Chapter 3

212 24 7
                                    

Hari ini aku berangkat menuju sekolah lebih pagi. Menyebalkan, mom membangunkanku sesuai dengan jadwalnya pergi ke kantor. Apa boleh buat, aku harus menunggu bus di halte bersama para siswa kutu buku dan sok rajin itu.

"Wow, aku tak salah liat? Kau datang pagi-pagi sekali."

"Kau menghinaku, styles?" Aku memberikan tatapan membunuh namun dengan enteng dia menduduki bangku disebelahku.

"Kau saja yang pede, Love" Harry menyentil telinganku. "Well, tadi aku menjemputmu tapi rumahmu sudah sepi. Aku pikir kau masih tidur"

"Nanti aku menginap dirumahmu ya? Please." Aku mengerutkan bibirku. "Aku sendirian di rumah. Kalau aku menginap kan aku bisa menggosip dengan Gemma."

"Lalu aku kau kemana kan?"

Aku memberi tatapan mengejek. Lalu aku meletakan kakiku diatas kedua pahanya. Satu tanganku menggantung di pundak kirinya. Duduk santai sambil bersandar di dinding. Harry tak merasa keberatan, kami bahkan sudah tahu aib masing-masing

"Kau tau Gwen?"

"Anak kelas sebelah yang sok cantik itu, ya tentu aku tau. Ada apa dengannya?"

"Dia mengajakku kencan nanti malam."

"Apa? Tidak, kau tidak boleh!"

"Kenapa?"

Karena aku cemburu, bodoh. "Pokoknya tidak suka saja. Dia itu suka mempermainkan hati pria. Kau tidak boleh kencan dengannya, titik."

"Gwen itu seksi, Love. Tubuhnya berisi, apa lagi bokongnya dan aku ingin tahu ukuran payu...-"

"Hentikan atau kau pindah dari tempat duduk ini?!"

Harry mengerutkan dahinya, heran. Kemudian tangannya bergerak keatas pahaku dan meremasnya. Pipiku merona saat dia menciumku tepat dibibir. Aku dibuat terbuai olehnya, baru saja aku ingin marah tapi kuurungkan niatku.

"Ya, sayang. Aku tak akan kencan dengan gadis lain jika kau tidak setuju."

Oh, aku tak akan membiarkan gadis lain mendekatimu karena kau hanya akan menjadi milikku seorang.

***

Melelahkan sekali karena jam pelajaran berakhir pada sore hari. Pelajaran tambahan selalu membuat otak ini serasa pecah. Meneguk air, aku berusaha membasahi kerongkonganku yang terasa sangat kering sedari tadi.

"Mom dan Gemma pasti sedang keluar." Ujar Harry seraya berjalan mengambil minuman didalam lemari pendingin.

"Kemana mereka?"

"Urusan perempuan, mungkin? Dan mereka akan mengatakan jika aku tak boleh tau."

"Poor you, styles." Aku meninggalkan dapur dan menyalakan televisi untuk sekedar mencari hiburan. Membosankan, tidak ada acara televisi yang menarik. "Harry, ayo kemari."

Harry datang menuju ruang keluarga dengan membawa makanan ringan ditangannya. Dia duduk disampingku sambil menguyah cips dimulutnya. Merasa frustasi aku pun melempar remote televisi secara sembarangan.

"Bosan, Harry." Aku mengeluh sambil mengambil cipsnya. Kurebahkan kepalaku diatas pahanya dan harry mulai memainkan anak rambutku.

"Ingin main lagi?"

"Truth or truth? Ah, membosankan."

"Dare or dare?" Tawar Harry dan aku berubah menjadi menarik. "Jadi kau setuju?"

"O-oke, hanya sekedar mengilangkan rasa bosan."

Harry memutar bola matanya dengan ekspresi kemenangan. Aku bangkit dari posisiku dan mengambil tempat duduk didepannya. "Sekarang giliranku terlebih dahulu, bagaimana?"

"Silahkan."

"Siapa ciuman pertamamu?"

"Ini dare bukan truth."

"Jawab saja, Love."

"Hm..-kau."

"I dare you to kiss me."

"Apa?" Aku terkejut namun harry segera membungkan bibirku dengan bibirnya. Kenyal dan basah, bibirnya sangat menggairahkan seperti biasanya. Namun kali ini dia lebih liar dari biasanya. Sangat membuatku terbuai.

Tangannya menelurusi kemejaku dari belakang dan dia berusaha untuk mencari sesuatu. Namun aku tak bisa menahan ciumannya yang semakin dalam, dia membuatku kehabisan udara segar. Aku melambai meminta ampun namun dia tak peduli. Hingga sesuai diantara kami menjadi pengganggu. Cips itu tumpah tepat diseragam Harry dan membuatnya kotor.

"Astaga.."

"Kau tak meletakannya dengan benar."

"Aku ganti baju dulu. Setelah itu aku akan mendapatkan dare darimu."

Aku hanya mengangguk paham. Harry berlari meninggalkanku menuju lantai atas. Aku diam dan merasa bosan kembali. Namun getaran dari posel Harry yang berada diatas meja membuat perhatianku teralihkan. Aku mengambilnya dan kubuka pesan yang baru saja masuk.

From: Gwen Hellen
"Bagaiman dengan nanti malam?"

To: Gwen Hellen
"Nanti malam aku tidak bisa, rumahku kosong dan aku tak bisa pergi kemana-mana"

From: Gwen Hellen
"Aku berharap sekali bisa kencan denganmu:("

Menyebalkan sekali kau Gwen, jalang penggoda.

To: Gwen Hellen
"Lain kali saja ya, aku janji."

From: Gwen Hellen
"Oh my god, aku akan sabar menunggumu, Harry."

Dengan kesal aku melempar ponsel Harry kesofa. Berjalan naik aku berpapasan dengan Harry yang ingin turun. Dia melihat ekspresiku yang berubah. Namun sebelum ia berbicara aku memotong terlebih dahulu.

"Jika kau tak ingin mengencani gadis lain, maka jangan memberi harapan kepada setiap gadis."

"Love, kau mau kemana?"

Aku tak peduli dengannya. Aku terus berjalan menuju kamar Gemma. Aku akan tetap marah sampai dia membatalkan kencannya itu.

***

Comment ya guys, maap late update lagi. VOMMENTS for next. All the love


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PLAYMATE [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang