.....Back.....
Sore ini terasa dingin karena angin bertiup cukup kencang dan menerpa pohon rindang tempat Sivia menunggu Alvin. Biasanya banyak siswa yang memilih tempat ini untuk menghabiskan waktu istirahat mereka. Namun setelah semua pulang, hanya Sivia dan Alvin yang ada disana.
Dengan malas seperti biasa Alvin melangkahkan kakinya mendekati Sivia. Itu pemandangan yang tak asing lagi, tapi anehnya Alvin selalu setia datang ke tempat mereka itu. Saat ini hanya bangku kayu yang menopang tubuh mereka duduk.
"Hai"sapa Sivia yang melihat Alvin duduk disampingnya.
Alvin hanya tersenyum tipis membalas sapaan Sivia. Ia kemudian melepaskan beban tubuhnya dengan menyandarkan punggungnya di bangku tersebut.
"Dingin gak vin?"tanya Sivia sambil menggosokan kedua tangannya
"Enggak" jawab Alvin singkat
"Lo mau coklat?"tawar Sivia sambil menyodorkan sebatang coklat berukuran sedang.
"Makasih."Kata Alvin sambil menerima dan membukanya.
"Itu dari Gabriel."jelas Sivia. Alvin mengrenyitkan keningnya dan Sivia tahu Alvin ingin ia menjelaskan sesuatu.
"Tapi gue lagi diet."bisik Sivia ke dekat telinga Alvin.
"haha..."Alvin tertawa lirih sambil menggelengkan kepalanya.
"syuutt. Jangan brisik ya."kata Sivia masih dengan nada lirih sambil menempelkan satu telunjuk pada bibirnya.
Sanguinis itu kemudian bercerita tentang banyak hal yang menarik. Mengenai dirinya, keluarganya, teman-temanya bahkan hal kecil seperti saat ia tergagngu dengan suara kran air dirumah. Yang ia tahu adalah Alvin mendengarkan dan ia harus terus bercerita. Sesekali terlukis senyuman tipis bahkan tawa lirih darinya.
Entah apa yang membuat gadis ini begitu rela menghabiskan waktunya untuk orang yang hanya bisa memberi sedikit respon.
Bahkan jika dibandingkan dengan temannya yang lain hanya Sivialah yang berhasil membuat Alvin tersenyum.
Ya. Hanya Sivia yang mau berteman dengan anak konglomerat itu.
Sikap Alvin yang terlalu dingin membuat semua orang enggan berbicara dengannya. Toh Alvin sendiri tak pernah berduli dengan orang lain.
"Aduh pokoknya panjang deh. Besok lagi gue critain. Lo besok berangkat kan?" akhir Sivia dengan ceritanya.
Alvin tidak menjawab dan hanya menatap Sivia sambil mengunyah coklatnya.
" Gue gak mau lo bolos lagi." Sivia mulai memberi nasihat.
Saat inilah yang menurut Alvin paling membosankan. Dia hanya menundukan kepalanya dan sesekali melihat ke arah lain.
Entah sudah berapa kali Alvin bolos sekolah. Nilainya pun tak bisa dikatakan baik, bahkan dia terancam tinggal kelas karena ada banyak sekali tugas yang diabaikan. Ayahnya yang sangat sibuk dan ibunya yang telah meninggal, memaksanya untuk tinggal bersama para pembantunya di rumah.
Alvin justru lebih nyaman tinggal sendiri di sebuah apartemen kecil miliknya.
"Alvin?"tegur Sivia yang merasa diacuhkan.
"iya."jawaban yang tidak sepenuhnya yakin.
"gitu dong. Semangat."mengangkat tangannya yang tergenggam.
Senja mulai datang dan membuat Sivia bangkit dari duduknya. Alvin tahu gadis itu akan segera meninggalkannya dan ia akan kembali kesepian.
"Gue harus pulang."kata Sivia mulai berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Like You
Historia CortaAlvin Jonathan Sindhunata Sivia Azizah (couple alvia)