Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"SELAMAT pagi!"
Alexia Princessa Wafford, menyapa Liana dan Steve begitu langkahnya sampai di pintu ruang makan. Dengan semangat yang luar biasa dirinya menghampiri dua orang dewasa itu, pun melayangkan kecupan di masing-masing pipi keduanya. Suara deritan kayu terdengar lembut menggesek lantai ketika Alexia menarik salah satu kursi, lantas mendudukkan dirinya.
"Trims, Bu." Ucap gadis itu setelah mendapat piring tatak berisi dua potong kue keju dari Liana Wafford – ibunya – yang segera dihadiahi sebuah kecupan di puncak kepala Alexia.
"Well, good morning, Princess."
Sesaat setelah Steve Wafford selesai dengan koran paginya, ayahnya itu membalas sapaan Alexia dengan anggukan yang disertai dengan senyuman lembut. Mengambil garpu kecil dari sisi piring, Steve menatap pergerakan Alexia yang sibuk mengunyah kue di mulut dengan tergesa-gesa. Membuat pria itu sedikit terkekeh kala mengingat seperti inilah pemandangan yang didapatinya dari sosok Liana saat kali pertama mereka bertemu di toko kue milik ibu wanita itu dulu.
"Bagaimana tidurmu?" Alih-alih menegur cara Alexia makan, Steve malah bertanya, seraya mengambil suapan pertama dari kue keju di piringnya.
Alexia, yang hendak menenggak segelas susu, pun mengurungkan niatnya. Ia melontarkan cengiran lebar, "Sempurna. Aku bahkan bermimpi indah semalam."
Kekehan yang keluar dari bibir Steve pun menular pada dirinya sendiri selama beberapa saat, sebelum sepasang manik hijaunya mendapati kursi kosong di salah satu meja. Seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan Alexia, Liana menjelaskan, "Calvin sudah pergi ke kantor sejak matahari belum keluar dari sangkarnya."
Alexia mengangguk, lalu mengangkat bahunya acuh. Tidak terlalu memedulikan apa yang tengah dilakukan kakak laki-lakinya di kantor saat pagi-pagi buta. Ck, mungkin dia sengaja datang pagi agar memiliki waktu lebih banyak dengan sekretarisnya yang seksi itu. Cibirnya dalam hati, dan tentu saja, Alexia tidak menyuarakan asumsinya itu jika tidak ingin melihat Liana atau Steve terserang penyakit jantung mendadak, "Kupikir dia masih mendengkur di kamarnya."
"Calvin memutuskan untuk berangkat lebih pagi agar pekerjaannya bisa cepat diselesaikan. Kakakmu itu harus sudah tiba di rumah pada saat tamuku datang."
Meleset. Syukurlah, ternyata kakakku tidak brengsek-brengsek amat. "Tamu siapa?"
Alexia mendapati Liana yang menepuk kening seolah menyadari sesuatu, kemudian tertekekeh sendiri. Membuat gadis itu bingung akan tingkah sang ibu yang seakan sudah hilang kewarasan secara tak diduga-duga. Steve yang hanya tenang di kursinya bahkan sama sekali tidak membantu. "Aku lupa memberitahu, maaf untuk itu." Ucap Liana di sela-sela kekehannya, "Sebenarnya kita akan kedatangan tamu spesial sore nanti." Alexia segera menelan kunyahan kue dimulutnya begitu mendengar nada serius di akhir kalimat Liana, "Sebaiknya kau pulang lebih awal untuk membantuku menyiapkan makan malam."
Belum sempat dirinya mengutarakan pertanyaan, Liana sudah berpaling kepada Steve, membisikkan sesuatu yang tidak terlalu di dengarnya. Dengan nada antusias Liana, Alexia hanya menangkap sesuatu seperti; aku sudah tidak sabar ingin bertemu Patrice dan anaknya! atau kira-kira bagaimana anak itu sekarang?