Aku Benci KAU

43 1 1
                                    

"Selamat siang, Anak-Anak" sapa guru baru yang menyebalkan itu dengan senyuman palsu yang ia punya. Aku yakin, senyuman aslinya lebih seram dibanding nenek sihir yang berusaha membunuh Cinderella

"Selamat siang, Miss.." lagi-lagi penjilat mencari perhatian. Ia berteriak dan menekak sehingga suara temanku yang lain tidak terdengar

"Kau tidak perlu menekak, Grattle. Aku tidak budek atau penyakit yang menganggu telingaku" omel Miss Chalulluna. Kini aku tertawa cekikikan mendengarnya.

"Maafkan Grattle, Miss" ujar Penjilat dengan tatapan sebal kepadaku. Aku semakin tertawa lepas.

"Tapi terimakasih karna kau telah bersemangat masuk dalam pelajaranku" namun kini Miss Chalulluna memuji kau-tahu-siapa. Ah lagi-lagi. Sehari saja tak memuji penjilat, apakah tak bisa?

"Dan kau, Gadis, kau tak pantas untuk menertawakannya. Seharusnya kau punya malu." Tunjuk nenek tua itu tajam kepadaku

Aku tersentak diam. Grattle membalas dendamnya. Dia tertawa lebih lepas dibanding aku. Ah, menyebalkan.

Pelajaran akan segera dimulai. Nenek jelek itu memulai pelajaran dengan berdoa.

"Amin" sambungnya, disertai Teman-Temanku. Lalu nenek jelek itu berdiri di depan kelas, menghadap kami semua dengan sorotan mata elang.

"Sebelumnya, saya ingin memberikan kalian tugas sejarah tentang zaman Latuna. Tidak perlu khawatir. Kalian tidak perlu berfikir tentang uang yang akan dikeluarkan. Sedikit saja. Kalian harus mencari uraian tentang zaman itu dengan halaman minimal 200 lembar dan halaman maksimal 500 lembar" erangnya panjang. Aku dan beberapa teman lainnya benar-benar tersentak kaget.

Sedikit, katanya? Sedikit? Dia kira mencari uang itu gampang? Atau ia mengira bahwa mencari uang semudah mencabut dedaunan? Ah, aku bisa gila.

"Itu mudah, Miss" kau-tahu-siapa berucap dengan nada memelas

"Aku suka semangat belajarmu, Grattle" puji Miss Challuna, ups, maksudku Chalulluna, namanya yang  panjang, kadang membuatku lupa siapa namanya.

Grattke tersenyum kemenangan. Sedangkan, Teman-Temanku yang lain menatapnya dengan perasaan dengki.

"Aku mau kalian mengumpulkannya bulan depan dan tepat waktu. Kalau ada satu orang yang belum mengumpulkan, siap-siap bokong kalian akan ku sabet satu persatu" ancamnya ganas. Menyeramkan sekali.

"Apa tidak ada tugas yang sedikit ringan, Missus?"

"Pertanyaan bodoh. Seharusnya kau bersemangat untuk mengerjakannya, Jamie"

"Aku akan mengerjakannya tepat waktu, Miss"

"Bagus. Aku suka semangat belajarmu, Jenius" tanpa diberitahu, kalian akan mengerti, siapa 'Jenius' yang ia maksud

Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. Bingung tetapi aku berlagak untuk mengerti. Aku termenung habis-habisan, mataku  menuju ke gelang yang digunakan Sang 'jenius'.

"Hei, apa yang terjadi denganmu, Penny? Kau memperhatikan gelangku sejak tadi. Apa kau menginginkan gelang ini?" Bentak Grattle sambil mengeluarkan gelang itu dan menggoyang-goyangkannya di atas buku sejarah miliknya. Namun, aku hanya diam, tak menjawab.

"Tapi, kau tak semudah itu mendapatkannya. Ini pemberian  ulang tahun dari Kakekku. Dan kau tahu? Gelang ini Kakekku temukan di zaman Latuna. Ketika ia masih muda---" kilah nya dengan nada sok, namun aku seratus persen tak percaya. Aku menganggap ceritanya konyol.

"Hahahaha, itu konyol, Jenius. Tidak masuk akal. Mungkin, Miss Chalulluna salah menganggapmu sebagai Jenius dan salah menetapkanmu sebagai anak emasnya, lalu ia akan menggantikan aku di posisimu" aku tertawa terbahak-bahak. Grattle langsung memandangku seram.

Latuna ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang