa dengannya. Sejak peristiwa lambaian di dalam kuliah dua minggu yang lepas, banyak fitnah timbul kononnya akulah yang menggoda Kareem. Busuk betul mulut minah-minah socialite ni menyebar berita yang tidak betul dikalangan pelajar Malaysia di Mansoura. Yes, I called them minah-minah socialite just because they seem like Hollywood socialites, gaya semegah Paris Hilton.

"Hi," sapa Kareem. "Oh. Yes, hi Kareem. What are you doing here?," okay again stupid question, Yuhanis. Of course la dia datang sini untuk beli alatulis, takkanlah makan. " I'm here to buy some stuff, " and he smiled the sweetest smile I've ever seen.


Senyum datang tak diundang,
Lambai datang tak ditatang.

StethoscopeWhere stories live. Discover now