HUJAN. Adalah satu kata dengan banyak alasan mengapa aku menyukainya. Dibalik turunnya ribuan rintik yang jatuh membasahi permukaan bumi, aku dapat melihat panorama penyatuan 7 warna yang begitu sangat menentramkan hati siapa saja yang melihatnya.
Sama seperti saat kita dilanda oleh skenario-skenario Tuhan yang tak sesuai keinginan kita, tapi dibalik itu semua Tuhan telah menjanjikan jutaan keindahan dan kebaikan sesudahnya. Lewat hujan aku dapat melihat pelangi, dari hujan aku memahami bahwa setiap tetesnya memberikan harapan besar bagi makhluk hidup yang tentu sangat membutuhkannya, bersama hujan aku dapat menari bebas di temani rintikan yang terus turun membahasi wajah dan tubuhku.
Aku juga memiliki angan terbesar dibalik hujan. Aku ingin ada seseorang yang menemani derasnya hujanku lalu dengan senang hati Ia juga bersedia menjadi pelangiku. Sungguh, tak bisa kubayangkan betapa bahagianya jika ku bertemu dengannya.
"Hanaa ..."
Terdengar samar namun aku menyadari bahwa ada yang memanggil namaku. Membuyarkan lamunanku akan pangeran yang ku dambakan.
"Iyaa Maa..." dengan pandangan yang terhalang aku menyahuti panggilan itu.
"cepat masuk! nanti kamu sakit kalau lama-lama main hujan Hana.."
Suara malaikat tak bersayapku itu kini terdengar sangat lantang. Ya. Saat itu aku sedang menikmati aliran-aliran hujan yang jatuh ke tubuhku. Aku tahu dia begitu sangat mengkhawatirkanku.Biar bagaimanapun pandangan akan hujan yang bisa menyebabkan sakit tentu tak terlepas dari sudut pandang orang tua. Ku maklumi karena aku sadar itu wujud kasih sayangnya. Meskipun aku tahu beliau sangat kenal kalau aku menyukai hujan.
"Iya Ma , sbentar lagi Hana masuk kok." segera kupenuhi permintaan wanita yang sangatku sayangi itu. Berlari kecil menuju surga dan disambut dengan wajah kecemasan.***
Pagi ini Matahari tersenyum manis pada langit. Menebarkan kecerahan yang tak begitu menyengat ditambah dengan semilir angin sepoi-sepoi yang membawa kesejukan.
"kringgg .. kriinggg ..."
Yap. Aku hapal banget suara bel sepeda itu. Irsyad Faturrahman, itu adalah nama asli sang pemilik sepeda yang berkaca mata, pinter, tapi usiiillnyaa minta ampun. Tapi biar bagaimana pun dia adalah sahabat sejati bagiku, dari SD sampai sekarang SMA dia setia banget buat jadi tukang ojek anter jemput aku sekolah hehe.
"Raihana Assyafira ... bisa lebih lama lagi nggak dandannya ??"
suaranya yang gak seberapa itu telah membuatku buru-buru menuju gerbang.
"Yok. Aku udah siap. Let's goooo ...."Dengan senyuman bahagia kami mengawali pagi. Namun saat perjalanan hampir 15 menit udara perlahan berubah menjadi redup.
Tikk.. Tiikk..
"Duh Naa .. hujaann , kitaa berhenti di sana ajaa yaa." sambil mengayuh sepedanya dengan cepat Ia menuju ke arah halte. Sesampai halte Ia buru-buru menjatuhkan sepedanya dan menarik tanganku.
"Kita lanjut aja yok Syad, tanggung bentar lagi nyampe kok." ajakku sambil meraih tangannya.
"eh nggakk nggakk .. kita di sini dulu. Kamu jangan nyari alasan ya Na biar bisa main hujan,"
Akhirnya Ia tau maksud ajakanku. Ku turuti keinginannya. Hujan tetap aja menjadi hal yang menyenangkan bagiku dan aku pun tak bisa menahan diri untuk tak merasakan jatuhnya rintikan hujan ke tanganku.
Ku bentangkan tangan kiriku melewati perbatasan hujan. Tiba-tiba ada tangan yang meraihku.
"Udah jangan main hujan, nanti malah sakit. Duduk sini bareng aku"
Lagi-lagi Irsyad tak mengizinkanku bermain hujan. Aku mengikutinya dengan wajah yang sedikit kesal.
"Kalau mau main hujan, nanti aja di taman. Kita main hujan bareng-bareng ya :)"
Sepertinya Irsyad membaca kekesalanku dan mencoba menghiburku dengan kata-katanya barusan.
"Tuh hujannya udah reda, yok lanjut lagi, ntar keburu telat."
Dan sepeda pun meluncur menuju sekolah.***
"Hanaa.. sinii buruaann.!!!"
Aku dikejutkan oleh suara Fira yang sepertinya ada hal penting yang ingin diberitahukan padaku. Fira ini temen deket aku semenjak SMA.Selain sama Irsyad, aku kalau ada apa-apa cerita sama Fira, dan dilihat dari pandangan matanya sih dia suka sama Irsyad. Cuma selalu aja nggak mau ngaku setiap ditanyain masalah itu.
"Ada apa Ra ??"
"Ituu lihat siapa yang ada di lapangan ?"
Oh Tuhan, itu Kak Habib. Ya dia adalah kakak senior yang paling aku kagumi. Selain jago main basket dia juga termasuk anak yang pinter di sekolah ini.Hampir seluruh siswa tau siapa kak Habib.
"Duh Ra , kalau lama-lama liat dia bisa meleleh hati aku" dengan tatapan yang diiringi dekapan jantung yang bertubi-tubi membuatku terkesan seperti orang yang gak pernah lihat cowok ganteng.
"Ah lebay banget sih Na.." ujar Fira lalu kemudian meninggalkanku menuju kelas. Namun, aku masih tetap berdiri diantara tiang-tiang sekolah untuk liat kak Habib main basket.
"Tap" tiba-tiba tanganku diraih oleh seseorang yang menyeretku menuju kelas...
KAMU SEDANG MEMBACA
My After Rain
RomansaHanya sebuah kisah yang mencerminkan betapa bahagianya ketika kita dapat memaknai hal yang sederhana menjadi luar biasa. sama seperti Hujan. Kelihatannya begitu mengganggu dengan hujaman rintik-rintik yang bertubi tubi menjatuhkan diri ke permukaan...