Separation

437 29 3
                                    

*Lilyca

"Kau ingin bertemu dengan kakakmu?" tanya seorang pria tua berjas hitam. Aku kaget mendengar perkataannya. Aku mengenali orang ini, dia dokter Frans. Orang yang menyelamatkan nyawa kakakku 6 tahun yang lalu. Dia juga yang membawa pergi kakakku 2 tahun yang lalu. Aku terdiam beberapa saat, tentu saja aku sangat syok dengan perkataannya tadi. "Apa aku bisa menemuinya lagi?" kataku akhirnya, setelah pikiranku mulai tenang.

"Beresi pakaianmu, butuh waktu lama untuk sampai ditempatnya," katanya lagi. Dia tidak menjawab pertanyaanku. "Apakah ayah juga ikut bersamaku?" tanyaku lagi. "Baca surat ini!" perintahnya sambil menyodorkan sepucuk surat.

Dokter Frans, aku memintamu dengan sangat. Aku ingin bertemu dengan saudaraku. Aku sangat merindukannya.

Setelah membacanya aku mengemasi pakaian dan barang-barangku. Tanpa kusadari aku tersenyum dengan senyuman yang belum pernah tampak 2 tahun terakhir. Dokter Frans segera keluar dari kamarku ketika melihat aku mengeluarkan koper. Setelah siap, aku keluar dari kamarku, betapa terkejutnya, aku mendapati ayahku tengah bersujud di hadapan seorang pria. Aku tak mengenal pria itu. Wajahnya sangat pucat, begitu pula kulit tangannya.

"Saya mohon, jangan ambil Lilyca dari saya! Ambil saja nyawa saya untuk menebusnya! Kumohon!" ayah memohon dengan sangat iba. "A... pa yang ayah maksud? Siapa pria itu? Kenapa ayah bersujud di hadapannya?" kata-kata itu langsung terucapkan begitu saja. Aku memandang dokter Frans, dia hanya menundukkan kepalanya. Sedangkan pria itu, dia menatap ayahku dan berkata, "Tapi aku menginginkan dia, bukan kau."

"Saya, memang berjanji akan membalas budi. Tapi bukan dengan nyawa putri saya, saya mohon jangan pisahkan kami," ayah mengatakannya dengan sangat lembut. Apa maksud ayah? Dia tidak menjawabku, bahkan tidak memandangku. Ini semua sangat tiba-tiba. Kabar baik yang semula menaungiku sudah menghilang, aku tahu aku tak bisa menghadapi semua ini. Selanjutnya tanpa kusadari tubuhku melemas, otakku menegang. Mataku mulai sayu, tubuhku tak lagi sanggup menahanku, hingga akhirnya aku tergeletak di lantai. Aku masih merasakan kesadaranku, aku melihat ayah di hadapanku, memegang kepalaku seraya berkata, "Lilyca kau tak apa? Lilyca!"

*Aku kehilangan kesadaranku.

I Don't Want To Be AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang