Dua..

1K 62 2
                                    

Prilly pov

Hai Ali..

Hari ini aku senang. Karena untuk pertama kalinya setelah hampir 5 bulan terakhir kamu nyebut nama aku lagi. Aku juga seneng karena akhirnya kamu mau bicara langsung sama aku.

Aku kangen banget sama kamu sayang.

Pagi tadi kamu ngusir aku, bahkan kamu bentak aku tadi, tapi aku gak akan nyerah disini. Aku akan perjuangin kamu buat kembali sama aku. Mungkin aku egois, tapi aku sungguh gak bisa tanpa kamu. Aku butuh kamu.

Sayang.. aku tau kamu benci aku sekarang, aku benar-benar minta maaf buat semua kesalahanku. Aku mohon ijinin aku buat menjelaskan dan memperbaiki semuanya.

Aku gak tahu sampe kapan kita akan kaya gini. Aku kangen kamu.

Air mataku menetes saat aku menuliskan surat untuk Ali. Surat yang tidak pernah aku kirim padanya.

Dengan cara inilah aku merasa seolah aku berbicara dengan Ali. Menulis surat seperti ini sudah menjadi rutinitasku sebelum tidur, selain aku merasa sedang bicara padanya, aku juga merasakan kelegaan saat aku menulis ini semua, walaupun akhirnya aku selalu menangis dan melipat kertas yang seharusnya untuk Ali, lalu kemudian aku menyimpannya dalam laci.

Aku beranjak duduk di balkon kamarku. Menikmati suasana hujan yang turun dari langit. Hujan yang selalu menemaniku.

Setelah Ali meninggalkanku. Aku seolah menutup duniaku rapat-rapat. Aku berhenti bicara pada orang-orang sekitarku. Aku memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen hanya untuk menghindari keluargaku sementara. Aku benar-benar sedang tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun.

Aku hanya butuh Ali disampingku. Aku telah melakukan banyak hal agar Ali mau memaafkanku dan memberiku kesempatan untuk bicara.

Salah satunya adalah mengantarkan sarapan kesukaannya setiap hari ke kantornya.

Ali tidak mau bicara padaku sejak kejadian itu. Dia seolah menganggapku orang asing saat aku menemuinya.

Aku lelah. Rasanya aku ingin berhenti sampai disini. Tapi 5 tahun bersamanya bukanlah waktu yang sebentar untuk bisa kulupakan begitu saja.

.

.

Pagi ini aku kembali mambawa makanan ke kantor Ali.

"Maaf bu, pak Ali sedang tidak bisa di temui." Ucap keyla saat aku menghampirinya menanyakan Ali.

"Gitu ya ? Lagi ada tamu ?" Tanyaku.

Keyla menggelengkan kepalanya.

"Mm.. sebenarnya pak Ali minta ibu untuk jangan datang lagi menemuinya. Maaf bu Prilly saya gak bermaksud, tapi bapak-" Ucap keyla salah tingkah.

Aku mengangguk mengerti dan tersenyum pada keyla.

"Gpp key. Saya ngerti. Titip ini buat Ali ya." Aku menyerahkan rantang makanan pada keyla.

"Iya bu. Maaf ya bu."

Aku menggeleng. "Jangan khawatir bukan salah kamu koq." Lalu aku melangkah keluar dari kantor Ali.

Aku berjalan menyusuri trotoar tidak punya tujuan. Aku seperti orang gila yang melangkah dengan pandangan kosong.

Hingga pada akhirnya aku menghentikan langkahku pada sebuah bangku. Dan duduk disana Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku dan mulai menangis.

AUTHOR POV

Ali menatap kesal dengan apa yang di lihatnya. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat. Rasa benci segaligus penasaran yang sangat besar mengiringi langkahnya mengikuti Prilly yang sedang menangis sesegukan di sebuah bangku dengan wajah yang di tutupi kedua tangannya.

Disaat Hujan RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang