Aku terus memandangi wajahku di depan cermin dengan riang. Tak sabar untuk keluar rumah, aku terus menendang angin sembari berduduk di depan cermin. Bagaimana keadaan bunga yang kutanam kemarin? Aku yakin dia dapat bertahan hidup dan mencoba sekuat tenaga untuk mekar.
"Laila, berapa lama lagi kamu akan menyisir rambutku?"
"Sebentar lagi nona, rambut anda sudah sangat panjang sekarang, jadi membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk menyisirnya."
Rambutku memang terlihat sangat panjang, bahkan sudah sampai kebagian paha dari tubuhku.
Aku hampir lupa memperkenalkan namaku. Namaku Cintya Linda, aku lebih suka dipanggil dengan Linda karena Cintya adalah nama panggilan untuk ibuku. Jadi agar tidak tertukar, panggil saja aku Linda. Aku memiliki rambut bewarna coklat dan sekarang berumur 7 tahun.
"Nona, rambut anda sudah siap. Anda pasti tidak sabarkan untuk melihat bunga yang kita tanam kemarin?--" tanya Laila sembari meletakan sisir di atas meja.
"Tentu saja."
Setelah mengatakan itu aku berlari meninggalkan kamar. Menuruni tangga dan akhirnya tiba di pintu belakang yang menuju taman. Dengan perasaan riang aku membuka pintu dengan segera.
*Brusshhh..
Aku benar-benar tidak percaya ini. Kenapa hujan harus turun sekarang. Setengah pakaian one pieceku basah, begitu juga dengan rambutku. Sepertinya Laila mencoba untuk memperingatiku tentang hal ini, tapi dia tidak sempat mengatakannya karena aku segera berlari ketika rambutku sudah siap.
Hujan yang begitu deras dan angin yang sangat kencang. Aku lalu menutup pintu dengan kesal. Karena rumah ini memiliki 5 lantai, aku sampai tidak mendengar suara air hujan yang dengan kencang menimpa atap. Rumah ini memang terlalu luas untuk disebut sebuah rumah.
"Sepertinya aku harus menyisir rambutku lagi."
Rambutku kembali kusut karena basah. Aku pun berjalan menuju kamar kembali. Sebelum tiba di kamar aku melihat pamanku yang terlihat sangat fokus di meja kerjanya. Pamanku menginap dirumah karena ada pekerjaan yang harus dia lakukan di kota ini.
Aku adalah anak yang sangat usil. Begitulah orang di sekitar memandangku. Aku tidak ingin basah sendiri, mungkin paman butuh pelukan hangat sekarang. Em... atau pelukan basah. Aku berjalan perlahan, dengan sangat perlahan. Pamanku terlihat masih fokus dengan buku di depannya, aku sangat yakin bahwa dia tidak menyadari kehadiranku.
1... 2... aku mulai menghitung dalam hati. 3. Aku mencoba melompat dan memeluk paman.
"Linda apa yang kau lakukan?" ucap pamanku yang masih terfokus pada buku di depannya.
Aku berhenti untuk melompat. Aksi pelukan basahku pun gagal. Aku jadi malas untuk memeluk paman karena sudah ketahuan.
"Aku cuman ingin melihat-lihat. Apa yang sedang paman lakukan?"
"Paman sedang bermain dan belajar,"ucapnya yang masih fokus pada bukunya.
Aku dapat menerima kata belajar karena dia sedang membaca buku. Tapi bagaimana cara bermain dengan buku yang sangat tebal itu?
"Permainan seperti apa yang paman maksud?"tanyaku bingung.
Paman kemudian memutar kursinya dan berhadapan dengan ku sekarang. "Permainan detective, mau coba?"tanyanya.
"Boleh, kemarikan bukunya."ucap sembari menjulurkan tangan.
"Kau harus bersabar, paman ingin memberitahukan apa yang sudah paman pelajari dan bagaimana kerennya buku ini. dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective Dechiper Duty (3D)
Mystère / ThrillerNamaku Andre Baskoro, semua orang memanggilku Andre, jadi kalian juga dapat melakukannya. Ketika semua orang masuk SMA apa yang paling pertama mereka pikirkan? teman baru? guru baru? mungkin lebih mudah disebut dengan kehidupan baru. Lalu kehidupan...