Hari senin terkadang menjadi hari yang paling tak disukai. Mungkin bukan hanya bagiku tetapi bagi banyak orang pula. Dimana hari itu semua kesibukan akan menimpa sampai akhir pekan menyapa. Aku tergolong gadis yang sedikit moody, terkadang aku menyukai apa yang kulakukan tetapi terkadang juga aku bosan dan malas mengerjakan sesuatu.
Tetapi sepertinya hari ini predikat itu hilang dari diriku, kuakui aku bersemangat untuk memulai hari karena dia. Entah, aku tak tahu bagimana itu menjadi sebuah alasan yang kuat tetapi aku senang ketika Harry datang menyapaku dari balik pagar rumah lalu memintaku naik keatas motornya untuk berangkat sekolah bersama. Itu sangat manis, bukan?
"Apa kita memiliki jadwal yang sama hari ini?" tanya Harry ketika kami berjalan menyusuri koridor. Aku diam menatap setiap mata gadis yang menatap Harry penuh kekagumam. Terkadang aku benci melihat pemandangan seperti itu, mereka seperti tak pernah melihat lelaki tampan saja.
Sedikit cerita, Harry memang tergolong siswa populer, bahkan mungkin dia bisa dikatakan lelaki paling populer di sekolah ini. Semua gadis menggilainya, bukan hanya ketampanan namun juga hatinya. Harry tak pernah bersikap sombong, dia selalu berusaha tersenyum kepada setiap gadis yang menyapanya.
Bagi banyak lelaki mungkin Harry merupakan saingan terberat namun itu tidak berlaku di sekolah. Harry mempunyai banyak teman pria, dia bergaul dengan tidak membeda-bedakan latar belakang. Maka dari itu dia di senangi oleh banyak orang. "Sepertinya ya. Kau duduk didekatku ya?"
"Tidak mau." Harry melipat kedua tangannya didepan dada sambil terus berjalan.
Aku mengerutkan bibirku saat mendengar penolakannya. Harry berjalan terus tanpa mnghiraukanku, hingga ia berhenti ketika dua gadis menghampirnya. Aku melihat salah satu dari mereka memberikan sebuah kotak makan berwarna merah muda. Ah, itu terlalu manis untuk seorang Harry. Dan tingkat kekesalanku bertambah saat Harry menerimanya. Kedua gadis itu terlihat sangat gembira.
Dengan kesal aku menghentak-hentakan kakiku, melangkah melewatinya yang tengah asik berbincang dengan kedua gadis menyebalkan itu. Aku tak ingin menghiraukan mereka, bahkan untuk mendengar pembicaraan mereka bertinga. Kedua gadis itu berusaha memuji penampilan Harry pagi ini.
Cuih, aku bahkan tak pernah memuji Harry berlebihan seperti itu. Aku terus melangkah maju berjalan menuju kelas dengan perasaan kesal. Tiba-tiba seseorang berdiri disampingku sambil merengkuh pundakku dengan lengannya. Dia kembali dengan cengiran lebar dibibirnya. Bodoh, dimana rasa bersalahnya telah membuatku kesal?
"Oh ayolah Love, kau meninggalkanku? Aku hanya bercanda."
"Ya ya, jika masih ingin dirayu silahkan jauh-jauh dariku." Aku melepaskan tangannya dengan kasar dariku. Dia terus mencoba menyetarakan langkahnya denganku. Aku berhenti sambil menghentakan satu kakiku dengan kesal.
"Harry!"
"What, babe?"
Aku berusaha untuk tak mengeluarkan senyum ketika dia memanggilku dengan sebutan sayang. Harry tahu titik kelemahanku dan kali ini dia tak boleh menang, sesekali dia harus merasakan kalah. "Kau tidak boleh memanggilku seperti itu. Kau bukan pacarku, mengerti?"
"Jadi aku harus menjadi pacarmu dulu, begitu? Ya sudah, kau mau tidak denganku?" tanya Harry sambil mengedipkan bulu mata lentiknya. Aku bisa menjamin jika wajahku sudah memerah saat dia. Sial, dia tidak boleh menang, aku harus bisa menahan tawaku dengan rasa marah.
"Kau pikir aku sama dengan gadis lain yang tergila-gila denganmu?" Aku memandangnya dengan aneh, "Oh itu sangat menggelikan, Harry. Tidak, aku tidak mau denganmu. Selamat tinggal." Aku melanjutkan langkahku menuju kelas. Oh, ini kemenangan pertama bagiku. Harry bahkan terpaku ditempat akibat ucapanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/48275701-288-k723480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYMATE [H.S]
Fanfic"Aku tahu dia, aku mengenal dia, dan aku telah memasuki kehidupannya lebih dari orang-orang yang menyukainya." Delova selalu mengatakan hal tersebut saat dirinya tahu bila cintanya tak kan terbalaskan. Sahabat sepermainannya telah membuatnya jatuh...