Alohaaaaa apa kabar semuanya?? jumpat lagi dengan bebyZee di lapak ini?? pasti banyak yg nanya. Oh bebyZee masih inget lapak ini? oh.. bebyZee masih mau lanjutin lapak ini? Oh.. bebyZee masih ada ya? *uhuuk*
Tahun ini benar-benar tahun galau bagi saya *umur udah seperempat abad masih galau aja*
semua yang dulu kelihatan mudah jadi sangat berat *sekali lagi efek umur*. Tadinya nulis bisa dimana aja dan pake fasilitas apa aja (buku, hape atau kertas bekas) tapi sekarang rasanya semua bergantung pada mood. dan Bab 9 ini saya tulis dengan susah payah selama kurang lebih 2 bulan *cari kertas siap2 nimpuk bebyZee*. tapi semoga ini nggak berlanjut ya.. saya bener-bener suka nulis, saya suka berimajinasi dengan tokoh yang saya buat dan saya menyayangi kalian yang sangat menghargai hasil karya saya.Bab ini saya dedikasikan untuk kalian para followers yang sudah setia menjadi teman sekaligus kritikus saya nomor satu selama ini. Terima kasih atas kesetiaan kalian.
Love,bebyZee
############
Er merentangkan tangannya dengan mimik bangga saat memperlihatkan Cottage milik Lando yang akan jadi tempat kencan terakhirnya dengan Janice. Wanita di hadapannya terlihat sibuk mengelilingi pandangannya setelah menginjakkan kaki di lobby Cottage.
"Punya siapa ini?"tanya Janice dengan mata masih sibuk mengelilingi sekitar Cottage yang ditumbuhi oleh tumbuh rambat yang hampir menutupi seluruh dinding.
"Tidak peduli punya siapa karena yang terpenting kamu bersamaku."sahut Er yang membuat Janice menolehkan pandangannya pada Er. Wanita itu tersenyum lalu tak lama terkekeh geli.
"Sedang bermain rayu-rayuan hah? Tidak mempan!" sahut Janice sinis lalu berjalan memasuki Cottage di pandu oleh seorang asisten yang sudah menunggu di pintu masuk.
"Selamat Datang di Private Cottage Jibran, perkenalkan nama saya Putu, saya akan menjadi pemandu anda selama di sini," ujar seorang pria muda yang sejak tadi sudah menanti di pintu masuk dengan senyum sopannya.
"Apa kabar Putu?" sapa Er yang mengenali Putu. Pria muda yang Lando pekerjakan untuk menjaga Cottage milik kakaknya itu.
"Baik Pak Er dan.." Putu mengalihkan tatapannya pada wanita di samping Er.
"Saya Janice." Ujar Janice mengenalkan dirinya.
"Baik Bu Janice."
"Dia tunangan saya." Jelas Er tanpa di tanya. Janice melotot kea rah Er yang nampak cuek-cuek saja. Putu sedikit terkejut saat Er berterus terang mengenai hubungannya dengan Janice. Tapi rasa terkejutnya berubah menjadi bahagia karena sebentar lagi diantara Jibran bersaudara akan ada yang melepaskan masa lajangnya.
"Senang mendengarnya Pak, kalau begitu saya tunjukkan kamar Pak Er dan Bu Janice."sahut Putu yang membuat Er tersenyum senang. Pria itu dengan santai merangkul pundak Janice yang terbalut kemeja kotak-kotak paduan warna putih-hijau. Janice menghentikan langkahnya lalu melirik Er dengan lirikan menegur.
"Singkirkan tanganmu Er." Perintah Janice. Er tak gentar ia justru makin mempererat rangkulannya sampai membuat Janice hampir masuk dalam dekapannya.
"ER!!" tegur Janice. Er terkekeh geli sebelum melepaskan rangkulannya dan berjalan mengikuti Putu.
Putu memperlihatkan kamar yang akan ditempati Janice sedangkan Er dengan santainya meletakkan barang-barangnya sekaligus milik Janice di sudut ruangan.
"Bukankah masih ada kamar lain yang kosong?" tanya Janice pada Putu. Putu baru saja ingin menjawab 'iya' namun bergegas ia rubah karena Er sudah memberikan tatapan tajam dari balik bahu Janice.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWIST DESTINY ( ON HOLD)
General FictionMemiliki wajah yang serupa tidak membuat Lando dan Er mendapatkan jodohnya dengan cara yang mudah dan wajar. Keduanya justru terjebak dalam permainan yang mereka susun dan mainkan sendiri. Lando dengan permainan yang membuatnya harus mempertahankan...