Kedatangannya di kehidupanku membuatku sangat terasa berarti. Rilo selalu ada disisiku saat ini, dia sangat konsisten dengan apa yang ia janjikan dulu kepadaku, bahwa dia akan menunjukkan perasaannya itu. Entah bagaimana aku bisa percaya kepadanya, dia sudah berbuat yang terbaik untukku. Secara natural, aku kembali mencintainya.
Setiap pagi, siang, malam dia tidak berhenti mengirimiku pesan di sela pekerjaannya, hanya sekedar menyapa “hai ve”, dan dia juga tak protes kalau aku tak membalas pesannya. Dia tidak tampak seperti bocah yang baru jatuh cinta, aku menduga aku bukan perempuan pertama baginya.
Dia memintaku menemuinya di sebuah taman, dan hal yang sangat kusuka darinya adalah, dia seseorang yang penuh kejutan.
Dia sudah menunggu disana, dengan kemeja kotak-kotak dengan kancing yang terbuka dan kaos dalam putih. Dia tampak sangat mempesona. Aku tau, dia tidak akan membawa apapun, tidak dengan bunga atau cokelat. Yang kulihat disana dia hanya membawa laptopnya dan ia sedang asyik dengan segala aktivitasnya sebagai profesor muda.
Ya, aku memaklumi itu, dan aku juga tidak berharap apapun dari dia. Berada di sampingku saja, aku sudah sangat senang.
Bahkan setelah dia menembakku beberapa waktu yang lalu, dia tidak memanggilku sayang, honey, babe atau yang lain. Dia hanya memanggilku Ve, seperti yang ia lakukan dulu ketika SD, ketika semua memanggiku Dara karena nama panjangku Dara Alveira. Hanya dia yang memanggilku Ve. Itupun hanya beberapa kali, karena dia tidak banyak berbicara denganku.
“Maaf, aku lama ya Lo?” Tanyaku membuat matanya yang bulat itu bergerak cepat kearahku, dia tersenyum..
“No, aku sama sekali tidak menunggu, bahkan aku tidak terlalu berharap kamu datang. Jadi jika kamu datang maka ini hadiah buatku” Ujar Rilo. Sungguh romantis.
“Jadi, kita mau kemana?” Tanyaku penasaran.
“Kita tidak akan kemana-kemana Ve, aku hanya ingin menunjukkan ini padamu” Ujarnya sambil memberikan sebuah buku yang diikat dengan pita warna merah hati. Aku meraihnya.
Saat aku membaca judulnya, aku sungguh terkejut. “Dara itu mengalir di hatiku” hah? Buku?
“Besok adalah peluncuran buku pertamaku. Aku sangat berteriamakasih padamu jika kamu mau datang” Aku masih tercengang, dia? Menulis?
“Tentu aku akan datang” Aku metatap matanya, dan mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak menyangka, dia akan menggetarkan hatiku seperti ini. “dan, ini untukku?” Ujarku sambil terisak. Rilo mengangguk lalu memelukku.
Aku sangat bahagia, kamu adalah Rilo. Aku sangat bahagia, kamu adalah cinta pertamaku. Dan beginilah aku setelah mencintaimu, mengagumimu adalah yang selalu kulakukan sepanjang waktuku bersamamu. Dan itu adalah bagian dari hidupku yang paling aku suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyukai Laki-Laki Imaji [Edited]
Teen FictionKetidakmampuanku melupakan kebiasaanku, kebiasaan membayangkan wajahmu yang tersenyum dan bersamaku, namun pada kenyataannya, itu sebatas imajinasiku saja. Tapi, suatu hari kau datang dengan kejutan yang membuat jantungku beku, kenyataan bahwa kau n...