Chapter 2

43 2 8
                                    

            Pagi ini hari Senin, seperti biasa siswa pun melaksanakan upacara hari Senin. Aku pun berbaris di rombongan kelasku. Namun, tanpa kusadari pandanganku terus saja tidak memiliki tujuan. Entah apa yang kucari. Apakah aku mencarimu? Seketika kamu lewat di depanku. Entah kamu tahu atau tidak bahwa aku sedang memandangimu. Namun yang aku tau aku menjadi tenang setelah memandangmu.

Sepulang sekolah akan diadakan rapat evaluasi di aula sekolah mengenai event sekolah semalam. Saat bel usai pelajaran telah berbunyi akupun langsung menuju ke aula. Aku mengintip pintu aula yang rupanya masih sepi. Namun setelah ku lihat lebih cermat lagi, rupanya kamu ada di sana.

Akupun lebih memilih ke kantin dulu sambil menunggu rapat di mulai. Namun, tiba-tiba ada suara seperti sedang berbicara kepadaku.

" Mau ke mana?" Rupanya kamu.

" Emm.. gak kemana mana kok." Jawabku. Yang secara mendadak membatalkan niatan untuk ke kantin.

" Udah tunggu aja, mungkin sebentar lagi pada dateng."

" Yaa.."

Setelah beberapa menit, satu persatu panitia pun datang. Setelah rapat usai aku pun langsung pulang, Sewaktu aku sedang berjalan, aku merasa seperti ada suara motor yang perlahan mendekat ke arahku. Ya, rupanya itu kamu. Aku pikir kamu ingin menawari aku tebengan. Rupanya hanya bilang bahwa mau meneleponku nanti malam. Aku pun hanya tersenyum sambil mengiyakan. Lucu ya? Hahaha.

Sesampainya di rumah aku terus terusan memikirkan kamu. Apakah aku sudah berpaling? Secepat itukah aku berpaling? Ah biar saja, Lagi pula Angga juga sudah lebih dahulu melakukannya,

Sesaat malam datang pun aku terus terusan mengecek HPku. Barangkali Mas Adit menelepon. Benar, 5 menit kemudian Mas Adit menelepon. Malam itu aku terus terusan memikirkan Mas Adit. Apa aku benar benar sudah berpaling? Apakah aku sayang dengan dia?

***

Keesokan harinya sewaktu istirahat, Aku dan Rana duduk di kantin sambil menikmati sepiring nasi rames. Aku pun mulai bercerita tentang apa yang mengganggu pikiranku saat ini.

" Ran.." Panggilku.

" Kenapa Ra?" Tanyanya masih sambil melahap nasi ramesnya

" Menurutmu Mas Adit gimana? " Tanya ku to the point

" Kamu suka dia ya? Ciee.." Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah meledekku.

"Stttt.. Gatau nih. Kayaknya gitu. Tapi masa cepet banget?"

" Cepat atau lambat itu gak masalah Ra, Yang penting tulus enggaknya. Kalo kamu sayang sama Mas Adit cuma karena pelarian dari Angga mending jangan Ra. " Katanya selayaknya orang paling bijak di dunia.

" Enggak Ra, ini gak ada sangkut pautnya sama Angga. Tapi aku harus gimana Ra?"

" Gimana apanya? Biar Mas Adit tau kalo kamu suka dia?"

" Maybe?"

" Bilang aja kali Ra. Lagi pula aku yakin dia juga ada rasa sama kamu. Nyatanya dia sampe mau nganter kamu pulang."

" Masa cewe dulu sih yang ngomong? Ya bisa aja itu karena di Mall juga udah sepi. Kasihan aja kali."

" Ya gapapa lah. Daripada gengsi dan akhirnya gak ada yang mau ngaku. Endingnya malah nyesel."

Aku pun terus kepikiran sama apa yang dikatakan Rana. Apa iya harus aku yang bilang duluan? Tapi kalo dia gak suka sama aku gimana? Tapi ada benernya juga apa yang dibilang Rana. Tapi aku pun belum yakin sama perasaanku sendiri. Apa aku takut akan berakhir seperti Aku dan Angga?

***

Dari hari ke hari semua berjalan seperti biasa. Begitu pula kedekatan aku dengan Mas Adit. Layaknya orang yang sedang PDKT wajarlah jika sering pergi berdua ke suatu tempat. Dan sekarang aku yakin bahwa Mas Adit juga memiliki rasa yang sama denganku. Hanya saja sekarang aku masih belum mampu menyatakan apa yang aku rasakan sebenarnya.

Sore ini aku sedang makan siang dengan Mas Adit di sebuah tempat makan yang tidak jauh dari sekolah. Di saat kita sedang makan. Aku merasa sudah tak mampu lagi memendam apa yang aku rasakan selama ini. Aku ingin mengatakan yang sejujurnya namun seakan akan semuanya tertahan dalam tenggorokan.

"Mas, Aku mau tanya" Panggilku ragu

"Kenapa?" Jawabnya

"Emm gimana ya? Gini, kan kita udah deket nih. Masa cuman kayak gini aja?" Kataku tanpa mampu menatap matanya.

"Ya terus maunya gimana deh?" Jawabnya sambil senyam senyum.

"Aku suka sama kamu mas." Kataku dengan cepat. Namun, rupanya Mas Adit hanya tersenyum kemudian tertawa.

" Lucu ya?" Tanyaku lagi

"Iya. Hahaha. Maaf dek, aku gak bisa." Jawabnya.

Akupun memanyunkan bibirku dan melanjutkan makan. Akupun menyimpulkan bahwa aku ditolak. Yah suasana menjadi canggung. Beberapa menit setelah kami saling diam. Tiba tiba dia memanggilku.

"Syakira Naora Azzahra. Apakah anda benar menyukai saya?" Jawabnya seakan akan bercanda.

"Apaan sih. Udah udah ga usah dibahas. Lupain aja." Jawabku menahan malu.

"Kalo gak mau dilupain gimana?" Tanyanya sambil tertawa.

"Bukannya cowok yang harus nyatain perasaannya duluan?" Tanyanya lagi. Akupun tetap terdiam.

"Aku mau tanya. Kamu mau gak jadi pacarku?" Tanyanya lagi. Kali ini aku benar-benar gak tau mau bilang apa. Rasanya campur aduk. Aku gak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Akhirnya kita jadian. Yups. It's a best day ever. Maybe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang