Last section on part 3
["Lalu mengapa kau tidak judes padaku? Aku ingat saat pertama kali makan bersama. Kau sama sekali tidak berbicara. Awalnya kupikir kau memang orangnya sangat tidak ingin diganggu"
Ucap Jimin terkekeh mengingat masa lalu saat pertama kali bertemu dengan Suga]Part 4
"Entahlah aku juga tidak tau. Kepribadianku berubah ketika bersamamu" ucap Suga jujur.
"Wow jinjja? Tetaplah tersenyum hyung. Kau itu manis" ucap Jimin polos sedangkan orang yang dikatakan manis terkejut lalu menampilkan semburat merah dipipinya.
"E..eh-"
"Waaa hyung kau tambah manis jika malu seperti ini" Jimin tertawa kecil.
"Y..yak jangan seperti itu" ucap Suga dan menutup kedua pipinya.
"Arraseo kkk~ lagi pula aku serius, kau itu manis" ucap Jimin terlalu jujur.
"Aiss hentikan" ucap Suga yang masih sibuk menyembunyikan rona merah pipinya yang menurut Jimin sangatlah manis jika diperlihatkan.
"Baiklah aku berhenti, mm kalau begitu aku nanya apa ya" pikir Jimin.
"Aku boleh bertanya?" Ucap Suga.
"Tentu saja"
"Kapan orang tuamu balik kesini lagi Jimin?" Tanya Suga perlahan.
"Orang tuaku? Mm entahlah mungkin saat aku wisuda 2 tahun lagi. Itupun mungkin hehe mereka sangat sibuk" ucap Jimin. Suga tertegun dengan jawaban Jimin. Jimin terlihat seperti santai, tetapi Suga yakin Jimin sangat sedih.
"Aku sudah terbiasa tanpa adanya orang tuaku, aku sudah terbiasa pergi kesana-sini sendiri, diapartement sendiri, bersih-bersih sendiri. Ya walaupun terkadang aku merasa kesepian" ucap Jimin menunduk pelan. Detik kemudian kepalanya terangkat dan tersenyum.
"Tapi kau datang hyung, kau setiap sore akan datang kerumahku. Aku jadi tidak akan merasa kesepian lagi" ucap Jimin.
Suga menahan air matanya.
Menurut Suga, Jimin mencoba kuat. Ya Suga tau bahwa Jimin sedih, sudah terlihat jelas dari matanya bahwa ia sangat merindukan orang tuanya. Bagaimana pula orang tua itu tidak dapat digantikan dengan siapapun.
"Untunglah aku dapat membantumu" ucap Suga tersenyum tipis.
"Lalu bagaimana dengan orang tuamu hyung? Kau tidak pernah menceritakannya. Kau hanya menceritakan hyungmu" ucap Jimin.
Mata Suga tambah berair.
"Omo hyung matamu berair! Waeyo? Apa aku salah ngomong?" Ucap Jimin terkejut dengan air mata yang berkumpul dikantung mata Suga.
"A..ah? Anii haha gwaenchana" ucap Suga tersenyum manis.
"Lalu kau kenapa hyung?"
"Aku sudah berpisah dengan orang tuaku semenjak umur 7 tahun. Aku tidak pernah melihatnya. Aku juga sangat merindukannya sama sepertimu Jimin" ucap Suga berusaha menahan air matanya yang sebentar lagi akan jatuh dengan deras.
"Lalu mengapa kau tidak mencarinya hyung?" Tanya Jimin.
"M..mereka sudah tidak ada" ucap Suga bersamaan jatuhnya kristal bening dari mata Suga. Jimin terkejut dan langsung memeluk hyungnya itu.
"Mian hyung aku tidak tau tentang itu dan malah menanyakannya" ucap Jimin.
Suga terkejut dengan gerakan Jimin memeluknya secara tiba-tiba.
'Hangat' hanya itu yang bisa Suga rasakan saat ini.
"Gwaenchana hiks bukan salahmu" ucap Suga dan menyembunyikan wajahnya diceruk lehernya Jimin.
Jimin mengelus halus surai pirang rambutnya Suga.
"Kau tidak sendirian kok hyung, kan masih ada hyungmu" ucap Jimin menyemangati Suga.
"Hyungku hampir sama dengan orang tuamu Jimin hiks, dia sangat sibuk. Terkadang tidak pulang selama beberapa hari k..karena kerjaan yang menumpuk mengharuskannya menginap dikantor. Hiks jadi setiap pulang sekolah aku rasanya ingin sekali berdiam lebih lama digedung itu. Setidaknya aku merasa lebih hidup dibanding sendirian dirumah" ucap Suga dengan isakan kecilnya.
"Sst hyung gwaenchana, kau harus kuat. Disini masih ada aku" ucap Jimin tambah mengeratkan pelukan mereka.
"G..gomawo Jimin hiks"
Jimin melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya Suga. Sungguh kehidupan yang dialami Jimin dan Suga hampir sama. Hanya saja jauh lebih menderita Suga. Jimin tidak tega dengan manusia imut didepannya ini.
"Uljima Suga hyung, jika kau mau saat pulang sekolah kau boleh datang ke sini. Lagi pula aku juga kesepian" ucap Jimin.
Mata Suga berbinar.
"Jinjja?" Ucapnya dengan senyuman yang lebar dan manis.
Jimin hanya mengangguk dan tersenyum. Jimin hanya berpikir layaknya Suga adalah anak kecil yang harus ia jaga dengan baik-baik.
"Sekarang berhentilah menangis ne" ucap Jimin tersenyum menatap Suga.
Suga mengangguk dan tersenyum.
'eoseo wa bangtaneun cheoeumiji?'
Suga terkejut dan segera mengambil hpnya yang berdering. Terpampang sebuah nama dilayarnya 'Jin'.
Suga segera mengangkatnya.
"Yeobboseyo?"
["Ne yoongi, kau dimana?"]
"Aku sedang dirumahnya Jimin"
["Mm Sepertinya 1 minggu kedepan aku tidak bisa pulang ke rumah"]
Suga terkejut. Jimin juga ikut mendengar percakapan mereka.
"N..ne? Maksudmu hyung?"
["Hyung tidak bisa pulang selama 1 minggu karena pekerjaan menumpuk, gwaenchana?"]
"A..ah gwaenchana" Suga terlihat lesu.
["Apa kau benar baik-baik saja? Suaramu lesu yoongi-ah"]
"Hahaha gwaenchana hyung, lanjutkan saja pekerjaanmu. Makanlah yang teratur jangan sampai sakit. Jangan begadang arraseo?" Suaranya Suga tiba-tiba ceria. Jimin terlihat bingung.
["Aigoo kau memang selalu mengertiku, mm apa Jimin disampingmu?"]
"J..jimin? Iya hyung, waeyo?"
Jimin yang disebut namanya hanya menatap blank kearah hp tersebut.
["Bolehkah hyung berbicara sebentar saja dengannya?"]
Suga memberikan ponselnya pada Jimin. Jimin hanya melongo bingung.
"N..ne hyung?"
["Jimin, bisakah kau menjaga yoongi? Aku tidak bisa pulang beberapa hari kedepan. Kuharap kau bisa menjaganya"]
"Tentu saja hyung, sekalian saja Suga hyung menginap disini" ucap Jimin polos.
Sugapun terkejut.
["Eh gwaenchana? Jika menginap lebih baik, aku jadi lebih tenang. Aku percayakannya padamu Jimin, asalkan tidak merepotkanmu"]
"Tentu saja tidak hyung, aku malah senang ada yang menemaniku"
Suga hanya menganga lebar.
["Baiklah kalau begitu, jangan mengecewakanku. Salam buat adikku"]
"Ne hyung hati-hati"
BEEP.
"J..jimin-"
"Yeayyy hyung kau menginap disini!" Ucap Jimin berteriak senang.
"M..mwo? Shirro!"
"Eh? Waeyoo?" Tanya Jimin.
"Aku tidak mau merepotkanmu, aku pulang saja" ucap Suga.
"Aigoo hyung gwaenchana~ bukankah sudah kubilang bahwa aku juga kesepian? Jika ada kau kan jadi asik!"
"L..lalu bagaimana buku dan seragamku untuk besok?" Tanya Suga.
"Ayo kita ambil dirumahmu" ucap Jimin.
"N..ne? Kau serius?" Tanya Suga.
"Tentu saja, aku senang kau menginap" ucap Jimin semangat.
"T..tapi aku belum terlalu dekat denganmu, h..haruskah aku menginap?" Suga terlihat menunduk.
Jimin tersenyum pelan.
"Hyung kau meragukanku? Aku bukan lelaki yang jahat" Jimin terkekeh pelan.
"N..ne?! Bukan itu maksudku. Kalau jahat, kau tidak jahat Jimin. Kau sangat baik, aku tau itu. T..tapi kita baru kenal dan aku sudah sangat banyak merepotkanmu" ucap Suga.
"Kau tidak pernah merepotkanku hyung, percayalah. Aku juga ingin ada yang menemaniku" ucap Jimin menatap Suga.
"T..tapi-"
"Kau terlalu cerewet hyung kkk, kajja kita ambil seragam serta keperluan lainmu" ucap Jimin dan berdiri lalu jalan meninggalkan Suga yang masih bengong.
"Y..yak Jimin tunggu aku!" Teriak Suga karena Jimin sudah keluar kamar.
Sugapun berlari mengejar Jimin.
"Jimin tunggu aku"
"Kau lama hyung" Jimin tertawa kecil.
"Aiss apa kau serius?"
"Serius apa hyung?"
"Apa aku benar-benar menginap?" Tanya Suga yang masih tidak enak dengan Jimin. Pasalnya dia selalu merasa membebani Jimin dari awal.
"Aku serius, kajja ke rumahmu" ucap Jimim dan Suga hanya mengangguk.
Merekapun pergi ke rumahnya Suga.
Sesampai dirumah Suga, Suga langsung mempersilahkan Jimin untuk masuk.
Ini pertama kalinya Jimin masuk kerumahnya Suga. Rumah ini sederhana tetapi sangat bersih. Jimin sangat menyukai desain yang simpel seperti ini.
"D..duduk dulu Jimin, maaf rumahku kecil hehe" ucap Suga tersenyum.
"Rumahmu bersih,rapi, desainnya sangat sederhana. Dari pada apartementku, luas tetapi berantakan. Aku menyukai rumahmu hyung" ucap Jimin. Suga hanya tertawa kecil mendengarnya.
"Kapan-kapan mari rapikan apartementmu bersama" ucap Suga dengan senyuman manisnya.
"Jinjja? Ayo hyung!" Ucap Jimin dengan penuh semangat. Sugapun mengangguk.
"Tunggu sebentar ne, aku buatkan teh lalu bereskan barang-barangku" ucap Suga dan menghilang entah kemana.
Jimin hanya mengutak-atik hpnya.
Tak lama kemudian layar hp Jimin berubah dengan beberapa nomer.
Tandanya ada yang menelfon dan nomornya tidak ada di kontak Jimin.
Jiminpun memgangkatnya.
"Yeobbo-"
["Jimin! Ini Jimin?"]
Jimin terkejut dan menjauhkan sedikit hp tersebut dari telinganya karena suara di telefon itu keras.
"Ne, nuguseyo?"
["Waa ini Jimin! Iya Jimin!"]
Jimin bingung. Sepertinya yang menelfonnya bukan hanya 1 orang melainkan beberapa orang karena suara ribut bermunculan dari sana-sini.
["Jimin perkenalkan, aku Taeyeon dari kelas 1-D! Aku Tiffany! Aku Seohyun!"]
Jimin tambah bingung karena mereka berbicara secara bersamaan.
"Mm bisakah kalian berbicara satu-satu? Aku tidak dapat mendengarnya"
["Aku ngomong duluan! Andwae aku duluan! Aku!"]
Jiminpun menjauhkan hp tersebut hingga suara yang tadi ramai sekarang menjadi sunyi. Ya sepertinya sudah diam.
["Jimin?"]
"Ne?"
["Apa kau mengenal salah satu dari kami? Taeyeon Tiffany Seohyun"]
"M..mianhae aku tidak tau hehe" ucap Jimin yang memang tidak tau.
"Jimin kau sedang berbicara dengan siapa?" Tanya Suga yang tiba-tiba datang dengan dua teh ditangannya.
["Omo! Jimin kau bersama siapa?"]
"Aku sedang menelfon hyung katanya dari kelas 1-D" Suga hanya meng'oh'kan saja dan duduk disamping Jimin.
"Mianhae tadi itu hyungku" ucap Jimin.
["Kau punya hyung?"]
"Iya aku punya hyung, dia sangat manis" ucap Jimin dan terkekeh. Sugapun terkejut mendengarnya.
["Jinjja?!"]
Jimin berpikir bahwa cewek ini pada gila, mengapa harus berteriak sih.
"Ne lihatlah dia sedang menyembunyikan rona merahnya sekarang" ucap Jimin tertawa kecil melihat Suga menutup mukanya dengan kedua tangannya.
["Apa kalian berpacaran?"]
"Tidak hahahaha" ucap Jimin terpaksa. Huh ingin sekali ia berkata bahwa ia berpacaran. Tapi apa daya? Nanti Suga hyung malah gak mau menginap.
["Syukurlah! Berarti kami bisa mendekatimu dong Jimin?"]
Suga yang mendengarnya terlihat kesal karena ucapan centil cewek-cewek itu *dihajarTTSlovers* dan berharap Jimin menolaknya karena Suga sepertinya sudah mulai jatuh pada pesona Jimin.
"Jika kau bisa silahkan saja"
Suga hanya menganga mendengarnya.
["WAAAAAAA"]
Tsk Jimin dengan cepat menjauhkan hpnya dari telinganya.
["Aku akan memilikimu Jimin"]
Jimin hanya terkekeh mendengarnya sedangkan Suga hanya bermuka geram seakan-akan ingin membanting hp ditangan Jimin sekarang juga.
"Kalian mendapatkan nomorku dari mana?" Jimin penasaran dengan hal yang satu ini. Darimana mereka dapat?
["Kami fansmu, apapun tentangmu kami dapatkan"] Jimin hanya meng'oh'kan saja omongan mereka.
"Kumohon jangan sebar nomor ini"
["Tentu saja!"]
"Ya sudah, aku ingin melanjutkan aktivitasku dulu" ucap Jimin yang sebenarnya bosan melayani mereka.
["Ne! JIMIN SARANG-"]
BEEP!
Sebelum mereka menyelesaikannya, Jimin lebih dulu mematikannya.
"Mereka sangat berisik" ucap Jimin.
"Apa kau mau dengan salah satu dari mereka?" Tanya Suga perlahan.
"Tidak haha aku tidak suka dengan perempuan cerewet seperti itu. Lagi pula aku sudah menyukai orang lain"
Suga terkejut dan sedih tentunya.
"Ahh begitu ya" ucap Suga sedikit lesu.
"Bagaimana denganmu hyung? Apa kau menyukai seseorang?" Tanya Jimin.
"Baru-baru ini iya, tapi entahlah. Aku akan memikirkan perasaanku lagi" ucap Suga tersenyum memaksa.
"Jinjja? Waeyo hyung?" Ucap Jimin sedikit kecewa karena Suga ternyata sudah menyukai orang lain.
Yap mereka saling jatuh cinta dan saling kecewa karena mereka sama-sama jatuh cinta satu sama lain tanpa tau semuanya. Aigoo rumit:v
"Hahaha ani aku bercanda, aku tidak menyukai siapa-siapa" ucap Suga berbohong. Ya berbohong.
"Minum dulu tehnya, lalu ayo pulang ini sudah malam Jimin" ucap Suga.
Jimin hanya mengangguk dan menuruti kata-kata hyung manisnya ini.
Setelah selesai, merekapun keluar. Jimin membantu membawakan tasnya Suga.
"Hyung coba ingat lagi apa yang ingin dibawa, nanti ada yang ketinggalan"
Ucap Jimin sebelum keluar dari rumah Suga. Suga terdiam sebentar.
"Tidak ada, kajja keluar" ucap Suga dan mengunci pintu luarnya.
Setelah semua selesai, Jimin dan Sugapun kembali ke apartement. Saat diapartement Jimin menyuruh Suga untuk merapihkan bajunya dilemarinya Jimin. Dengan cepat Suga menolaknya.
"Waeyo hyung? Taruh saja dilemariku"
"Shirro! Biarkan saja ditas ini Jimin. Bajuku hanya akan membuatnya terlihat berantakan" ucap Suga.
"Aigoo hyung ini" Jimin menarik tasnya Suga dan segera ke kamar untuk merapikannya. Sugapun terkejut.
"Jimin kau senang sekali memaksa, arraseo aku akan merapikannya" ucap Suga dan merebut tasnya dari tangan Jimin. Tidak lupa dengan mulut yang mengerucut imut.
"Hyung kau imut sekali!" Ucap Jimin dan mencubit pipinya Suga pelan.
Sugapun malu dan tentu saja gugup.
"A..aiiss keluarlah, aku ingin mengganti bajuku sekalian merapikan ini" ucap Suga karena benar-benar malu.
"Kkk pakailah lemari yang kiri" ucap Jimin yang sibuk mengatur tawanya dan segera keluar meninggalkan Suga.
Sugapun merapikan baju-bajunya dilemari Jimin yang besar dan segera mengganti baju menjadi piyama.
Setelah itu Suga keluar menemui Jimin.
"Omo hyung kau imut sekali dengan piyama tersebut!" Ucap Jimin.
Entah dari kapan Jimin sudah berani terus memuji Suga.
"N..ne? Hehe gomawo" ucap Suga.
"Tubuhmu terlihat kurus sekali hyung"
"Setidaknya aku lebih tinggi darimu Jimin" Suga dan Jimin tertawa.
"Mm Jimin, apa kau punya susu coklat?"
"Susu coklat? Apa kau meminumnya setiap malam hyung?" Tanya Jimin.
Suga hanya mengangguk.
"Mianhae aku tidak punya, aku jarang minum susu soalnya hehe tunggu ya ada toko kecil didepan sebentar aku beli" ucap Jimin dengan antusias.
"Ah andwae! Jangan beli, tidak apa jika tidak ada susu. Itu bukan masalah bagiku hehe" ucap Suga tersenyum.
"Aigoo hyung kau takut sekali merepotkanku eoh" ucap Jimin.
"Hehe ya sudah apa kau ada pr untuk besok? Aku ingin menyelesaikan prku" ucap Suga. Jimin hanya menggeleng dan Sugapun pergi ke kamar. Suga mengambil beberapa buku dan mengerjakan prnya. Tidak hanya pr, ia juga mengerjakan hal yang lain. Ya hanya untuk latihan.
Suga memang anak yang sangat rajin dan juga sangat pintar. Tak jarang ia mendapatkan juara 1 walaupun di kelas unggulan tingkat A. Setelah semuanya selesai, Suga menutup bukunya dan merapikannya kembali. Ia menyiapkan keperluan untuk besok sekolah.
Tiba-tiba seseorang memunculkan kepalanya di pintu layaknya hantu.
"Kau mengejutkanku Jimin" ucap Suga yang memang terkejut.
"Hyung kajja keluar minumlah susu coklatmu, aku sudah membuatkannya"
"Mwo?!" Suga menganga mendengarnya.
"Aigoo palli nanti dingin" ucap Jimin dan menggandeng tangan Suga keluar.
Tentu saja Suga malu dan mencoba menetralkan detak jantungnya.
"Minumlah" ucap Jimin tersenyum.
Kini Suga dan Jimin sedang duduk di sofa.
"Jimin dari kapan kau membelinya? Bukankah sudah kubilang tidak usah?"
"Gwaenchana hyung, aku juga membeli minuman untukku. Jangan merasa terbebani" ucap Jimin.
Suga mengangkat wajahnya dan tersenyum manis.
Sugapun meminumnya hingga habis.
"Terima kasih banyak Jimin" ucap Suga.
"Ne hyung jika kau butuh apa-apa, bilang saja padaku" ucap Jimin dengan cengiran khasnya yang lebar.
Suga hanya mengangguk.
"Ya sudah kajja tidur" ucap Jimin.
Sugapun mengangguk.
"Kau tidur di kamar dan aku disinu" ucap Jimin memukul pelan sofa tersebut.
"Andwae kau bisa sakit jika seminggu tidur disini" ucap Suga.
"Aku kuat" ucap Jimin tertawa entah menyindir atau apa.
"Huh kau menyebalkan, tidur saja dikasur. Aku yang tidur disini" ucap Suga.
"Itu tidak boleh, jika kau sakit aku akan kena marah dengan hyungmu. Kau adalah tanggung jawabku" ucap Jimin.
Pipi suga lagi-lagi merona.
"B..bagaimana jika kita tidur dikasur?" Tanya Suga pelan tetapi tetap di dengar oleh Jimin. Jimin tertawa pelan.
"Terserah padamu. Aku sih tidak apa. Tapi apa kau mau?" Tanya Jimin.
"Aku tidak mau kau sakit, kajja tidur bersama" ucap Suga.
"Ya sudah ayo kekamar" ucap Jimin.
Mereka berduapun ke kamar.
Ugh untuk pertama kalinya Suga dan Jimin tidur bersama bukanlah hal yang gampang. Jika seperti ini mereka sibuk menetralkan detak jantung masing-masing. Mereka sama-sama berbalik arah. Tentu saja karena mereka malu.
Ya karena kasur king size Jimin, jadi mereka tidak terlalu dekat.
Itu membuat Suga merasa lebih tenang, tetapi tidak dengan Jimin. Jimin tetap saja merasakan hal yang berbeda.
Setelah lama menenangkan diri masing-masing, merekapun tertidur.
-
Jimin terbangun perlahan setelah mendengar seseorang memanggilnya.
"Jimin" tentu saja yang memanggilnya adalah Suga hyung, siapa lagi.
"Mm?" Jimin merubah posisinya menjadi duduk. Sepertinya sudah pagi.
"Ayo bangun, ini sudah pagi" ucap Suga.
Ya Suga sudah membangunkannya berkali-kali dan untungnya kali ini benar-benar berhasil.
Jimin bangun dengan perlahan karena kesadarannya masih belum stabil.
"Aku sudah menyiapkan sarapan, aku akan menunggumu mandi dulu" ucap Suga. Jimin hanya mengangguk. Sedetik kemudian dia terkejut.
"Apa hyung? Sarapan?!" Tanya Jimin.
Suga hanya mengangguk tersenyum.
"Waa asik!" Jimin langsung dengan cepat masuk ke kamar mandi. Suga terkekeh pelan. 'Sebegitu sukanya kah kau dengan sarapan?' Pikir Suga dan keluar dari kamar menuju ruang tengah untuk sekedar menonton tv sambil menunggu Jimin. Tak lama kemudian Jiminpun datang dengan pakaian yang rapi.
"Kajja hyung makan, aku sudah lapar" ucap Jimin dan memegangi perutnya. Suga hanya tertawa kecil.
Mereka berduapun makan dan setelah itu langsung berangkat sekolah.
Saat di parkiran, ya semua fansnya Jimin tentu saja saling berbisik-bisik.
"Hyung mau kuantar?" Tanya Jimin.
"Yak lihatlah fansmu itu, kau mau mereka mengira kita yang aneh-aneh? Balik ke kelas sana" ucap Suga.
"Haha baiklah" ucap Jimin dan balik ke kelas. Begitu juga dengan Suga.
Saat di kelas, V langsung berteriak disamping Jimin.
"Yak apa-apaan kau V" ucap Jimin dan menutup telinganya ya walaupun terlambat karena sekarang V sudah tenang dengan senyuman khasnya.
"Kau sudah berpacaran dengan suga hyung?!" Tanya V dengan nada tinggi.
Semua kelas langsung gaduh dan mendekati Jimin satu persatu.
"Jimin kau berpacaran?"
"Omo chukkae!"
"Suga hyung itu kelas berapa?"
"Aigoo semoga-"
"YAK APA-APAAN SIH" teriak Jimin dan menutup telinganya sendiri.
Semuanya terdiam dan tertawa kecil.
"Oh ayolah Jimin, katakan yang sebenarnya" ucap V. Jimin hanya menatapnya malas.
"Aku belum berpacaran dengan hyung itu! Kami berteman" ucap Jimin.
"Lalu kapan kau berpacaran eoh? V selalu berkata bahwa kau dekat dengan Suga hyung" ucap salah satu murid yang bernama Onew itu. Jimun menatap malas ke arah V sedangkan yang ditatap hanya membalas dengan senyuman lebar.
"Entahlah aku tidak tau" ucap Jimin.
Tentu saja satu kelas kecewa.
"Kau ini bagaimana sih!"
"Aiss laki-laki yang payah"
"Tentukan secepatnya"
Jimin hanya terdiam bingung. Pasalnya ini hidupnya, mengapa mereka semua yang kecewa? Huft.
"Aigoo tenang saja, aku pasti mendapatkannya" ucap Jimin tersenyum.
Satu kelas berteriak "woooooooooow"
"Nah itu baru laki-laki"
"Dasar payah hahaha"
"Fighting!"
BRUK!
Semua murid langsung bubar dari mwjanya Jimin dan balik ke tempat masing-masing. Jimin hanya terkekeh pelan. Mereka balik karena songsaengnim killer masuk. Suasana ramai tadi tiba-tiba menjadi sunyi. Sangat sunyi.
-
"Jimin ayo ke kantin, aku lapar" ucap V dan menarik-narik lenganku.
"Waa tumben kau lapar?" Ucap Jimin karena biasanya dia lah yang menarik-narik V, tapi kini kebalik.
"Aku lupa sarapan, hehe jadi ini yang kau rasakan setiap harinya. Tidak enak" ucap V. Jimin hanya terkekeh pelan dan langsung menuruti V. Dia juga tidak tega melihat sahabatnya kelaparan.
Sesampai di kantin, ya seperti biasa mereka berkumpul bersama.
Jimin, Suga, J-hope, dan V.
Entah sejak kapan Jungkook dan Jin memisah tempat duduk.
"Hey aku melihat kau bersama Suga hyung hari ini" ucap J-hope.
Terlihat muka Suga yang terkejut.
Sedangkan J-hope hnya terkekeh dengan pacar aliennya itu V.
"Memangnya tidak boleh jika aku dan Suga bersama?" Tanya Jimin.
Suga menoleh ke arah Jimin dan tentu saja dengan muka yang mau memerah.
"Omo hyung mukamu memerah!" Teriak V heboh sendiri. Jimin menoleh ke arah Suga dan terkekeh pelan.
"Yak jangan ganggu dia, sudahlah ayo makan" ucap Jimin.
"Omooo pasangan baru akan segera muncul!" Ucap J-hope.
"Udahlah hyung jangan dengarkan mereka, habiskan saja makananmu" ucap Jimin menatap Suga. Sugapun hanya mengangguk dan menghabiskan makanannya. Sedangkan J-hope dan V sibuk tertawa tidak jelas.
-
Karena sudah pulang, Jiminpun berniat menjemput Suga di lantai atas.
"Jimin kajja pulang" ucap V.
"Pulang saja dengan kekasihmu, aku juga ingin menjemput calon kekasihku" ucap Jimin yang dijawab dengan tawa oleh V.
"Yak jinjjayo? Aigoo arraseo jadi kau melupakan sahabatmu? Baiklah Jimin babo" ucap V tertawa dan meninggalkan Jimin. Ya Jimin tau V hanya bercanda.
Jiminpun naik ke lantai dua. Tetapi kelasnya Suga hyung sudah kosong.
Jiminpun panik dan langsung berlari ke taman belakang. Taman belakang juga kosong. Jimin berlari keparkiran.
Dan betapa leganya Jimin ketika melihat Suga terdiam di depan mobilnya Jimin.
"Yak hyung kau membuatku khawatir!" Teriak Jimin sedikit kesal.
"N..ne? Omo mengapa kau berkeringat Jimin? Bajumu basah" ucap Suga.
"Aku mencarimu ke kelas tetapi tidak ada lalu ke taman belakang lalu kesini. Aku pikir kau kenapa-kenapa" ucap Jimin yang masih sedikit ngos-ngosan.
Suga terkesan dengan Jimin. Pasalnya Jimin baru saja mengenal Suga, tetapi Jimin sangat memperhatikannya. Suga merasa sangat beruntung.
"M..mianhae tadi aku ingin menghampirimu di kelas, hanya saja kau belum keluar hehe j..jadi-"
"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu meminta maaf. Kajja pulang" ucap Jimin.
Suga tersenyum lalu masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Jimin.
Sesampainya di apartement, Jimin menyuruh Suga untuk istirahat dulu.
"Shirro, aku ingin menyelesaikan tugas sekolahku dulu, kau tidur saja dulu Jimin" ucap Suga yang duduk di sofa.
"Mau kubantu hyung? Lagi pula aku mau bersih-bersih dulu" ucap Jimin.
"Ya sudah ayo kita bersih-bersih dulu, mengerjakan tugas sekolah bisa kulakukan nanti malam" ucap Suga.
"Kau mau membantu hyung?"
"Tentu saja mengapa tidak" ucap Suga.
"Pertama kalinya ada yang membantuku membersihkan apartement ini, terima kasih banyak Suga hyung" ucap Jimin.
"Ini tidak sebesar pertolonganmu padaku Jimin" ucap Suga tersenyum dan mulai merapikan barang-barang disekitar.
Memang apartement Jimin berantakan, karena kebanyakan barang.
Entah masih dipakai atau tidak.
"Jimin, apa kau mau makan? Aku bisa menyiapkannya jika kau mau" ucap Suga.
"Mm sepertinya tidak hyung, aku tidak terbiasa makan siang. Apa hyung lapar? Masaklah sesuatu" ucap Jimin.
"Kita sama. Aku juga tidak pernah makan siang" ucap Suga.
"Jinjja? Wah hebat" ucap Jimin.
"Aku sudah selesai merapikan barangnya, berikan aku sapu" ucap Suga.
"Ne? Cepat sekali? Dan- Wahh rapi banget hyung!" Teriak Jimin heboh.
"Haha aku melakukannya sebisaku" ucap Suga. Jimin menatap kagum dengan ruang tengahnya yang sudah sangat rapi tidak seperti biasanya.
"Jadi, dimana sapunya?" Tanya Suga.
"Itu di belakang, ambilah" ucap Jimin.
Suga segera mengambil sapunya dan tak sengaja Suga melihat foto lama yang ditaruh di atas kardus. Ada 3 orang didalamnya. Salah satunya anak kecil yang Suga perkirakan adalah Jimin. Dia terlihat sangat imut difoto ini. Jimin menggenggam maaing-masing satu tangan dari kedua orang tersebut. Ya Jimin berada di tengah. Dikanannya perempuan imut yang Suga yakini adalah ibunya Jimin sedangkan dikirinya laki-laki yang sangat tampan. 'Itu pasti ayahnya Jimin' pikir Suga.
"Hyung mengapa lam-" Jimin menghentikan kata-katanya setelah melihat foto yang ditangan Suga.
"A..ah mianhae aku t..tidak bermaksud" Suga langsung menaruh foto tersebut balik ke atas kardus. Jimin segera mengambilnya lagi.
"Lihatlah betapa imutnya aku disini" ucap Jimin. Suga pikir dia akan dimarahi Jimin. Tetapi tidak, Jimin bahkan tidak terlihat marah. Suga pun terkekeh.
"Kau sangat imut disana" ucap Suga.
"Lalu kalau disini?" Tanya Jimin.
"Haha kau sudah lebih dewasa Jimin"
"Lalu apa aku tampan?" Tanya Jimin.
"Tentu saj- e..eh ahahaha iya kau tampan" ucap Suga gugup.
"Kau hampir berkata tentu saja hyung, aku memang tampan kok hahaha" ucap Jimin tertawa kecil.
"Kau mirip sekali dengan ayahmu. Sama-sama tampan dan ibunya sangat cantik" ucap Suga. Jimin menyentuh foto tadi.
"Ya begitulah, mereka memang luar biasa. Oh lihatlah betapa aku merindukan mereka sekarang" ucap Jimin dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sudahlah, disini ada aku" ucap Suga menatap Jimin. Jimin kembali ceria dan menaruh foto tersebut.
"Kajja lanjut bersih-bersih" ucap Jimin dan di balas anggukan dari Suga.
Merekapun melanjutkan aktivitas yang melelahkan itu.
"Akhirnya selesai juga" ucap Jimin dan mereganggkan otot-otot tubuhnya.
"Apa kau lelah? Tidurlah, nanti malam kau harus belajar" ucap Suga.
"Ne? Belajar?" Tanya Jimin.
"Tentu saja, kau tetap les nanti sore"
"Tapi hyung-"
"Jangan malas Jimin" ucap Suga.
Jimin hanya menghela nafas pelan.
"Arraseo aku akan belajar, tapi ada syaratnya" ucap Jimin.
"Syarat? Aigoo hanya belajar harus ada syarat?" Tanya Suga terkekeh.
"Tentu saja. Syaratnya kau harus menemaniku tidur sekarang. Kau juga terlihat lelah" ucap Jimin.
"Aku tidak mengantuk Jimin"
"Tapi kau lelah hyung, tidurlah sebentar" ucap Jimin dan menatap Suga lembut.
"Ugh baiklah" ucap Suga cepat karena tidak ingin ditatap lebih lama oleh Jimin. Tentu saja Suga tidak mau pipinya memerah lagi dan diketawain Jimin.
Mereka berduapun tidur bersama lagi.
-
Jimin bangun terlebih dahulu. Entahlah ia hanya tiba-tiba terbangun sendiri tanpa alarm tanpa suara berisik. Dia menoleh kesampingnya, tepatnya ke arah Suga yang masih tertidur lelap.
"Hyung masih tidur?" Jimin mendekatkan wajahnya ke wajah Suga.
"Kau tambah manis jika dilihat sedekat ini hyung kkk~" Jiminpun menjauhkan wajahnya lagi takut Suga terbangun.
Jimin hanya memperhatikan hyung manis-NYA [ugh tepatnya belum menjadi miliknya] dengan tenang.
Jimin melihat jam disampingnya yang menunjukkan pukul 5 sore.
"Ugh" Jimin langsung menoleh ke arah Suga yang mengeluh pelan.
'Sepertinya sudah mau bangun' pikir Jimin dan terus memperhatikan Suga.
Tak lama kemudian Suga membuka matanya perlahan dan menguap kecil.
Suga menatap Jimin dan terkejut pelan. Sedangkan Jimin hanya tersenyum lebar.
"J..jimin kau mengagetkanku!" Ucap Suga hyung dan mengelus dadanya.
"Hahaha hyung kau ini imut eoh" ucap Jimin dan tertawa agak keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Only You Can Change My Life
FanfictionIni berkisah tentang yoonmin couple [chaptered but already finished]