Meet Zayn.

371 75 11
                                    

Aku langsung meraih ponselku yang sudah bergetar sejak tadi.

Siapa yang menghubungiku malam-malam seperti ini? Kulihat ada 3 pesan, 1 dari Fanisa, 1 dari Arnold dan 1 lagi dari nomer yang tidak kukenal.

Aku membuka pesanku satu persatu..

Fanisa : Clara! Aku akan kerumahmu besok! Bersiaplah pukul 10 aku akan menjemputmu. Kita akan hangout.

Arnold : Clara kau sombong sekali sekarang. Kau jarang menghubungiku. Apa kau sudah melupakan ku?

Lalu, aku membuka pesan dari nomor yang tidak aku kenal itu.

Unknown : Sudah tidur? Maaf jika kau lelah karna hari ini. Terimakasih sudah membuat hari ku menyenangkan Clara! Good night. Semoga kita bisa bertemu lagi.

H. xx

H? Siapa H? Apakah Harry? Ku fikir iya. Aku membalas pesan mereka satu persatu.

Clara : Akan ku usahakan bangun pagi! Haha. Jangan membangunkanku lewat telfon karna kau tau itu tak akan berhasil. Datanglah langsung Fanisa!"

Clara : Hai Arnold! Maafkan, aku jarang memainkan ponselku. Haha tentu aku tidak lupa denganmu. Kau sahabatku dari dulu. Let's go, I want to meet up with you!

Clara : Aku baru saja akan tidur. Apakah ini kau, Harry? Terimakasih juga karna kau sudah mengenalkanku pada the boys. Mereka sangat menyenangkan, kau juga. Good night Harry. Iya, semoga kita bisa bertemu kembali. xx

Aku menyimpan kembali ponselku diatas meja setelah membalas pesan dari mereka.

Dan segera pergi memasuki alam mimpi..

"CLARAAAA!!!! AYO BANGUN!!"

"CLARAAAAA! AYOLAH!"

"CLARA OH MY GOD!"

"KAU KEBO SEKALI CLARAAAA!!"

Siapa sih yang merusak mimpi indahku dengan berteriak teriak seperti itu? Sungguh sangat menjengkelkan sekali. Aku membuka mataku perlahan, dan kulihat dia—Fanisa—sedang memandangku dengan tatapan mematikannya. "Oh kau! Ayolah, kau mengganggu tidur nyenyakku." protesku padanya.

"Clara apa kau bercanda? Ini sudah pukul 11. Dan apa kau lupa? Kau sudah berjanji akan bangun pukul 10. Sungguh betapa bodohnya dirimu Clara!" Aku memutar tubuhku melihat jam dinding kamarku, dan benar saja, sekarang sudah hampir pukul 11. Selama itukah aku tidur? Ya, memang aku tidak bisa bangun pagi. Semenjak sudah lulus sekolah, aku selalu saja bangun siang.

"Cepat bersihkan dirimu. Aku akan menunggumu disini. Jangan lama!!" serunya lagi sambil membuka laptopku dan mengotak atiknya. Tanpa menunggu teriakannya lagi, aku segera bergegas ke kamar mandi. Kali ini, aku tidak mandi begitu lama. Karna Fanisa akan membunuhku jika aku melakukan itu.

Sungguh dia memang kejam.

Aku keluar dari kamar mandi dan langsung memakai baju yang telah ku siapkan sebelumnya. "Kita akan kemana?" tanyaku padanya sambil merapihkan rambutku.

"Aku ingin ke salon dan membeli beberapa pakaian. Setelah itu aku akan pergi kerumah pamanku. Kau mau ikut?" jawabnya sambil tetap mengotak atik laptopku. "Tidak, aku akan ke taman kota saja setelah itu. jawabku sambil menghampirinya. "Baiklah," itu jawabannya.

Kami bergegas turun kebawah, dan pergi meninggalkan rumah yang sama sekali tidak hangat itu. Kalian mengerti kan maksud dari kata 'hangat' itu?

"Kau masih belum menyapa orang rumah? Aku mengerti apa yg kau rasakan. Tapi, kau tidak boleh terus seperti ini, suatu saat kau akan membutuhkan mereka Clara." ucapnya di sela-sela keheningan kami. Tatapannya masih lurus kedepan, memperhatikan jalanan kota London yang cukup ramai ini.

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang