Chapter 1

76 2 6
                                    

Berawal dari sebuah percakapan yang sangat biasa. Ya, event sekolah. Dipertemukan dalam sebuah rapat event sekolah. Kamu Koor dan aku anak buah. Tak ada yang spesial di sana. Bahkan percakapan pun hanya melulu tentang event tersebut. Hingga suatu saat keisengan temanku Rana yang mengambil gambarmu yang ternyata lupa menonaktifkan efek blitz di HPnya, sampai menyamakan wajahmu dengan seorang aktor. Hahaha.

Hari ke hari percakapan dengan teman-teman melulu tentang kamu. Aku pikir Rana yang menyimpan rasa untukmu. Namun, dari hari ke hari kenapa aku yang selalu antusias jika melihat kamu? Tidak.. ini tidak boleh terjadi. Aku sudah menaruh hatiku pada orang lain, dan yang ku tahu dia pun juga menaruh hatinya padaku. Meski kita sedang dalam keadaan yang kurang baik, atau bahkan tidak baik. Lupakan saja tentang dia. Lalu bagaimana dengan Rana? Yang ku tahu Rana tidak semudah itu menaruh hati. Ya, ternyata benar, Rana tidak semudah itu menaruh hati. Berarti saat ini kusimpulkan aku memiliki peluang. Senyum pun terlukis di wajahku saat ini.

Peluang apa? Bukankah aku sudah menaruh hati pada orang lain? Bukankah kita sudah berjalan hampir 1 tahun? Ya dia adalah Angga, Anggap saja dia pacarku sekarang. Walaupun aku tau mungkin sebentar lagi sudah tidak. Sebenarnya dia memang sudah meminta untuk putus. Namun, ke egoisanku untuk bertahan bukanlah tanpa alasan. Ingin sekali ku ceritakan bagaimana awal hubunganku dengan Angga. Namun, cerita ini bukan tentang Angga. Atau bisa jadi memang harus ada Angga dalam cerita ini?

***

Pagi ini, Sabtu sebelum berangkat sekolah. Akhirnya kuputuskan untuk tidak dengan Angga lagi. Setelah beradu argumentasi semalam. Aku pikir memang sudah seharusnya terlepas. Sedih? Sepertinya iya. Namun aku yakin itu hanya sebentar. Apa ini juga ada sangkut pautnya dengan kamu? Tidak.

Sebetulnya hari ini aku tidak sekolah. Nanti malam ada event sekolah dan seluruh panitia mendapat izin untuk tidak mengikuti pelajaran, Karena kami harus melakukan persiapan di Mall tempat event tersebut diadakan. Tandanya hampir seharian aku akan antusias untuk memerhatikanmu.

Malam saat event tersebut berlangsung. Rupanya aku mendapat pesan dari Angga. Dia berkata dia ingin curhat. Akupun menerima curhatannya. Aku pikir dengan adanya status mantan, bukan berarti kita di haramkan untuk saling berbagi cerita. Namun setelah membaca curhatannya, entah mengapa aku merasa lemas. Air mata pun ikut menetes. Apa apaan ini, mengapa aku menangis? Akupun duduk di tangga luar Mall tempat teman teman dan para penonton menonton event kami. Ya, aku lupa mengatakan bahawa event tersebut di adakan di halaman Mall itu.

Aku menceritakan apa isi curhatan Angga. Ya, dia berkata bahwa dia sedang berusaha mendekati orang lain. Lantas mengapa aku menangis? Bukankah aku bukan siapa-siapanya lagi? Atau mungkin itu hanya caramu untuk membuat aku semakin terlarut dalam sedih? Ah, Untuk apa aku sedih? Yang aku tau, jika aku sedih berarti Angga menang. Dan aku tak ingin Angga menang.

Tanpa kusadari ternyata kamu memperhatikan aku yang sedang menangis. Aku mengetahuinya dari bisikan Rana. Setelah menyadarinya aku langsung menghapus air mataku. Entah mengapa aku tidak ingin kamu melihatku sedang menangis. Aku pun berusaha sebisa mungkin tertawa bersama teman teman.

Saat event sudah selesai, Kami semua pulang. Aku pun menunggu jemputan di halaman parkir Mall. Namun, jemputanku belum juga datang. Tiba tiba kamu menyapaku dan terjadilah percakapan di antara kita.

" Kok belum pulang dek?" Tanya nya.

" Masih nunggu jemputan mas." Jawabku.

" Sendirian aja berani?" Tanya nya lagi

" Berani lah masa gak berani."

" Nebeng aku aja. Udah malem juga, Mau nunggu sampai kapan? Hobby banget nungguin yang gak pasti."

" Hahaha, Kayak apa aja gak pasti, Gak usah, udah minta jemput ini"

Tiba tiba ada panggilan masuk dari HPku. Rupanya supirku. Beliau berkata tidak bisa menjemput, karena anaknya sakit parah dan dia harus membawanya ke UGD dulu. Kalau mau menunggu aku harus menunggu paling tidak satu setengah jam. Lama juga ya.

" Siapa yang nelpon?" Tanya nya. Wajahku yang bingung mungkin membuat kamu ingin tahu apa yang terjadi.

" Oh ini supirku. Katanya lagi nganter anaknya ke rumah sakit. Jadi sekitar satu setengah jam lagi baru bisa jemput."

"Ohh.. Ya udah nebeng aku aja sini. Mau nunggu satu setengah jam? Mall juga udah lumayan sepi hlo." Tawarnya lagi.

" Emmm ya udah dehh" Jawabku. Entah mengapa ada sedikit rasa senang yang timbul.

Kamu pun mengeluarkan motor dari parkiran. Sepanjang perjalanan kami tidak banyak bicara. Aku pun memutar otak untuk menemukan percakapan sampai akhirnya aku bertanya.

" Emang tau rumahku dimana?" Tanyaku

" Emm.. enggak" Jawabnya polos

" Hla terus mau kemana ini?" Tanyaku bingung

" Nganter kamu pulang."

"Kan gak tau rumahku."

"Ya makanya di kasih tau dong" Jawabnya

"Hahaha." Dia cukup humoris juga. Itu kesan pertamaku.

"Oh iya tadi aku gak sengaja lihat kamu nangis. Ada apa?"

"Enggak apa apa. Cuma tadi Rana ngasih bawang di deket muka ku. Jadi nangis deh." Jawabku nyeleneh.

" Hahaha. Lucu juga kamu."

" Emang kok" Jawabku dengan pede.

Sesampainya di rumah aku pun segera cuci muka dan berniat untuk tidur. Entah mengapa aku tidak lagi memikirkan tentang Angga. Ah. Semoga ini terakhir kalinya aku meyebutkan namanya dalam cerita ini.

Saat hendak memejamkan mata, tiba-tiba HPku bergetar. Ada LINE masuk bertuliskan "Selamat Malam, Jangan Menangis". Rupanya Raditya Amzar yang mengirim pesan tersebut. Ya dia adalah kamu. Panggil saja Adit.

***

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang