Prologue

666 49 19
                                    


Aku berjalan ditengah ribuan orang yang menatapku, tanpa ragu kubalas beberapa senyuman manis yang mereka berikan padaku. Tempat ini sudah layak bagiku, aku mendapatkan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan di masa remajaku. Penggambaran kisah sekolah di tengah kota menimbulkan betrok yang luar biasa didalam pikiranku, namun semuanya salah, mereka semua kebutuhanku, teman-teman yang akan menghiasi masa mudaku. Bermain, tertawa dan bercanda ria sesuka hati, itulah hal yang kerap diinginkan oleh remaja seusiaku. Tak ada penindasan atau yang sering disebut dengan pembullyan. Hidup ini sesungguhnya indah bila kita mengathui cara membahagiakannya. Tak ada alasan untuk membuatku tak mencoba hal yang baru atau mungkin satu hal yang kini sedang membuatku merasa bila kehidupanku begitu indah.




Pria yang sedang berdiri beberapa langkah dariku, mengenakan seragam sekolah yang sedikit berantakan khas para lelaki yang ada di sekolah ini. Tas ransel menggantung disalah satu lengan kekarnya. Beberapa kali dia tertawa dan memasang senyum indah yang mampu mencetak lesung pipi itu. Tidak akan ada yang mengerti apa yang menjadi topik perbincangan bagi para segerombolan pria yang sedang berkumpul, namun aku tahu jika dia tersenyum adalah hal yang mampu membuatku bahagia. Aku tahu aku hanyalah salah satu dari ribuan gadis yang menyukainya. Tak ada alasan bagi setiap gadis untuk tak menyukai dirinya. Dia sempurna, bagikan malaikat yang diturunkan ke bumi.




Kesalahan terbodohku adalah jatuh cinta. Bukan itu permasalahannya, setiap orang bahkan berhak untuk jatuh cinta namun yang menjadi permasalanku adalah ketika aku menjatuhkan hatiku pada seseorang yang tak kuyakini memiliki perasaan yang sama denganku. Aku cukup tahu menahu bila dia hanya menganggapku sahabat. Kami saling mengenal sejak lima tahun lalu, sejak keluargaku pindah rumah dan menetap di Wisconsin. Dia menjadi tetangga baruku, kabar gembira bagiku karena saat itu aku mendapatkan seorang teman yang seumuran denganku ditambah lagi dia begitu tampan. Seiring kami bertumbuh semakin dewasa, aku mulai mengenal yang namanya cinta. Ya, cinta pertmaku yang kuyakini adalah dirinya. Dia sahabatku, Harry Styles.



Ini sulit bagiku, aku tidak tahu harus mengatakannya atau tidak.Beberapa alasan membuatku tidak yakin. Aku takut bila akan mendengar sebuah penolakan, nyaliku tak cukup besar seperti kebayanyakan gadis. Aku lemah dan begitu mudah menangis, Harry bahkan tahu betul sikap burukku itu. Aku takut bila dirinya hanya menganggap semua ini sebagai bahan candaan. Perasaanku hanya akan dianggap sampah olehnya. Harry menyayangiku, aku tahu itu namun aku ingin lebih. Aku ingin dia mencintaiku tetapi aku takut terjatuh dan luka itu akan sulit disembuhkan.



"Beberapa gadis memandanginya, akankah kau menariknya lagi seperti kemarin siang?" Suara itu mengejutkanku. Sang pemilik suara hanya terkekeh pelan saat aku memasang tampang bodoh ketika aku tekejut. Enabelle atau yang kerap disapa Belle, dia adalah temanku yang paling menyebalkan. Gadis yang satu jiwa denganku sehingga aku hanya bisa berteman dengannya diantara ratusan gadis yang ada disekolah. Pipiku merona saat dia sengaja menggodaku ketika aku terus memandangi Harry. Belle sangat tahu bila aku menganggumi Harry, aku sering menceritakannya.


"Tidak, kurasa tidak. Harry hanya sedang mengobrol dengan teman-temannya dan itu tidak menjadi masalah bagiku."


"Dan kau membiarkan Harry bermain mata dengan gadis lain?"

"Hm tidak ah iya, sudahlah aku tidak tahu harus berkata apa." Aku menunduk malu-malu. Pipiku sudah menjadi merah dan kuharap tak ada seorang pun yang melihatnya selain Belle. "Lagi pula Harry bukan siapa-siapaku, aku tak berhak belarangnya."


"Tetapi kau menyukainya kan?" Belle menaikan sebelah alisnya untuk menggodaku. Ini sangat memalukan, dia sering sekali membuatku gugup ketika kita sedang membahas tentang Harry. Tiba-tiba Belle menepuk pundaku, lagi aku dibuat tekejut, "Lihatlah, dia berjalan kearahmu, kurasa dia ingin menemuimu. Aku tak ingin menganggu, sampai bertemu di kelas kedua, Nyonya Styles."



Oh brengsek, bisakah dia menutup mulutnya itu? Aku mengangkat sedikit kepalaku dan benar, Harry sedang melambai padaku ketika dia berjalan mendekat. Aku merapikan sedikit rambutku yang tergerai agar aku terlihat menarik pagi ini.


"Hey Love, kau sudah datang. Tadi aku mencarimu ke rumah namun Mom Bath bilang kau sudah berangkat." Ucapnya sambil merengkuh sebelah pundakku. Aku gugup dan kurasa jantungku berdetak lebih cepat. Wangi tubuhnya begitu memabukan, aku menyukai aromanya yang memiliki ciri khas. Dalam harap aku senang ketika menemukan kata Love pada ucapannya namun aku sadar bila itu tak lebih dari sekedar namaku yang disingkat olehnya, Delova.



"Kupikir kau sudah meninggalkanku karena aku tidak melihat motor Harley-mu terparkir di halaman rumahmu."


"Oh soal itu. Ya, aku bosan menggunakan motor, jadi aku memindahkan Harley-ku ke dalam garasi lalu aku menggunakan mobil berniat agar kau tak kepanasan saat aku pulang bersamamu nanti." Ujarnya. Aku menunduk dengan senyum bodoh, Harry tampak ingin menggodaku. Aku mencubit perutnya pelan, itu tidak terasa sakit namun ia meringis seperti terkena tempakan pistol, "Kau mencoba bermain-main denganku?"



"Kau yang menggodaku, aku tidak suka digoda oleh pria termasuk dirimu." Mengucapkannya dengan tegas agar aku tak terlihat berbohong. Namun Harry tahu bila aku sedang bercanda, itu sudah menjadi makanan kami seharian. Tidak ada canda tawa, bukan persahabatan kami namanya. Harry berhasil membekapku dari belakang sehingga aku tak bisa kabur darinya. Ajang balas dendam akan segera terjadi namun aku tak tinggal diam, aku menginjak kakinya yang terbalut oleh sepatu cats. Lagi aku mendengar suara rintihannya yang berlebihan itu. Aku terkikik geli dan berlari mejauh menuju kelas.


"Tunggu pembalasanku, Delova."


***


Hi, first fanfic gue, ini Hendall story ya. Btw, gue Hendall shippers. Ada yang sama?
Gimana tanggapan kalian? Pada suka? Kalo pingin lanjut jangan lupa VOTE dan COMMENT "next" ya untuk motivasi gue buat lanjut. Thanks x

PLAYMATE [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang